Wednesday, December 23, 2015

Kisah Inspirasi - Kisah Keajaiban Natal

Ini adalah kisah nyata keajaiban Natal, terjadi pada bulan Desember 1997 di Wisconsin, USA.

Seorang gadis kecil bernama Sarah menderita leukemia dan rasanya tidak mungkin hidupnya lama untuk melihat Natal. Kakak dan neneknya pergi ke sebuah pusat pertokoan untuk meminta Mark Lenonard, yang berperan sebagai Santa Claus, untuk mengunjungi rumah sakit tempat Sarah dirawat untuk memberikan penghiburan baginya.

Ketika itu seorang anak duduk di atas pangkuan Santa Claus dengan memegang sebuah foto. Ketika ditanya oleh Santa, ia mengatakan bahwa foto itu adalah adiknya yang sedang sakit. Ia ingin agar Santa bersedia mengunjungi adiknya demi memberikan penghiburan bagi adiknya.

Ketika anak itu sudah selesai, sang nenek yang bersamanya menjelaskan kepada Santa bahwa adik anak laki-laki itu sedang menderita leukemia dan harapan hidupnya tidak lama lagi. Mark, yang memerankan Santa, sempat berkaca dan menelan ludah, ia meminta sang nenek untuk meninggalkan informasi tempat Sarah dirawat. Santa berpikir dengan hatinya, apa yang harus dilakukannya.

Akhirnya Santa meminta manajernya, Rick, untuk membawanya ke rumah sakit anak tempat Sarah dirawat. Ia menjelaskan kepada manajernya percakapan dengan nenek Sarah sebelumnya. Rick dengan senang hati mengantarkan Santa ke rumah sakit anak.

Setiba di kamar tempat Sarah dirawat, Santa mengintip diam-diam ke ruangannya, terlihat Sarah berbaring pucat di tempat tidur. Dan ruangan itu penuh dengan keluarganya, yang nampak bersedih. Santa bisa merasakan kehangatan dan kedekatan keluarga itu, serta cinta dan kepedulian mereka terhadap Sarah.

Mengambil napas dalam-dalam, dan memaksa senyum di wajahnya, Santa memasuki ruangan, berteriak hangat, "Ho…ho…ho!"

"Santa!" jerit lemah Sarah, ia mencoba lari dari tempat tidurnya untuk mendapati Santa. Santa lantas bergegas ke sisi tempat tidur Sarah dan memberinya pelukan hangat.

Terlihat kulit pucat Sarah dan rambut pendek yang baru saja numbuh akibat efek kemoterapi. Tapi ketika Santa menatap mata Sarah, terlihat sepasang besar mata biru. Hatinya meleleh, Santa harus memaksa dirinya untuk menahan arir mata. Meskipun matanya terpaku pada wajah  Sarah, ia bisa mendengar napas dan isak tangis wanita di dalam ruangan itu.

Saat Santa dan Sarah mulai berbincang-bincang, keluarga yang lain diam-diam ke samping tempat tidur satu persatu, lalu meremas bahu Santa, dan berbisik "Terima kasih" .

Santa dan Sarah kembali terlibat dalam percakapan yang menyenangkan. Karena hari mulai malam, Santa merasa semangatnya melonjak untuk memimpin doa bagi Sarah, dan meminta izin dari ibu gadis itu. Ibu Sarah mengangguk setuju dan seluruh keluarga mengelilingi tempat tidur Sarah, berpegangan tangan.

Santa tampak intens memandang Sarah dan bertanya apakah ia percaya pada malaikat, "Ya, Santa, saya percaya!" kata Sarah.

"Yah, saya akan meminta malaikat mengawasimu," kata Santa.

Dengan meletakkan satu tangan di kepala anak itu, Santa memejamkan mata dan berdoa. Ia meminta agar Tuhan menyentuh sedikit Sarah, dan menyembuhkan tubuhnya dari penyakit ini. Ketika selesai berdoa, masih dengan mata tertutup, ia mulai bernyanyi, lembut, "Silent Night, Holy Night….. "

Semua yang ada di ruangan itu ikut menyanyi, tersenyum pada Sarah, dan menangis karena harapan. Ketika lagu berakhir, Santa duduk di sisi tempat tidur, lalu memegang tangan Sarah yang lemah.

"Sekarang," katanya, "Kau memiliki pekerjaan yang harus dilakukan, yaitu berkonsentrasi pada yang terbaik untuk tubuhmu. Aku ingin kau bersenang-senang, bermain dengan temanmu di musim panas, dan aku berharap bisa bertemu denganmu di pusat  pertokoan tahun depan!"

Mark tahu itu berisiko, karena ia tahu bahwa gadis kecil ini menderita kanker terminal, tapi ia harus mengatakan itu. Ia harus memberinya hadiah terbesar yang ia bisa, bukan boneka atau permainan, tetapi karunia Harapan.

"Ya, Santa!" seru Sarah, matanya cerah. Santa lalu  membungkuk dan mencium dahi, dan meninggalkan ruangan.

Ibu dan nenek Sarah menyelinap keluar dari ruangan dengan cepat dan bergegas ke samping Santa untuk berterima kasih padanya.

Satu tahun kemudian, Mark, yang kembali berperan menjadi Santa Claus, di pusat pertokoan, melakukan pekerjaan musimannya yang sangat ia sukai. Beberapa minggu berlalu dan kemudian suatu hari seorang anak duduk di pangkuannya.

"Hai, Santa! Ingat saya?"

"Tentu saja, ingat." Santa, seperti yang dilakukan sebelumnya, tersenyum kepada anak-anak. Dan membuat seolah-olah mereka selalu diingat oleh Santa.

"Santa, kau menemui saya di rumah sakit setahun yang lalu!"

Rahang Santa turun. Air mata hampir saja melompat dari matanya, dan ia meraih keajaiban kecil ini lalu memeluknya di dada.

"Sarah!" seru Santa. Ia hampir tak mengenalinya, rambutnya panjang, pipinya halus dan kemerahan, jauh berbeda dengan gadis kecil yang telah dikunjunginya setahun lalu. Ia menoleh dan melihat Ibu dan Nenek Sarah di sela-sela tersenyum, melambaikan tangan, dan menyeka mata mereka.

Itu adalah Natal terindah yang pernah dilakukan oleh Santa Claus.

Ia sendiri menyaksikan, bagaimana sebuah keajaiban Natal menjadi kenyataan. Anak kecil itu disembuhkan. Bebas kanker. Hidup dan sehat. Diam-diam ia mendongak ke atas dan dengan rendah hati berbisik, "Terima kasih, Tuhan! Merry Christmas!"

Kisah Inspirasi - Kisah Satu Tandan Pisang

Seorang petani memiliki perkebunan pisang. Itu adalah satu-satunya mata pencahariannya. Sementara, kendaraan umum tidak terdapat di desa yang terpencil tempat mereka tinggal.

Petani itu memiliki enam anak. Ketika buah pisang siap dijual, ia memanggil anak-anaknya, lalu menempatkan satu tandan pisang di atas kepala masing-masing anak. Tapi sebelumnya ia menilai berat tandan pisang dengan tangannya sebelum menempatkannya pada anak-anaknya.

Tandan pisang yang ringan akan ditempatkan pada putra bungsunya, dan tandan yang berat pada anak-anak yang lain sesuai usia dan kekuatannya. Ia sendiri membawa tandan pisang yang berat di kepalanya dan memimpin anak-anaknya ke pasar. Mereka menjual buah-buahan itu, lalu kembali pulang bersama-sama dengan gembira. Hal itu berlangsung selama beberapa tahun.

Putra bungsu dari petani itu kemudian menjadi seorang imam dan selalu ingat akan pengalaman tersebut. Dalam sebuah khotbahnya ia mengatakan, bahwa Tuhan yang penuh kasih bertindak seperti ayahnya. Ia akan menempatkan beban kesulitan di kepala kita dengan hanya beban yang tepat untuk masing-masing dari kita, apa yang dapat kita tanggung dan membawa banyak tanpa ketidaknyamanan.

Seorang pria harus menanggung banyak cobaan, kesulitan, dan kesengsaraan dalam hidupnya. Hidup bukanlah temat tidur mawar tetapi jalan duri. Tuhan memberi kita beban, dan ia memberikan kita bahu. Kita itu seperti teh celup. Kekuatan kita terungkap ketika kita masuk ke dalam air panas. Batu sandungan dan batu loncatan hanyalah berbeda dalam cara kita menggunakannya. Kesulitan adalah pelajaran terbaik bagi kita.

Kisah Inspirasi - Kisah Pengrajin Emas dan Pengrajin Kuningan

Di sebuah negeri, hiduplah dua orang pengrajin yang tinggal bersebelahan. Seorang diantaranya, adalah pengrajin emas, sedang yang lainnya pengrajin kuningan.

Keduanya telah lama menjalani pekerjaan ini, karena ini diwariskan secara turun-temurun. Sudah  banyak pula barang yang dihasilkan dari pekerjaan ini. Cincin, kalung, gelang, dan untaian rantai
penghias, adalah beberapa dari hasil kerajinan mereka.

Setiap akhir bulan, mereka membawa hasil pekerjaan ke kota. Hari pasar, demikian mereka biasa menyebut hari itu. Mereka akan berdagang barang-barang logam itu, sekaligus membeli barang-barang keperluan lain selama sebulan. Beruntunglah, pekan depan, akan ada tetamu agung yang datang mengunjungi kota, dan bermaksud memborong barang-barang yang ada di sana. Kabar ini membuat mereka senang. Tentu saja, berita ini akan membuat semua pedagang memproduksi lebih banyak barang yang akan dijajakan.

Siang-malam, terdengar suara logam yang ditempa. Setiap dentingnya, layaknya napas hidup bagi mereka. Tungku-tungku api, seakan tak pernah padam. Kayu bakar yang tampak membara, seakan menjadi penyulut semangat keduanya. Percik-percik api yang timbul tak pernah dihiraukan mereka. Keduanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sudah puluhan cincin, kalung, dan untaian rantai penghias yang siap dijual. Hari pasar makin dekat. Dan lusa, adalah waktu yang tepat untuk berangkat ke kota.

