Mungkin
sebagian dari kita belum tahu adanya kampanye dari BEI (Bursa Efek Indonesia) untuk mengajak masyarakat sebagai calon
investor untuk berinvestasi di pasar modal dengan membeli Saham secara rutin
dan berkala. Pada tanggal 12 November 2015 lalu, Bursa Efek Indonesia
bersama Otoritas Jasa Keuangan meresmikan kampanye “Yuk! Nabung Saham”.
Peresmian kampanye tersebut dilakukan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia
Bapak Jusuf Kalla.
Kenapa sih pemerintah dalam hal ini BEI membuat kampanye ini?
Pertumbuhan
investor di BEI saat ini masih lebih rendah di bandingkan negara lain.
Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
jumlah investor domestik di BEI hanya 0.2%, sekitar 480 ribu dari jumlah
penduduk Indonesia yang mencapai 230 juta warga. Rasio investor pasar modal
domestik masih sangat kecil dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya.
Misalnya, Singapura memiliki investor domestik sebanyak 30% dari jumlah
penduduk sedangkan Malaysia memiliki rasio 12.8%. Kapitalisasi di pasar modal
dalam negeri juga terus tumbuh, akan tetapi masyarakat Indonesia sebagai
investor aktif di pasar saham hanya 30% dari total investor di pasar saham,
dalam artian 70% itu di kuasai oleh investor asing, dengan penguasaan asing
yang dominan ini jika dana investasi yang ada di pasar modal di tarik keluar
maka akan terjadi kolaps pada sistem perekonomian seperti krisis pada tahun
1998.
Hal inilah
yang menjadi dasar BEI berkampanye untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
kita dalam menabung saham, berdasarkan laporan Program Pengampunan Pajak
deklarasi harta yang dilaporkan hampir tembus Rp 4.000 triliyun, jika 25% dari
dana tersebut dapat masuk kepasar modal maka kapitalisasi pasar saham akan meningkat
dan pasar saham kita tidak mudah goyah dengan isu dari luar seperti terpilihnya
Donal Trump sebagai presiden AS yang baru dan isu “brexit”.
Apakah menabung saham
menguntungkan?
Berbeda
dengan menabung di bank dimana sepertinya tidak ada pengembangan yang anda
raih, karena uang anda secara tidak sadar setiap tahunnya akan berkuran 120-200
ribu pertahun, yang berasal dari potongan biaya administrasi, pajak dan lainnya
sehingga jika anda memiliki uang dengan nominal katakanlah 1 juta rupiah dalam
5-6 tahun bisa saja habis tak berbekas tanpa anda sadari.
Akan
tetapi berbeda halnya dengan saham, dengan memilih saham dari perusahaan yang
memiliki prospek masa depan yang baik dalam artian perusahaan yang bertumbuh
dan berkembang dengan baik maka uang 1 juta yang anda miliki dalam 5-6 tahun
mendatang nilainya akan berlipat-lipat tanpa anda sadari.
Kampanye “Yuk Nabung Saham”
Usaha yang
telah di lakukan BEI dengan membuat situs http://yuknabungsaham.idx.co.id/ yang dapat
di akses dan melakukan sosialisasi maupun mengadakan expo di kota besar maupun
di daerah.
Selain itu
usaha yang signifikan sudah dilakukan BEI untuk kampanye “Yuk Nabung Saham” dan
patut di apresiasi adalah dengan menurunkan jumlah saham per lot, dari yang 1
lot = 500 lembar menjadi 1 lot = 100 lembar, efeknya adalah modal yang
dibutuhkan untuk membeli saham per lotnya semakin kecil. Misalnya kita ingin
membeli saham ITMG (Indo Tambangraya Megah Tbk). Harga saham ITMG saat artikel
ini ditulis adalah Rp 31.200. Dengan aturan 1 lot = 500 lembar, kita perlu
modal Rp 31.200 x 500 = Rp 15,6 juta hanya untuk membeli 1 lot saham ITMG.
Dengan aturan baru 1 lot=100 lembar saham, kita hanya perlu Rp 31.200 x 100 =
Rp 3,12 juta untuk membeli 1 lot ITMG. Seperlimanya saja. Hal ini akan sangat
berdampak bagi investor kecil, saham menjadi lebih terjangkau. Investor dengan
modal kecil seperti karyawan, ibu rumah tangga, dan mahasiswa boleh bersenang
hati.
Akan tetapi
dari beberapa usaha BEI tersebut bisa di katakan belum dengan kekuatan 100%
contohnya adalah pada situs yang menjadi rujukan http://yuknabungsaham.idx.co.id/ halamannya
terlalu ringkas dan tidak mendetail menjelaskan jika seorang awam yang tidak
pernah berkecimpung dalam dunia pasar modal pastilah akan bingung
langkah-langkah yang harus dilakukan dan akhirnya akan menyerah dengan
sendirinya tanpa pernah menjadi investor, saya yakin semua masyarakat pastilah
ingin berkecimpung ke dalam dunia pasar modal jika langkahnya telah di permudah
layaknya media sosial facebook, twitter, Instagram dan sebagainya yang termasuk
teknologi canggih akan tetapi saat ini kakek-kakek, nenek-nenek ataupun orang
tua yang dalam menggunakan handphone hanya mengenal telpon dan sms bisa
menguasai media sosial dengan mudah dan malah paling mengikuti tren. Selain itu
yang membuat sulitnya program “yuk nabung saham” adalah dari internal dalam hal
ini perusahaan sekuritas dimana secara sederhana perusahaan ini mendapatkan
keuntungan dari fee setiap transaksi
yang dilakukan saat pembelian maupun penjualan saham istilahnya fee broker, dengan nominal yang kecil
katakanlah 1 juta rupiah dengan fee
setiap transaksi sekitar 0.2-0.3% maka senilai 3 ribu rupiah, uang ini mungkin
bisa di sebut uang receh bagi broker, sehingga setiap broker akan lebih senang
mendekati pemodal besar yang bisa memberikan fee di atas rata-rata.
Untuk itu
menurut pandangan saya masih banyak PR dari BEI agar program “yuk nabung saham”
ini dapat sukses, dengan semakin gencar melakukan penetrasi dengan mengadakan
roadshow ke seluruh Indonesia saya yakin program ini sukses kedepannya.