Hari pasar telah tiba, dan keduanya pun sampai di kota. Hamparan terpal telah digelar, tanda barang dagangan siap dijajakan. Keduanya pun berjejer berdampingan. Tampaklah, barang-barang logam yang telah dihasilkan.

Sayangnya, ada pemandangan yang mencolok di antara keduanya. Walaupun terbuat dari logam mulia, barang-barang dibuat oleh pengrajin emas tampak kusam. Warnanya tak berkilau. Ulir-ulirnya kasar, dengan pokok-pokok simpul rantai yang tak rapi. Seakan membuatnya dengan tergesa-gesa.

"Ah, biar saja," demikian jawaban yang terlontar saat pengrajin kuningan menanyakan mengapa kenapa perhiasaannya kawannya itu tampak kusam. "Setiap orang akan memilih daganganku, sebab, emas selalu lebih baik dari kuningan," ujar pengrajin emas lagi, "Apalah artinya loyang buatanmu dibanding logam mulia yang kupunya, aku akan membawa uang lebih banyak darimu."

Pengrajin kuningan, hanya tersenyum. Ketekunannya mengasah logam kuningan, membuat perhiasan buatannya tampak lebih bersinar.Ulir-ulirnya halus. Lekuk-lekuk cincin dan gelang buatannya terlihat seperli lingkaran yang tak putus. Liku-liku rantai penghiasnya pun lebih sedap dipandang mata.

Ketekunan, memang sesuatu yang mahal. Hampir semua orang yang lewat, tak menaruh perhatian pada perhiasan emas buatan pengrajin emas. Mereka lebih suka mendatangi, lalu melihat-lihat cincin dan kalung kuningan. Begitupun tetamu agung yang berkenan datang. Mereka lebih menyukai benda-benda kuningan itu dibandingkan dengan logam mulia. Sebab, kerajinan emas itu tidak cukup membuat mereka tertarik, dan mau membelinya. Sekali lagi, terpampang kekontrasan di hari pasar itu. Pengrajin emas tertegun diam, dan pengrajin kuningan tersenyum senang.

Hari pasar telah usai, dan para tetamu telah kembali pulang. Kedua pengrajin itu pun telah selesai membereskan dagangan. Dan agaknya, keduanya mendapat pelajaran dari apa yang telah mereka lakukan hari itu.

Ketekunan adalah bagian dari proses keberhasilan. Sesuatu yang dikerjakan dengan tekun, akan menghasilkan sesutu yang lebih baik dan lebih bernilai daripada dikerjakan dengan tergesa-gesa.

Kisah Inspirasi - Kisah Anak Ayam yang Sombong

Seekor anak ayam sedang mencari makanan. Anak ayam itu sangat cerdas, dan cerdik. Tapi, ia selalu membual tentang kehebatannya dan senang berjalan sendirian. Ibunya selalu mengingatkannya, tapi ia mengatakan bahwa ia bisa menghadapi  bahaya dengan menggunakan akal baiknya.

Suatu ketika, anak ayam itu berjalan sendirian di sepanjang hutan lebat. Tiba-tiba seekor ular kobra muncul. Sebelum kobra itu membua mulut untuk melahap anak ayam itu, ia berkata, "Berhenti, bodoh! Apakah kamu tidak tahu bahwa saya sangat beracun? Jika saya mematukmu, kau akan mati di tempat. Racun saya itu seribu kali lebih kuat dari milikmu. Setiap bagian dari tubuh saya ini beracun."

Kobra itu berpikir sejenak. Ia tidak pernah mendengar ada seekor anak ayam yang beracun hingga saat ini. Tapi ia pun tidak mau mengambil risiko. Katanya kepada anak ayam, "Kau harus membuktikan dulu bahwa kau beracun. Maka, aku akan mengampunimu."

Sementara itu, seorang pria sedang berjalan ke arah mereka. Anak ayam berkata kepada ular, "Perhatikan saya akan mematuk orang itu. Ia akan mati dan kau akan melihat saya membuktikannya."

Setelah berkata demikian, anak ayam itu dengan kuat mematuk bagian belakang tumit pria itu dengan paruhnya yang tajam, lalu bersembunyi di balik semak-semak. Pria itu berbalik dengan menangis dan melihat kobra yang menakutkan sedang menyeringai. Pria itu merasa sangat ketakutan. Saking syoknya, pria itu pun pingsan.

Anak ayam yang merasa menang melompati tubuh pria itu dan berteriak, "Pergi, kau kobra. Kalau tidak, aku akan membunuhmu dengan sekali patuk." Ia berpura-pura mengejar ular kobra itu. Ular itu merasa ketakutan dan meninggalkan kejadian dengan cepat. Anak ayam yang berani itu tertawa dan memuji kecerdasannya sendiri. Ia ingin memberitahu semua penghuni hutan bagaimana ia sudah menipu ular.

Seekor rubah licik melihat ular itu bergerak dengan cepat, dan ia bertanya apa yang terjadi. Tanpa jeda, kobra itu menangis, sambil berkata, "Teruslah lari, anak ayam berbisa mengejar saya. Jangan terlihat olehnya, ia bisa membunuhmu."

Ular itu segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. Rubah yakin bahwa anak ayam itu telah menipu ular bodoh. Ia berlari menuju ke tempat dari mana ular itu muncul. Segera ia bertemu anak ayam yang bergerak dengan sombonya. Sebelum anak ayam itu mengucapkan sepatah kata pun, rubah menangkapnya. Menjilati bibirnya setelah menikmati makanan lezat, ia berseru, "Ah, aku yang beruntung! Sungguh anak ayam yang lezat!"

Demikianlah, kesombongan akan mengakibatkan bahaya bagi dirinya sendiri.

Kisah Inspirasi - Kisah Mangkuk Pengemis

Seorang raja menyamar dalam sebuah perjalanannya. Ia belajar untuk mengetahui secara langsung kondisi rakyatnya. Ia didampingi oleh pengawal pribadinya yang juga menyamar. Mereka bertemu tiga pengemis yang duduk di pinggir jalan yang sibuk.

Melihat dua orang asing, tiga pengemis itu mengangkat mangkuk mereka dan memohon sedekah. Raja ingin menguji mereka. Ia mengelurkan tangan kepada mereka dan berkata, "Kami sangat miskin, lapar, dan sengsara. Mohon berikan kami sesuatu untuk bertahan hidup."

Salah satu pengemis tidak menanggapi permintaan mereka. Ia pindah untuk mencari pemberi uang yang lebih banyak. Pengemis kedua memberi segenggam beras dari mangkuknya. Tapi pengemis ketiga merasa kasihan dan menawarkan mereka mangkuk yang besar dengan isinya yang lengkap, yaitu semua beras dan koin yang dikumpulkannya hingga siang hari.

Raja, yang menyamar, menerima dua pemberian itu dan mengirimkan pengawalnya kepada bendahara istana dengan perintah tertulis untuk memberikan hadiah yang dikirimkan melalui pengawal, yaitu koin sebanyak dua kantong. Pengawal raja kembali dengan koin emas, yang dengan senang hati, disampaikannya kepada pengemis kedua dan ketiga.

Pengemis pertama merasa sangat menyesal karena menolak memberi. Pengemis kedua merasa menyesal karena telah membatasi pemberian. Sementara, pengemis ketika gembira karena menerima harta tak terduga. Raja mengangkat pengemis ketika itu yang penuh kasih sebagai asisten pribadinya.

Tuhan ingin kita turut serta melakukan keajaiban dalam hidup kita, yang merupakan syarat untuk menjawab doa-doa kita. Kitai memberikan kepada Tuhan hal-hal kecil yang kita miliki dan tindakan sederhana yang kita lakukan. Maka, Dia akan dengan senang hati menerimanya dan memberikan berkat bagi kita.

Kisah Inspirasi - Siapakah Perampok yang Sebenarnya?

Alkisah, sebuah perampokan terjadi di sebuah kota.  Perampok bank berteriak ke semua orang yang ada di bank tersebut, "Jangan bergerak! Uang ini milik negara. Hidupmu milikmu!"

Semua orang di bank itu hanya bisa menunduk dengan tenang. Ini yang disebut sebagai "konsep mengubah pikiran", mengubahh cara berpikir yang konvensional.

Ketika seorang wanita yang berbaring di meja secara provokatif, perampok bank itu berteriak padanya "Beradablah, ini perampokan, bukan pemerkosaan!"

Inilah yang disebut "profesional", fokus hanya pada apa yang sudah dilatih untuk itu.

Ketika Perampok kembali ke rumah, perampok yang lebih muda (lulusan S2) berkata kepada perampok yang tua (lulusan SD), "Bang, ayo kita hitung berapa yang kita dapat."

Perampok yang lebih tua berkata, "Bodoh sekali Kau. Uang yang begitu banyak pasti akan lama menghitungnya. Malam ini kita lihat saja televisi. Pasti akan ada berita soal perampokan bank dan menyebutkan jumlah yang dirampok."

Inilah yang disebut sebagai "pengalaman". Kini, pengalaman lebih penting dari sekadar gelar akademik.

Setelah perampok pergi, manajer bank bilang pada supervisor bank untuk menelpon polisi secepatnya. Tetapi supervisor berkata, "Tunggu! Ayo kita ambil 10juta dollar dari bank untuk kita dan tambahkan ke 70juta dollar yang sudah diambil dari bank."

Ini yang disebut "sambil berenang minum air." Mengubah keadaan tak baik menjadi keuntungan pribadi.

Supervisor berkata, "Akan sangat bagus bila ada perampokan setiap bulan." Ini yang disebut "membunuh kebosanan". Kebahagiaan pribadi lebih penting dari pekerjaan.

Keesokan harinya, sebuah stasiun televisi melaporkan bahwa 100 juta dolar telah dicuri dari bank. Karena penasaran, apakah benar mereka merapok sedemikian besarnya, perampok menghitung dan menghitung, tetapi mereka hanya dapat menghitung sebanyak 20 juta dolar. Perampok sangat marah, "Kita bekerja dengan segala risiko dan hanya mendapatkan 20 juta dolar. Tetapi pekerja bank mengambil 80 juta dolar dengan santainya. Sepertinya mendingan terpelajar daripada perampok."

Inilah yang disebut "pengetahuan bernilai lebih banyak daripada emas". Manajer bank tersenyum dan bahagia karena kelelahan main saham dan bisa terbayarkan oleh perampokan yang terjadi. Ini yang disebut "mengambil kesempatan". Berani mengambil risiko!

Jadi, siapakah perampok sejati, yang sebenarnya dan lebih profesional dari para pelaku di atas? 

Kisah Inpspirasi - Filosofi Sepasang Sepatu dalam Rumah Tangga

Dikatakan, pasangan terbaik itu seperti sepasang sepatu. Mengapa? Karena bentuknya tidak sama persis namun serasi. Pria dan wanita diciptakan oleh Tuhan dengan berbeda, namun keduanya serasi dan saling melengkapi.

Saat berjalan tidak pernah kompak, tapi satu tujuan. Saat berjalan, kaki kiri dan kaki kanan tidak pernah berbarengan, selalu ada yang di depan atau di belakang. Namun tujuannya selalu sama atau searah. Inilah pentingnya tujuan bersama dalam rumah tangga, yaitu untuk membangun keluarga yang bahagia.

Sepatu itu tidak pernah berganti posisi, namun saling melengkapi. Sepatu kiri tidak pernah bisa dipakai oleh kaki kanan, demikian juga sebaliknya. Demikian juga dalam hirarki rumah tangga. Pria adalah seorang imam atau pemimpin. Kalau fungsi ini berubah, bila istri menjadi pemimpin, kehidupan rumah tangga bisa berantakan.

Sementara, wanita adalah penolong. Istri diberi gugas menjadi penolong bagi suaminya. Dalam banyak hal, si penolong lebih kuat daripada yang ditolong. Tugas ini dijalankan oleh sang isteri dengan cara memberi nasihat dengan cara yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dengan sikap yang tepat, serta bila dibutuhkan.

Meskipun berbeda, sepatu kiri sama derajat dan harganya dengan sepatu kanan. Inilah kesetaraan pria dan wanita dalam berumah tangga. Pria dan wanita setara karena diciptakan oleh Tuhan sesuai gambarnya. Mereka setara, hanya saja berbeda fungsinya.

Sepatu, bila yang satu hilang, maka yang lain tak memiliki arti. Pasangan suami-isteri adalah pasangan sehidup semati. Oleh sebab itu janji pernikahan diucapkan sebagai hidup bersama sampai maut memisahkan.

Semoga kita memiliki pasangan hidup yang setia dan berbahagia. 

Kisah Inspirasi - Lakukan Hal Kecil dengan Cinta yang Besar

 Bunda Teresa pernah mengatakan, "Tidak semua orang dapat melakukan hal yang besar namun setiap orang dapat melakukan hal kecil dengan cinta yang besar."

Dari keadaan kita yang kecil dan sederhana, kita mampu mewarnai hidup kita dengan sesuatu yang luar biasa. Dengan kekurangan dan keterbatasan diri kita juga, kita membuat sesuatu yang bermakna untuk orang lain.

Bukankah kita mempunyai mata untuk memandang, tangan untuk berbuat, dan kaki untuk melangkah. Bukankah kita mampu memberi pandangan selembut salju kalau kita mau dan senyum sehangat mentari kalau kita berjuang. Bukankah kita juga mempunyai tangan untuk menyalami orang lain seraya mengatakan, "Sahabatku selamat pagi/siang/malam, semoga Tuhan memberkatimu."

Bukankah kita juga mempunyai sepasang kaki untuk mengunjungi mereka yang membutuhkan kita?

Sekali lagi bertindaklah dari hal yang sederhana, dari kasih yang tulus, dan itu akan mampu membuat suasana hidup kita menjadi cermin bagi orang lain. Rintik hujan barang kali tidak akan mampu  membasahi bumi dalam sekejap tetapi dalam ketekunannya ia akan mampu memenuhi samudera luas sekalipun. Mungkin uang seratus rupiah itu tidak terlalu berharga tetapi kita pernah gagal membeli sesuatu hanya karena kurang beberapa ratus rupiah.

Tuhan tidak hanya melihat hasil spektakuler yang kita lakukan tetapi perjuangan dan ketelatenan yang kita tunjukkan dari hal sederhana yang kita miliki. Oleh karena itu, kita tetap berharga dan kita tetap punya kemampuan berbuat sesuatu. Jangan katakan bahwa kita adalah orang tidak berguna, tetapi tanamkan dalam diri kita bahwa kita mampu melakukan sesuatu untuk kita sendiri dan juga untuk orang lain. Setiap orang punya kemampuan tetapi kebahagiaan terbesar dalam hidup bukanlah terutama dimiliki oleh mereka yang mempunyai kemampuan mumpuni tetapi mereka yang berbagi apa yang ia miliki dengan orang lain, kendati kecil dan sederhana.

Kisah Inspirasi - Jangan Pernah Mengubur Pikiran Positif!

Suatu hari, Sang Pencipta mengumpulkan makhluk-makhluk ciptaanNya dan berkata, "Saya ingin menyembunyikan sesuatu dari manusia sampai mereka siap untuk itu. Dan itu merupakan kesadaran bahwa mereka sendirilah yang menciptakan realitas hidup masing-masing."

Elang berkata, "Berikan kepada saya, saya akan terbang tinggi dan membawanya ke bulan."

Sang Pencipta menjawab, "Tidak. Suatu hari mereka akan pergi ke sana dan menemukannya."

Ikan Salmon berkata, "Saya akan menguburnya di dasar laut."

"Tidak. Mereka juga akan pergi kesana,"  balas Sang Pencipta.

Kerbau berkata, "Saya akan menguburnya di dalam tanah."

Sang Pencipta kembali menjawab, "Mereka bahkan akan sanggup masuk ke dalam kulit bumi dan menemukannya di sana."

Nenek Mole, yang tinggal jauh di dalam bumi, dan tidak memiliki mata sebagai indera penglihatan tetapi mampu melihat dengan mata rohaninya, berkata, "Masukkan ke dalam diri mereka."

Sang Pencipta berkata, "Hal itu baru saja terlaksana."

Hidup itu bagaikan sebuah jalan, dimana ada begitu banyak rambu-rambu. Namun ketika kita sedang melaluinya di dalam sebuah rutinitas, janganlah mempersulit pikiran sendiri. Jangan biarkan pikiran kita  terkubur oleh hal-hal negatif, tempatkanlah visi dan tujuan kita dalam suatu realitas, dan wujudkanlah itu menjadi sebuah kenyataan. Bangun dan hiduplah.

Kisah Natal: Berikan Aku Seorang Ayah

Secarik kertas koran terbang dikipas angin dan tersangkut pada tiang listrik. Dari kejauhan bisa dibaca dengan jelas headline yang tertulis dengan warna merah pada halaman koran itu yang mengingatkan saya akan Natal yang kini tiba.

Malam nanti adalah "Malam Kudus, Malam Damai". Dan setiap hati pasti mengimpikan agar di malam ini mereka bisa menemukan setitik kesegaran, menemukan secercah kedamaian yang dibawa oleh Tuhan yang menjelma.

Judul di kertas koran itu tertulis dalam Karakter khusus bahasa Cina Selamat Hari Natal: Semoga Harapan Anda Menjadi Kenyataan.

Karena tertarik dengan judul tersebut, saya memungut kertas koran yang sudah tercabik dan kotor itu. Saya ingin membacanya. Ternyata ini merupakan halaman khusus yang sengaja disiapkan bagi siapa saja agar menuliskan impian dan harapannya. Koran ini seakan berperan sebagai agen yang meneruskan harapan mereka agar kalau boleh bisa didengarkan oleh Santa Klaus atau oleh Tuhan sendiri. Ada kurang lebih tiga puluh harapan yang dimuat di halaman koran hari ini. Namun saya tertarik dengan harapan yang ditulis oleh seorang gadis kelas tiga SMP.

"Tuhan...apakah Engkau sungguh ada? Aku tak pernah tahu tentang Engkau. Aku tak pernah melihat diriMu. Namun banyak orang mengatakan bahwa malam ini Engkau yang jauh di atas sana akan menjelma menjadi seorang manusia sama seperti diriku dan mendengarkan setiap harapan yang ada di dasar setiap hati. Tuhan kalau Engkau sungguh ada dan malam ini mengetuk hatiku, aku akan mengatakan kepadaMu bahwa aku butuh seorang ayah. Berikanlah aku seorang ayah. Aku tahu bahwa harapanku ini bukanlah sesuatu yang baru, karena sejak kecil aku secara terus-menerus merindukan hal ini.

Kata ibuku di rumahku ada seorang ayah. Aku tahu bahwa di rumahku, di samping ibuku masih ada seorang lelaki yang hidup bersama kami. Dan kata ibu, dia inilah yang seharusnya aku panggil ayah. Namun aku tak pernah merasakan cinta seorang ayah. Setiap hari kami tak pernah mengucapkan lebih dari tiga kalimat. Ketika kami saling berpapasan, yang aku rasakan cumalah kebencian yang terpancar dari sudut kedua matanya.

Benar bahwa ia membayar uang sekolahku. Ia juga membiayai kebutuhan hidupku. Tapi... sebatas itukah yang disebut kasih sayang seorang ayah? Dia tak lebih dari pada seseorang yang harus memenuhi sebuah tuntutan hukum untuk mendampingi diriku, tetapi ia bukanlah ayahku. Setiap ongkos yang keluar untuk membayar uang sekolahku harus aku bayar dengan derai air mata dan isakan tangis, harus aku bayar dengan mata yang membengkak. Inikah kasih sayang seorang ayah?

Tuhan...apakah Engkau mendengarkan diriku? Malam ini ketika Engkau menjelma menjadi seseorang seperti diriku dan menjenguk batinku, hanya satu hal yang aku harapkan. Berikanlah aku seorang ayah. Seorang ayah yang mencintaiku, seorang ayah yang bisa menasihati aku, bukan mencaci diriku."

Setelah membaca tulisan ini saya bisa merasakan kepedihan yang bercokol dalam diri si gadis ini. Saya pernah menjadi seorang anak tiri, anak yang kehilangan seorang ayah ketika masih berumur dua tahun. Dan betapa dalam dan besarnya kerinduanku untuk bisa merasakan kasih sayang seorang ayah. Ketika berumur sembilan tahun saya akhirnya boleh memperoleh seorang ayah lagi.

Namun sahabat, saya yakin anda pernah membaca kisah hidup anak tiri. Saya tak hanya membaca, namun dengan hidupku sendiri saya mengalaminya. Ternyata kerinduanku untuk menyapa seseorang sebagai ayah hanya bisa bertahan dalam mimpi. Itulah nasib menjadi seorang anak tiri.

Namun waktu terus bergulir. Ayah tiriku kini telah ubanan. Kalau dulu saya bermimpi untuk dicintai oleh seseorang yang boleh aku panggil sebagai ayah, walau mimpiku ini tak pernah menjadi kenyataan, namun kini saya hanya bisa berjuang untuk mencintai seseorang dengan harapan bahwa ia boleh menyapa saya sebagai anaknya. Yang ada di dasar bathin ini bukanlah rasa marah dan dendam. Tapi belas kasihan.

Dan ini hanya menjadi mungkin karena saya telah mengalami cinta seorang Bapa yang dibawa oleh seorang bayi mungil di kandang hina. Yesus yang lahir dalam dingin telah mengatakan kepadaku bahwa ada seorang Bapa yang selalu dan senantiasa mencintaiku.

Saya tak perlu lagi mencari dan bermimpi. Kini adalah giliranku untuk membalas cinta tersebut dengan mencintai orang lain, dan...terutama mencintai ayah tiriku.

Kisah Inspirasi - Kisah Bunga Putih yang Merasa Rendah Diri

Ini adalah sebuah kisah bunga putih. Ia tidak pernah menyadari bahwa sesungguhnya ia adalah bunga yang terindah yang pernah tumbuh di antara tanah yang penuh dengan semak duri.

Ia tumbuh dengan indah di tengah semak-semak yang keheranan akan bentuk bunga putih itu yang berbeda dengan yang lainnya. Para semak duri memandangnya dengan sinis dan tidak pernah memandang bunga putih itu dengan bersahabat. Bunga putih akhirnya merasa bahwa ialah yang paling buruk karena ia memiliki bentuk yang berbeda di antara semak-semak duri tersebut.

Waktu berlalu. Bunga putih itu tidak pernah merasa bahagia. Ia sering bertanya kepada kupu-kupu yang senang bermain dengannya, "Mengapa aku harus tumbuh berbeda dengan yang lainnya? Mengapa aku terlihat begitu buruk dibandingkan yang lain?"

Kupu-kupu menjawab, "Kau tidak buruk, bunga putih. Hal yang membuatmu merasa buruk adalah karena dirimu terlihat berbeda dengan yang lainnya. Justru kau adalah bunga yang terindah yang pernah kutemui, bunga putih."

Bunga putih terkejut, "Apa maksudmu, kupu-kupu?"

Kupu-kupu lalu menjawab, "Tahukah dirimu, bunga putih. Bunga sepertimu adalah bunga yang cantik dan terindah, karena di tengah-tengah tanah yang penuh dengan semak duri kau tumbuh dengan anggunnya. Bahkan, bagiku kau adalah penolongku, karena ketika aku lapar, di tengah-tengah tempat yang sepertinya tidak ada harapan untuk mencari madu dari bunga, kau menyediakan madu sehingga aku tidak kelaparan. Bunga putih, bunga sepertimu yang tumbuh diantara semak duri sesungguhnya adalah bunga yang cantik dan terindah, karena kau menunjukkan bahwa masih ada harapan di tengah tanah yang penuh semak duri."

Bunga putih pun sadar, dan akhirnya ia bersyukur atas keadaan dirinya.

Terkadang kita seperti bunga putih di atas. Kita sering kali kecewa dan merasa buruk atau tertekan karena berbeda dengan orang lain yang berada di lingkungan sekitar kita.

Kita sering kali tak menyadari bahwa ketika kita berbeda dengan yang lainnya, Tuhan memiliki rencana yang besar di dalam hidup kita, yaitu untuk menjadikan hidup kita menjadi hidup yang memberikan harapan bagi orang lain yang membutuhkan. Dan untuk menunjukkan bagi setiap orang, bahwa mimpi masih bisa terwujud di tengah dinginnya dunia, dan harapan masih ada meskipun sepertinya segala sesuatunya tidak dapat menjanjikan apa-apa.

Karena itu, yakinkan di dalam hati kita, mungkin pada awalnya diri kita merasa tertekan karena berbeda dengan yang lainnya. Namun Tuhan tidak pernah melakukan kesalahan dalam mengatur dan menempatkan diri kita. Karena Ia Mahatahu, perbedaan yang ada pada diri kita untuk menunjukkan pada dunia, bahwa masih ada harapan di dunia ini. Tuhan memilih kita karena Ia mempunyai rencana yang besar di dalam hidup kita, yang tak pernah terpikirkan dalam benak kita, namun sudah dipersiapkan dengan luar biasa oleh Tuhan.

Oleh karena itu, percayalah bahwa apapun yang terjadi di dalam hidup kita, semuanya akan mendatangkan kebaikan dan harapan di dalam hidup kita dan juga hidup orang lain. Terlebih dari itu semua, percayalah bahwa apa yang Tuhan tetapkan di dalam hidup kita, pada akhirnya akan menjadi indah pada waktunya.

Kisah Inspirasi - Apapun yang Dimulai dengan Kemarahan Akan Berakhir Malu

Seorang anak laki-laki bernama Peter adalah satu-satunya anak dari orangtuanya. Ia mempunyai bakat seni yang luar biasa. Gambarnya sempurna, ia membuat model yang luar biasa, dan gambarnya pun elegan.

Ayahnya seorang pemabuk, pemarah, dan tidak menghargai karya seni anak itu. Ia sering memarahi dan memukuli anak itu karena membuang-buang waktu dan kertas untuk karya 'tidak berguna' itu. Tapi ibunya yang penuh kasih, mendorong Peter untuk terus berkarya.

Suatu hari, anak itu menggoreskan gambar yang indah di atas meja di rumah dengan menggunakan ujung pisau yang tajam. Ayahnya melihat karyanya dalam keadaan mabok. Ia geram melihat mejanya tergores dan dengan keras menyalahkan anaknya tanpa ampun. Sang ibu membela anaknya, tapi ia juga menerima pukulan amarah dari ayahnya.

Anak itu lari dari rumah, menangis dengan keras, tak tahan pada kekejaman ayahnya. Ia begitu sedih dan dengan pahit menyatakan tidak ingin kembali ke rumahnya. Orangtuanya kemudian mencari ke mana-mana, tapi tidak bisa menemukannya. Mereka sangat sedih. Sang ibu tidak bisa berhenti mengeluarkan air mata, hingga ia jatuh sakit.

Peter pun pergi dengan naik kereta api dan sampai di sebuah kota yang jauh. Setelah melakukan beberapa pekerjaan kasar dengan upah yang sedikit, ia bergabung dengan biro iklan terpampang pada sebuah papan billboard. Bakat seni yang dimiliki Peter membuatnya sukses dalam profesi barunya dan secara bertahap dia mendapatkan uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Ia pun tumbuh menjadi seorang pria muda yang sehat dan seniman berbakat.

Peter sering berpikir tentang keluarganya dan merasa kasihan terhadap orangtuanya di usia tua mereka. Dia menulis beberapa surat yang ditujukan kepada ibunya, tapi tidak bisa mendapatkan balasan apapun. Akhirnya ia kembali ke desa asalnya, ingn meminta ampun atas tindakannya dan berdamai dengan orangtuanya. Ketika sampai di tempat di mana mereka pernah tinggal, ia terkejut  melihat sebuah rumah mewah baru berada di gubuk tuanya. Pemilik rumah baru mengatakan bahwa ia telah membeli tanah dari ayah Peter ketika ia meninggalkan tempat itu. Dia menambahkan bahwa ibu Peter meninggal segera setelah anaknya meninggalkan mereka. Para tetangga tidak tahu tentang keberadaan ayah Peter.

Tak tahan mendengar kisah sedih atas kematiannya ibunya dan karena tindakannya itu, Peter kembali ke tempat kerjanya. Kemudian perusahaannya membuka cabang di kota dekat tempat asal Peter. Peter ditawari pindah ke cabang baru dan ia siap menerimanya. Mencapai tempat baru, ia tinggal di sebuah rumah kontrakan. Karena ia hanya membutuhkan sedikit uang untuk membayar kontrak rumah, ia memutuskan untuk membeli beberapa perabot murah untuk rumahnya. Ia mengunjungi toko yang menjual furnitur bekas.

Saat memeriksa beberapa furnitur bekas, ia terkejut ketika melihat sebuah meja tua dengan angka tergores di atasnya. Ia mengamati dengan seksama dan menemukan bahwa angka itu yang digoreskannya di atas meja ketika ia masih anak-anak. Dengan mudah ia bisa mengenali meja itu.

Bergegas ia pergi ke pemilik toko, lalu bertanya dari mana dan dari siapa ia mendapat meja tua. Pemilik berpikir sejenak dan teringat pembeliannya dari beberapa potong digunakan furnitur dari pondok seorang pemabuk tua. Pak tua itu sangat miskin dan menjual perabotan rumahnya karena ia tidak punya uang untuk membeli makanan dan minuman. Dia ingat gubuk itu dan memberi arah kepada Peter untuk mencapai pondok pak tua itu.

Peter berlari ke pondok itu dan bertemu dengan ayahnya yang sudah tua di sana. Ayahnya sangat kurus setelah bertahun-tahun  menderita sakit dan miskin. Peter tersungkur di kaki ayahnya dan memohon ampun dari ayahnya. Ia membaaw ayahnya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis yang diperlukan. Lalu, ia membawa ayahnya ke rumahnya dan dengan lembut penuh kasih merawat orangtua itu hingga sehat dan bahagia. Mereka pun tinggal di rumah itu dengan damai.

Tuhan telah  merancang sebuah keluarga menjadi dalam rupa surga. Keluarga adalah yang pertama dan terbaik yang didirikan oleh Tuhan. Orangtua harus berdiri di antara anak mereka, dan Allah, bukan sebagai dinding pemisah tetapi sebagai penghubung.

Kecanduan alkohol telah merusak kehidupan jutaan orang. Kita harus menjauhkan diri dari kebiasaan berbahaya ini dan berdoa agar kasih karunia Tuhan mengubah para pecandu alkohol dan obat-obatan.

Benjamin Franklin pernah mengatakan, "Apa pun yang dimulai dengan kemarahan, akan berakhir dengan malu." Maka, mari mengingat bahwa kemarahan hanya akan membawa kita pada bahaya.

Mari kita juga menghormati dan mencintai orangtua kita. Ingatlah bahwa kita berutang hidup kepada mereka. Bagaimana kita bisa membayar mereka untuk semua yang telah mereka lakukan untuk kita?

Kisah Inspirasi - Kisah Penyembuhan dari Ketakutan

Seorang pria mendatangi praktik psikiater dengan gangguan aneh. Setiap kali ia berbaring di tempat tidurnya, ia memiliki perasaan yang kuat bahwa seseorang bersembunyi di bawah ranjangnya.

Ketakutan ini telah merampas waktu tidurnya selama berbulan-bulan. Dokter mendiagnosis gangguan. Ia mengatakan, "Anda memiliki gangguan kecemasan dengan takut tidur dan pencuri. Kombinasi langka hypnophobia dan kleptophobia."

Dokter itu setuju untuk menyembuhkan 'fobia' dengan menggunakan obat dan psikoterapi biasa. Pasien itu diminta untuk berkonsultasi dengan dokter setiap minggu. Ia harus membayar biaya cukup banyak untuk setiap sesi pengobatan. Obat-obatannya pun berbiaya tinggi.

Pengobatan dilanjutkan selama dua bulan. Setelah itu, pasien berhenti mengunjungi psikiaternya. Satu bulan kemudian, psikiater itu bertemu dengan pasien di sebuah pusat perbelanjaan. Ia bertanya tentang penyakit pasiennya dan bertanya mengapa ia menghentikan pengobatan.

Pasien itu menjawab dengan sukacita, "Dokter, salah satu teman saya, seorang tukang kayu, menyembuhkan penyakit saya. Sekarang saya bisa tidur dengan baik, dan semua ketakutan saya telah hilang."

Psikiater itu terkejut. Ia meminta perincian bagaimana penyembuhannya. Pria itu menjelaskan, "Tukang kayu mempelajari tentang 'fobia' saya. Ia datang ke rumah saya dengan alat dan memotong empat kaki dari tempat tidur saya. Sekarang tidak ada yang bisa bersembunyi di bawah tempat tidur saya. Jadi tidak ada masalah sekarang."

Fobia adalah gangguan kecemasan dengan rasa takut yang intens dan irasional dari suatu objek, binatang, atau situasi. Jutaan orang menderita fobia. Juga ada daftar panjang fobia.

Seperti kisah ini. Seorang instruktur mengarahkan sekelompok mahasiswa selama pelatihan untuk melakukan olahraga petualangan. Ia memerintahkan, "Ada latihan yang sangat berbahaya di depan. Saya ingin yang paling berani dari Anda untuk melakukan operasi. Mereka yang sukarela untuk pelatihan ini dapat bergerak satu langkah ke depan."

Ada suatu loncatan keras dan debu menutupi lapangan. Salah satu mahasiswa yang takut untuk menjadi sukarelawan masih  berdiri. Tapi instruktur mendekatinya dan menjabat tangannya yang menggigil mengucapkan selama karena keberaniannya. Mahasiswa itu bingung dan melihat ke kedua sisinya. Rupanya ia satu-satunya yang berada di barisan depan. Ia menyadari apa yang terjadi. Semua mahasiswa itu rupanya melangkah satu langkah mundur karena ketakutan, sementara ia adalah satu-satunya yang tersisa di depan.

Lain lagi kisah Alexander Agung, yang terkenal karena kegagahan dan keberaniannya. Seorang tentara yang tertangkap karena melakukan tindakan pengecut dibawa kepada Alexander sebelum diadili.

"Siapa namamu?" tanya Alexander.

Tentara itu dengan takut menjawab, "Nama saya Alexander."

Mendengar itu, Alexander Agung marah. Katanya, "Anda harus mengubah perilaku Anda atau mengubah nama Anda. Tidak ada pengecut yang memakai nama saya!"

Sikap optimis dapat mengenali tanggung jawab di setiap krisis. Sementara sikap pesimis selalu mengkhawatirkan setiap krisis dalam tanggung jawabnya.

Kisah Inspirasi - Mari Berdamai dengan Kelemahan Diri

Seorang anak sedang sakit keras. Ia harus segera disuntik agar obat bisa langsung masuk ke dalam pembuluh darahnya. Namun, begitu melihat jarum suntik, si anak memberontak. Ia meronta-ronta sambil menjerit dan menangis, takut disuntik.

Karena bergerak terus, sulit bagi dokter untuk memasukkan jarum suntik. Baru setelah ia kelelahan dan lemas kehabisan tenaga, dokter bisa menyuntiknya. Obat pun masuk ke dalam tubuhnya. Proses penyembuhan dimulai.

Tanpa sadar, kita sering bersikap seperti anak kecil tadi. Ketika menghadapi kenyataan sulit, kita berontak. Panik. Protes. Marah. Sulit menerima kenyatan itu.

Padahal dari peristiwa tersebut kita bisa belajar satu hal penting, yaitu perlunya berdamai dengan kelemahan. Bukannya berontak, tapi berserah diri. Bergantung pada Tuhan sepenuhnya. Justru pada saat itulah, Tuhan pasti menaungi kita. Kita akan dimampukan hidup bersama dengan kelemahan itu karena kekuatan dari Tuhan.

Sudahkah kita berdamai dengan kelemahan kita sendiri, atau terus memberontak? Terkadang kita dibiarkan memiliki kelemahan supaya kita belajar bergantung pada kuasa Tuhan.

Kisah Inspirasi - Kisah Cermin yang Terlupakan

Suatu ketika, sepasang suami istri Smith, mengadakan garage sale, untuk menjual barang-barang bekas yang sudah tidak mereka butuhkan lagi. Mereka sudah setengah baya, dan anak-anak mereka telah berumah tangga sendiri.

Kini waktunya bagi mereka untuk membenani rumah, dan menjual barang-barang yang sudah tidak dibutuhkan lagi. Saat mengumpulkan barang-barang yang akan dijual, mereka menemukan benda-benda yang sudah sedemikian lama tersimpan di gudang. Salah satu di antaranya adalah sebuah cermin yang mereka dapatkan sebagai hadiah pernikahan mereka, beberapa puluh tahun yang lampau.

Sejak pertama kali diperolehnya, cermin itu sama sekali tidak pernah digunakan. Bingkainya berwarna biru air membuat cermin itu tampak buruk dan tidak cocok untuk diletakkan di ruangan manapun di rumah mereka. Namun, karena tidak ingin menyakiti orang yang menghadiahkannya, cermin itu tidak mereka kembalikan.

Akhirnya, cermin itu teronggok di lotong. Dan setelah puluhan tahun berlalu, mereka berpikir orang yang memberikannya tentu sudah lupa dengan cermin itu. Mereka pun mengeluarkannya dari gudang dan meletakkan bersama dengan  barang lain untuk dijual keesokan harinya.

Garage sale yang mereka adakan ternyata mendapat banyak peminat. Halaman rumah mereka penuh oleh orang-orang yang datang untuk melihat barang bekas yang mereka jual. Satu persatu barang bekas mereka mulai terjual. Perabot rumah tangga, buku-buku, pakaian, alat berkebun, mainan anak-anak, bahkan radio tua yang sudah tidak berfungsi pun sudah terjual.

Tiba-tiba seorang pria menghampiri Ny. Smith, tanyanya, "Berapa harga cermin itu?" sambil menunjuk cermin yang tak terpakai.

Ny. Smith tercengang, "Wah, saya sendiri tidak berharap akan menjual cermin itu. Apakah Anda sungguh ingin membelinya?"

"Ya, tentu saja. Kondisinya masih sangat bagus," jawab pria itu.

Ny. Smith tidak tahu berapa harga yang pantas untuk cermin jelek itu. Meskipun sangat mulus, namun baginya cermin itu tetaplah jelek dan tidak berharga.

Setelah berpikir sejenak, Ny. Smith berkata, "Hmmm… Anda bisa membeli cermin itu seharga satu dolar."

Dengan wajah berseri-seri, pria tadi mengeluarkan dompetnya, menarik selembar uang satu dolar dan memberikannya kepada Ny. Smith.

"Terima kasih," kata Ny. Smith, "Sekarang cermin itu menjadi milik Anda. Apakah perlu dibungkus?"

"Oh, jika boleh, saya ingin memeriksanya sebelum saya membawa pulang," jawab pria itu.

Ny. Smith mengizinkan. Pria itu bergegas mengambil cermin dan meletakkannya di atas meja di depan Ny. Smith. Ia mulai mengupas pinggiran bingkai cermin itu. Dengan satu tarikan ia melepaskan lapisan pelindungnya dan muncullah warna keemasan dari baliknya. Bingkai cermin itu ternyata bercat emas yang sangat indah. Warna biru air yang selama ini menutupinya hanyalah warna dari lapisan pelindung bingkai itu.

"Ya, tepat seperti yang saya duga. Terima kasih!" sorak pria itu dengan gembira.

Ny. Smith tidak bisa berkata-kata menyaksikan cermin indah itu dibawa pergi oleh pemilik barunya, untuk mendapatkan tempat yang lebih pantas daripada loteng rumah yang sempit dan berdebu.

Demikianlah bagaimana kita melihat hidup kita. Terkadang kita merasa hidup kita membosankan, tidak seindah yang kita inginkan. Kita melihat hidup kita berupa rangkaian rutinitas yang harus kita jalani. Bangun pagi, pergi bekerja, pulang sore, tidur, lalu bagun pagi lagi, pergi bekerja, pulang sore, dan tidur lagi. Itu saja yang kita jalani setiap hari.

Padahal, di balik rutinitas hidup kita, ada banyak hal yang bisa memperkaya hidup kita. Setiap saat yang kita lewati, hanya bisa kita alami satu kali seumur hidup kita. Setiap detik yang kita jalani, hanya berlaku satu kali dalam hdiup kita. Setiap detik adalah pemberian baru dari Tuhan untuk kita.  Akankah kita menyia-nyiakan dengan terpaku pada rutinitas? Akankah kita membiarkan waktu berlalu dengan merasa hidup kita tidak seperti yang kita inginkan?

Setelah puluhan tahun, barulah Ny. Smith menyadari nilai sesungguhnya dari cermin tersebut. Apakah kita ingin menyadari keindahan hidup kita setelah segalanya terlambat? Tentu saja tidak, bukan?

Oleh karena itu, marilah kita mulai mengikis pandangan kita bahwa hidup hanyalah rutinitas belaka. Mari kita mulai mengelupas rutinitas itu dan menemukan nilai sesungguhnya dari hidup kita. Mari kita mulai menjelajah hidup kita, menemukan hal-hal baru, dan belajar lebih banyak mengenal orang yang lebih baik. Mari kita melakukan sesuatu yang baru.

Mari kita membuat perbedaan.

Kisah Inspirasi - Setiap Pekerjaan adalah Tantangan

Ada saatnya memulai dan ada waktunya menuntaskan. Rumusan sederhana ini berlaku juga untuk pekerjaan. Terkadang, kita gagap saat hendak memulai pekerjaan yang terasa berat. Keraguan pun menyergap. Belum pekerjaan dilaksanakan, pikiran telah melayang jauh … bagaimana pekerjaan diselesaikan. Padahal, ada jarak antara memulai dan menuntaskan. Jarak yang dinamai proses.

Saya jadi teringat pada tulisan pendek Surat untuk Garcia, yang dibuat oleh Elbert Hubbard, bercerita tentang sebuah peristiwa kecil dalam perang Spanyol – Amerika Serikat. Suatu hari, Presiden AS harus mengirim kabar kepada Garcia, seorang pemimpin pasukan bersenjata yang tengah berada di sebuah pegunungan di Kuba. Pesan yang hendak disampaikan begitu penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Tapi tak ada surat atau telegraf yang bisa menjangkau Garcia.

Lalu seseorang berkata, "Ada seorang prajurit bernama Rowan. Setahu saya, dia dapat dipercaya dan diandalkan." Seketika Rowan dipanggil dan dijelaskan tugasnya. Seketika juga Rowan mengambil surat itu, menyegelnya, dan memasukkannya ke dalam tas kulit yang digantungkan di dada. Setelah itu, Rowan bergulat dengan malam, terjalnya pegunungan, dan beragam kesulitan lainnya.

Ketika akhirnya berhasil menemukan Garcia, Rowan langsung menyerahkan surat Presiden, lalu kembali menempuh perjalanan jauh, pulang ke markasnya. Rowan tidak pernah bertanya, "Di mana Garcia kira-kira berada atau jalan mana yang harus saya lalui?", bahkan dia tidak bertanya, "Mengapa saya yang dipilih melakukan tugas ini?" Sebagai patriot, yang dia tahu hanyalah ada pekerjaan yang harus dilakukan dan dia melakukannya!

Buat Rowan, setiap pekerjaan adalah tantangan. 

Kisah Inspirasi - Damai yang Sempurna

Seorang guru bahasa Inggris sedang memberikan dikte di sebuah kelas. Murid-muridnya diminta untuk menuliskan kata-kata yang didiktekan oleh guru. Mereka yang menulis setiap huruf dengan benar, tanpa kesalahan dalam ejaan, anak menerima hadiah.

Guru memulai tesnya dengan memberikan kata pertama, yaitu peace. Para murid pun mulai menulis. Seorang anak yang pintar, berdiri, dan bertanya pada gurunya, "Bu, saya tahu tiga kata diucapkan sama. Yang ini harus ditulis bagaimana?"

Maksud anak itu adalah tiga kata yang terdengar serupa, yaitu peacepiece, dan peas. Guru lupa bahwa saat itu tes sedang berlangsung, tapi ia mencoba untuk memberikan keterangan supaya jelas. "Ini adalah tentang perdamaian, peace," kata sang Guru. Terdengar gemuruh tertawa teman-teman.

Sementara di tempat lain, dalam sebuah kompetisi melukis di sekolah, para murid diminta untuk melukis dengan tema 'perdamaian'. Dua lukisan dipilih dari ratusan lukisan untuk menjadi pemenangnya. Para ahli lukis diminta untuk melihat kedua lukisa.

Satu lukisan menggambarkan pemandangan yang indah. Ada gunung-gunung tertutup oleh hamparan hijau yang subur dan danau yang tenang dengan air yang jernih, sampai-sampai pegunungan hijau dan langit biru terlihat dengan awan putih yang halus. Di sekitar danau terlukis pohon-pohon hijau berbuah lebat dan bunga-bunga yang indah. Seekor burung cantik sedang menikmati istirahatnya di sarang yang aman di atas pohon yang tinggi dan tidak ada gangguan. Setiap bagian dari lukisan menggambarkan kehidupan indah yang sempurna.

Sedangkan lukisan kedua, digambarkan sebuah pegunungan tandus dan liar dengan awan hitam pekat dan kilat bersambaran menunjukkan terjadi badai berat. Air terjun marah dengan aliran air deras di atas bukit berbatu. Pohon-pohon dengan cabang membungkuk karena terpaan angin dan kekerasan. Dalam celah di batu besar, sebuah pohon kecil menunjukkan sarang kecil di atasnya. Di dalam sarang terlihat burung kecil, dengan paruh yang sedikit terbuka, jelas menyanyikan musik yang merdu, dalam keadaan damai sempurna meskipun dikelilingi oleh alam yang ganas.

Para ahli meneliti kedua gambar itu, akhirnya memberikan gelar pertama pada gambar yang kedua. Damai yang sempurna adalah hati seseorang yang tenang saat berada di tengah-tengah semua gangguan y ang tidak bisa dihindari, yaitu masalah, kerja keras, dan kebisingan.

Jelas bahwa damai bukanlah keadaan istirahat yang bisa dinikmati di lingkungan yang tenang dan diam tanpa gangguan. Damai dari Tuhan akan menjaga kita dalam keadaan damai meski kita berada dalam prahara kehidupan.

Kisah Inspirasi - Yang Paling Penting adalah Hidup Tanpa Konflik

Alkisah, ada dua sahabat yang sangat baik tinggal bersama di bawah gunung batu. Aneh mungkin tampaknya, yang satu adalah singa dan satunya adalah harimau.

Mereka bertemu ketika mereka terlalu muda untuk mengetahui perbedaan antara singa dan harimau. Jadi mereka tidak berpikir bahwa persahabatan mereka sama sekali tidak biasa. Mungkin ini juga karena pengaruh seorang biarawan yang tinggal di hutan itu. Ia adalah seorang pertapa.

Suatu hari, dua sahabat itu berdebat yang agak konyol. Kata Harimau, "Semua orang tahu, dingin itu datang ketika bulan berkurang dari penuh."

Singa berkata, "Dari mana kau mendengar omong kosong seperti itu? Semua orang tahu, dingin datang ketika bulan baru penuh!"

Pertengkaran mereka semakin kuat dan kuat. Masing-masing saling meyakinkan yang lain. Mereka tidak bisa mencapai suatu kesepakatan. Mereka bahkan mulai memanggil nama masing-masing. Takut akan putusnya persahabatan mereka, mereka memutuskan untuk pergi bertanya pada biarawan, yang pasti akan tahu tentang hal-hal demikian.

Mengunjungi pertapa yang baik hati, singa dan harimau itu membungkuk hormat dan mengajukan pertanyaan mereka kepadanya. Dengan ramah, pertapa itu berpikir sejenak dan kemudian memberikan jawabannya, "Ini bisa menjadi dingin dalam setiap fase bulan, dari baru penuh dan kembali ke bulan baru lagi. Angin yang membawa udara dingin, baik dari barat, utara, atau timur. Oleh karena itu, Anda berdua benar! Tak satupun dari kalian salah. Yang paling penting adalah hidup tanpa konflik, untuk tetap bersatu. Persatuan adalah terbaik dengan segala cara."

Singa dan harimau mengucapkan terima kasih kepada pertapa bijaksana itu. Mereka senang untuk tetap bersahabat.

Kisah Inspirasi - Kitalah yang Bertanggung Jawab atas Diri Kita Sendiri

Alkisah, Ani dan Dian, dua orang sahabat menghampiri sebuah lapak untuk membeli buku dan majalah. Penjualnya ternyata melayani mereka dengan buruk. Mukanya sungguh tidak ramah.

Ani jelas sekali jengkel menerima pelayanan seperti itu. Yang mengherankan, Dian, santai saja, bahkan bersikap sopan kepada penjual buku itu.

Ani bertanya kepada sahabatnya, "Hei, Dian, mengapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?"

Sahabatnya menjawab, "Lho, kenapa aku harus mengizinkan ia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah sang penentu atas kehidupan kita, bukan orang lain."

"Tapi ia melayani kita dengan buruk sekali," bantah Ani. Ia masih merasa jengkel.

"Ya, itu masalah dia. Dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan lainnya, toh itu tidak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal kitalah yang bertanggung jawab atas diri kita sendiri."

Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain terhadap kita. Kalau  mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lain. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba-tiba menjadi sedemikian pelit.

Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain? Mengapa untuk berbuat baik saja, kita harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain terlebih dahulu.

Mari menjaga suasana hati, jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara kita bertindak. Pilihlah untuk tetap  berbuat baik, sekalipun kita menerima hal yang tidak baik.

Pemenang kehidupan adalah orang yang tetap sejuk di tempat yang panas, yang tetap manis di tempat yang sangat pahit, yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar, dan yang tetap tenang di tengah badai yang paling hebat, serta yang selalu bersyukur.

Kisah Inspirasi - Kecanduan Harus Dihindari

Seorang guru dari kelas tahun terakhir sekolah itu disayang oleh semua siswa. Sayangnya, ia punya kebiasaan buruk yang hanya diketahui oleh beberapa temannya. Ia selalu  menikmati minuman beralkohol secara teratur.

Di kelas terakhirnya ia memberikan murid-muridnya pentunjuk penting bagaimana mempersiapkan ujian akhir. Hari itu, para siswa datang dengan hadiah untuk guru tercinta mereka. Mereka memberikan hadiah satu per satu setelah pelajaran usai.

Salah satu siswa adalah anak pemilik toko besar yang menjual jenis minuman keras yang mahal. Siswa itu mendekati guru dengan membawa bungkusan besar yang berlubang-lubang kecil. Guru itu senang melihat bungkusan itu, ia berharap isinya beberapa minuman keras yang enak. Ia menerima bungkusan dengan sukacita dan mengucapkan terima kasih pada siswa itu.

Ia membawa bungkusan itu dengan sangat hati-hati ke dalam mobilnya, menjaganya agar tetap dekat dengannya. Setelah berkendara jarak jauh melalui jalan yang sibuk, ia merasa ada cairan bocor yang keluar dari bungkusan. Ia menganggap bahwa botol minuman keras itu sengaja di buka atau rusak saat berkendara sehingga minuman itu tumpah. Ia sangat marah, namun enggan untuk membuang minuman keras itu. Karena lalu lintas yang sangat padat, ia tidak bisa menghentikan mobilnya. Jadi ia mengumpulkan cairan yang bocor di tangan kirinya dan menjilatinya dengan bernafsu. Rasanya sangat aneh menurutnya. Tapi ia menduga bahwa itu adalah minuman keras khusus yang belum pernah dirasakannya.

Ketika mencapai tempat yang aman, ia menghentikan mobilnya, dan dengan tergesa-gesa membuka bungkusan itu. Ia terkejut ketika menemukan seekor anak anjing yang bagus di dalam bungkusan. Ia menyadari kini, bahwa cairan yang ia jilati tadi adalah urin anak anjing itu.

Kecanduan alkohol telah merusak kehidupan jutaan orang. Kita harus menjauhkan diri dari kebiasaan berbahaya ini dan berdoa untuk kasih karunia Tuhan agar mengubah para pecando alkohol.

Kecanduan alkohol mendistorsi kepribadian, menghancurkan kehidupan rumah tangga, dan memulai kegiatan anti-sosial. Alkohol muncul untuk menghilangkan masalah dan kekhawatiran untuk sementara waktu, tetapi kemudian akna muncul masalah kembali dalam jumlah besar. Karena alkohol menyebabkan kecanduan itulah yagn harus dihindari.

Mari kita menghindari semua kebiasaan berbahaya.

Monday, December 21, 2015

Kisah Inspirasi - Obat yang Paling Manjur

Alkisah, seorang ibu muda sudah berhari-hari tidak makan, hingga tubuhnya semakin kurus. Seorang tabib tua memeriksa denyut nadinya.

Tabib itu berkata, "Anda memendam begitu banyak masalah dalam hati Anda, sehingga badan menjadi lemah. Karena sebenarnya Anda tidak memiliki penyakit yang parah.

Setelah mendengar diagnosis tabib tadi, ibu muda itu merasa sangat lega seperti terlepas dari beban berat. Kemudian, ibu mudah itu pun menceritakan semua masalahnya pada sang tabib.

Tabib tua itu bertanya, "Bagaimana perasaan suami Anda terhadap Anda?

Ibu muda itu menjawab dengan tersenyum, "Sangat menyayangi saya."

Tabib tua itu  bertanya lagi, "Apakah Anda memiliki anak?"

Dengan penuh cerita ibu muda itu menjawab, "Ada, seoragn putri, sangat pengertian."

Selagi tadi bertanya, tabib itu  menuliskan sesuatu. Setelahnya, ia memperlihatkan tulisannya di dua kertas pada ibu muda itu. Lembar yagn satu bertuliskan masalah ibu muda itu, dan lembaran yang lain berisikan sukacita si ibu muda.

Kemudian, tabib itu berkata pada ibu muda itu, "Kedua kertas ini adalah resep obat untuk penyakit Anda. Anda mencatat semua masalah yang Anda hadapi, dan melupakan sukacita di sekitar Anda."

Sambil berkata begitu, sang tabib tua menyuruh muridnya membawakan sebaskom air dan tinta. Setelah itu, ia meneteskan tinta hitam ke dalam air yang jernih. Terlihat warna hitam muda dari tetesan tinta yang mulai menyebar ke seluruh permukaan air. Dan dalam sekejap, tinta itu tak terlihat lagi.

Sang tabib berkata lagi, "Ketika tinta hitam masuk ke dalam air, warnanya akan memudar. Bukankah kehidupan kita juga begitu?"

Sering kali beban penderitaan yang begitu berat kita rasakan, lebih dikarenakan diri kita sendiri yang terlalu terpaku pada masalah-masalah yang ada dan melupakan sukacita yang ada di sekitar kita. Cobalah belajar untuk mencampurkan sedikit demi sedikit penderitaan pada air kehidupan yang jernih, luas, dan berisi sukacita kita. Dengan begitu, beban hidup kita akan terasa lebih ringan. 

Kisah Inspirasi - Jangan Mengeluh dan Teruslah Bersyukur

"Capek, browsingsebentar, ah," ia membatin sambil mengusap keringat di dahinya. Tak sengaja matanya menangkap judul besar: "Kakek Sukardi, Penjual Miniatur Kapal Pinisi Berkursi Roda yang Pantang Mengemis." (DetikNews, 4/3/2015).

Ia tertarik, karena jarang ada headlinemengangkat berita tentang orangtua, kecuali dalam kisah-kisah tragis. Padahal cerita tragis yang paling tak ia butuhkan sekarang, berhubung kondisi tempat kerjanya sekarang ini sudah cukup tragis.

"Perubahan kebijakan dari pusat, ada sedikit penyesuaian dalam operasional," kata penyelianya. Dalam praktik, ruangan kerja mereka kini hanya setengah dari yang dulu. Berdesakan. Membuat asap rokok Pak X yang tak juga sadar itu lebih agresif menyerang paru-paru asmatisnya. Padahal ia ingin kariernya meningkat seperti teman-teman sebayanya.

Kakek Sukardi (69) dulu kuli di Pelabuhan Tanjung Priok tetapi mengalami kecelakaan fatal yang menyebabkan kelumpuhan. Ia mencoba berdagang makanan-minuman, lalu membuat kerajinan, tapi semua gagal. Sampai ia berhasil membuat sendiri replika kapal pinisi. Ia menjajakannya sendiri dengan kursi roda yang dikendarainya juga sendiri. Selama bertahun-tahun.

Diona terpekur. Apakah ia lumpuh? Tidak. Apakah ia tidak bermodal kepandaian seperti Sukardi? Tidak juga. Ironisnya, ia merasa saat ini Kakek Sukardi duduk di hadapannya dan berkata, "Prinsipnya kita harus semangat, enggak boleh mengeluh dan terus bersyukur, Nak." Jangan-jangan kakek itu sedang menitipkan kunci sukses. 

Kisah Inspirasi - Damai yang Sempurna

Seorang guru bahasa Inggris sedang memberikan dikte di sebuah kelas. Murid-muridnya diminta untuk menuliskan kata-kata yang didiktekan oleh guru. Mereka yang menulis setiap huruf dengan benar, tanpa kesalahan dalam ejaan, anak menerima hadiah.

Guru memulai tesnya dengan memberikan kata pertama, yaitu peace. Para murid pun mulai menulis. Seorang anak yang pintar, berdiri, dan bertanya pada gurunya, "Bu, saya tahu tiga kata diucapkan sama. Yang ini harus ditulis bagaimana?"

Maksud anak itu adalah tiga kata yang terdengar serupa, yaitu peacepiece, dan peas. Guru lupa bahwa saat itu tes sedang berlangsung, tapi ia mencoba untuk memberikan keterangan supaya jelas. "Ini adalah tentang perdamaian, peace," kata sang Guru. Terdengar gemuruh tertawa teman-teman.

Sementara di tempat lain, dalam sebuah kompetisi melukis di sekolah, para murid diminta untuk melukis dengan tema 'perdamaian'. Dua lukisan dipilih dari ratusan lukisan untuk menjadi pemenangnya. Para ahli lukis diminta untuk melihat kedua lukisa.

Satu lukisan menggambarkan pemandangan yang indah. Ada gunung-gunung tertutup oleh hamparan hijau yang subur dan danau yang tenang dengan air yang jernih, sampai-sampai pegunungan hijau dan langit biru terlihat dengan awan putih yang halus. Di sekitar danau terlukis pohon-pohon hijau berbuah lebat dan bunga-bunga yang indah. Seekor burung cantik sedang menikmati istirahatnya di sarang yang aman di atas pohon yang tinggi dan tidak ada gangguan. Setiap bagian dari lukisan menggambarkan kehidupan indah yang sempurna.

Sedangkan lukisan kedua, digambarkan sebuah pegunungan tandus dan liar dengan awan hitam pekat dan kilat bersambaran menunjukkan terjadi badai berat. Air terjun marah dengan aliran air deras di atas bukit berbatu. Pohon-pohon dengan cabang membungkuk karena terpaan angin dan kekerasan. Dalam celah di batu besar, sebuah pohon kecil menunjukkan sarang kecil di atasnya. Di dalam sarang terlihat burung kecil, dengan paruh yang sedikit terbuka, jelas menyanyikan musik yang merdu, dalam keadaan damai sempurna meskipun dikelilingi oleh alam yang ganas.

Para ahli meneliti kedua gambar itu, akhirnya memberikan gelar pertama pada gambar yang kedua. Damai yang sempurna adalah hati seseorang yang tenang saat berada di tengah-tengah semua gangguan y ang tidak bisa dihindari, yaitu masalah, kerja keras, dan kebisingan.

Jelas bahwa damai bukanlah keadaan istirahat yang bisa dinikmati di lingkungan yang tenang dan diam tanpa gangguan. Damai dari Tuhan akan menjaga kita dalam keadaan damai meski kita berada dalam prahara kehidupan.

Kisah Inspirasi - Setiap Pekerjaan adalah Tantangan

Ada saatnya memulai dan ada waktunya menuntaskan. Rumusan sederhana ini berlaku juga untuk pekerjaan. Terkadang, kita gagap saat hendak memulai pekerjaan yang terasa berat. Keraguan pun menyergap. Belum pekerjaan dilaksanakan, pikiran telah melayang jauh … bagaimana pekerjaan diselesaikan. Padahal, ada jarak antara memulai dan menuntaskan. Jarak yang dinamai proses.

Saya jadi teringat pada tulisan pendek Surat untuk Garcia, yang dibuat oleh Elbert Hubbard, bercerita tentang sebuah peristiwa kecil dalam perang Spanyol – Amerika Serikat. Suatu hari, Presiden AS harus mengirim kabar kepada Garcia, seorang pemimpin pasukan bersenjata yang tengah berada di sebuah pegunungan di Kuba. Pesan yang hendak disampaikan begitu penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Tapi tak ada surat atau telegraf yang bisa menjangkau Garcia.

Lalu seseorang berkata, "Ada seorang prajurit bernama Rowan. Setahu saya, dia dapat dipercaya dan diandalkan." Seketika Rowan dipanggil dan dijelaskan tugasnya. Seketika juga Rowan mengambil surat itu, menyegelnya, dan memasukkannya ke dalam tas kulit yang digantungkan di dada. Setelah itu, Rowan bergulat dengan malam, terjalnya pegunungan, dan beragam kesulitan lainnya.

Ketika akhirnya berhasil menemukan Garcia, Rowan langsung menyerahkan surat Presiden, lalu kembali menempuh perjalanan jauh, pulang ke markasnya. Rowan tidak pernah bertanya, "Di mana Garcia kira-kira berada atau jalan mana yang harus saya lalui?", bahkan dia tidak bertanya, "Mengapa saya yang dipilih melakukan tugas ini?" Sebagai patriot, yang dia tahu hanyalah ada pekerjaan yang harus dilakukan dan dia melakukannya!

Buat Rowan, setiap pekerjaan adalah tantangan. 

Kisah Inspirasi - Kesuksesan Ditentukan oleh Pola Pikir Kita

Di depan sebuah Taman Kanak-kanak, seorang tukang balon sedang sibuk mengisi balon dengan gas, mengikatnya dengan seutas tali lalu mengikatnya di sepeda tempatnya berjualan. Balon itu berwarna-warni, ada yang merah, kuning, biru, hijau, dll.

Begitu banyaknya variasi warna yang ada hingga menarik perhatian anak sekolah untuk membelinya sepulang mereka dari sekolah.

Di tengah kesibukan tukang balon, datanglah seorang anak kecil yang menarik-narik celana panjang si tukang balon itu dan bertanya, "Pak, kalau yang warnanya biru bisa terbang?"

"Bisa," jawab tukang balon sambil tetap sibuk mengikat balon-balonnya.

Tak lama, anak kecil itu bertanya lagi, "Pak, kalau yang berwarna merah bisa terbang juga?"

"Bisa," jawab tukang balon itu kepada anak kecil itu.

Selang beberapa menit kemudian anak itu bertanya lagi, "Pak, kalau yang berwarna hitam itu juga bisa terbang?"

Saat itu juga tukang balon berhenti sejenak dengan sedikit menunduk sambil memegang bahu anak itu ia berkata, "Nak, bukan warnanya yang menentukan balon itu  bisa terbang atau tidak, tapi apa yang diisikan ke dalamnya yang menentukan ia bisa terbang atau tidak.

Banyak orang berpikir bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh latar belakang pendidikan, status sosial, atau bisnis yang dijalaninya. Sesungguhnya sukses itu ditentukan oleh pola pikir kita. Jika kita memiliki pola pikir yang tepat maka tindakan kitapun akan tepat dan hasilnya tentu tepat pula.

Kisah Inspirasi - Tuhan, Ini Saya!

Anton, seorang pegawai yang sangat lugu dan setia. Ia memiliki kebiasaan unik. Setiap kali ia makan siang dan pulang ke rumah, ia selalu menyempatkan diri untuk berhenti di depan pintu rumah ibadah yang dilewatinya untuk berdoa sejenak.

Dua belas tahun sudah ia lakukan kebiasaan tersebut, hingga suatu hari seseorang bertanya akan kebiasaannya, "Anton, apa sih yang kau lakukan di depan pintu rumah ibadah itu setiap hari?"

Jawab Anton, "Saya berdoa."

Orang itu bertanya lagi, "Doa apa?"

Anton menjawab, "Singkat saja. Tuhan, ini saya, Anton."

Hingga suatu hari, Anton sakit dan masuk ruang ICU. Ia merintih kesakitan dan berseru, "Tuhan, ini saya, Anton!"

Setiap kali rasa sakit mendera tubuhnya, ia selalu memanggil nama Tuhan. Sampai pada suatu malam Anton bermimpi bila Tuhan datang, menyentuh keningnya dengan lembut sambil berkata, "Anton, ini Saya."

Anton senang sekali, ia langsung duduk, tapi yang menyapanya sudah menghilang. Segera ia melepas selang infus, keluar dari ruang ICU, dan mencari Tuhan.

Perawat yang melihatnya kaget dan bertanya, "Mau ke mana, Mas Anton?"

Anton menjawab, "Saya mau mencari Tuhan yang menyapa saya."

Perawat itu berpikir Anton mungkin sedang bermimpi. Tapi herannya, ketika Anton diperiksa kembali kesehatannya, ia sudah sembuh total dan sehat seketika itu juga.

Ya, Tuhan sayang dengan orang yang tulus hati dan setia. Ia tidak membutuhkan kepandaian kita, Ia tidak membutuhkan kefasihan lidah kita. Ia juga tidak membutuhkan doa kita yang panjang-panjang dan dahsyat. Ia tidak kagum dengan hebatnya pelayanan kita, indah, dan megahnya gedung kita.

Satu hal yang pasti, Tuhan melihat sampai ke dasar hati kita, apa yang menjadi motivasi dan kerinduan kita saat mengiringi Dia, hanya dengang mengatakan "Ini saya" itu sudah lebih dari cukup. Tuhan sudah tahu dan mengerti.

Tuhan, ini Saya.


Kisah Inspirasi - Kisah Dua Ikan

Seekor ikan besar dan ikan kecil tinggal di sebuah danau yang besar. Ikan yang besar bangga akan ukuran dan kekuatannya. Ia menertawakan ikan kecil. Ia sering kali mengejek ikan kecil.

Dengan sombongnya, ikan besar berkata kepada ikan kecil, "Beraninya kau bicara padaku? Kau terlalu kecil dan konyol. Sementara aku sangat kuat dan kokoh. Kau terlalu kecil dan lemah. Malu rasanya mengatakan kalau kau termasuk keluarga ikan."

Tapi ikan kecil itu sangat menghormati ikan besar, sehingga ia tidak mau membalas kata-kata ikan besar. Tiba-tiba jaring diturunkan oleh nelayan untuk menangkap ikan.

Keduanya tertangkap dalam jaring, tetapi ikan kecil bisa dengan mudah melarikan diri melalui lubang jaring. Sementara ikan besar tertangkap dalam jaring, terjerat, dan terperangkap dalam jaringnya. Ikan kecil merasa sedih melihat temannya tertangkap dalam jaring nelayan, karena ia merasa telah dibesarkan bersama-sama.

Jaring itu dibawa oleh nelayan ke pantai. Ikan besar dengan angkuh melompat untuk melarikan diri. Namun, sia-sia saja. Ia kehilangan napas dan akhirnya mati. Sementara itu ikan kecil berenang diam-diam ke sisi danau yang lebih aman. Ia tetap mengkhawatirkan nasib temannya.

Fred Smith, pendiri FedEx, mengatakan, "Kerendahan hati tidak menyangkal kekuatan yang Anda miliki. Perlu disadari bahwa kekuatan datang melalui Anda, bukan dari Anda."

Kerendahan hati adalah kualitas yang aneh. Saat orang mengira ia memilikinya, ia akan kehilangan itu. Harga diri pergi sebelum jatuh.

Kisah Inspirasi - Kisah Penyamaran yang Gagal

Sekali waktu, seekor keledai merumput di sebuah padang rumput di tepi hutan. Setelah memuaskan nafsu makannya, ia berjalan jauh, lalu tersesat di dalam hutan. Tiba-tiba ia melihat kulit seekor singa tergeletak di dekat semak-semak.

Betapa bahagianya keledai itu. Ia bermimpi untuk menjadikan dirinya sebagai raja hutan setelah memakai kulit singa itu. Jadi, ia mengambil kulit singa itu dan memakainya. Lalu ia pergi ke danau dan bercermin pada air di danau yang jernih itu. Ia senang melihat dirinya benar-benar tampak seperti singa sekarang.

Maka, keledai bodoh itu masuk ke hutan dan berjalan dengan gaya singa. Hewan kecil seperti kucing, tikus, dll, berpikir bahwa itu adalah singa. Mereka berlari untuk menghindar. Keledai itu semakin percaya diri dan ia mulai berjalan dengan bangganya.

Tiba-tiba keledai melihat rubah datang ke arahnya. Ia mencari cara untuk menakut-nakuti rubah itu, sayangnya rubah itu cukup pintar dan berkata, "Aku akan takut pada raungan singa dan bukan ketika seekor keledai meringkik meskipun ia memakai kulit apapun."

Keledai itu segera membuang kulit singa itu dan berlari ke tempat yang aman.

Menyamar demi tujuan yang tidak baik, tidak akan pernah berhasil.