Tuesday, November 3, 2015

Inspirasi - Keputusan yang Terburu-buru Tidak Akan Membantu

 Neil suka bepergian dan ia sangat menyukai hutan. Setiap kali ia berencana untuk liburan, ia akan memilih tempat yang alami ini.

Untuk merayakan ulang tahun kedua anaknya, ia memutuskan untuk tinggal dan menikmati perayaan di sebuah hutan, yang terletak di lereng gunung. Dia bersama keluarganya dan teman-teman, mencapai desa yang terletak dekat hutan dan tinggal di pondok. Pondok itu terletak di pintu masuk dari hutan lebat, di mana para tamu dapat melihat hewan berkeliaran di dekatnya.

Anak Neil melihat seekor anjing di pintu dan ia menawarkan biskuit. Anjing itu senang dan segera anak kecil itu berteman dengan anjing itu. Pada hari kedua, hari ulang tahun anak itu dirayakan megah di hutan dalam alam yang indah. Anjing itu tidak meninggalkan anak itu bahkan untuk satu menit dan mereka berdua menjadi sahabat dekat.

Hari berikutnya, Neil, istri dan orang dewasa lainnya memutuskan untuk pergi berburu di hutan dan mengatur agar babysitter untuk mengurus anak mereka untuk setengah hari.

Setelah 3 jam, semua orang dewasa kembali ke pondok dan mereka tampak sangat lelah. Anjing melihat Neil dan yang lainnya, bergegas menyongsong mereka dan menjilati sepatu Neil. Pondok terbuka namun tidak ada orang.

Istri Neil ini terkejut melihat noda darah di mulut anjing dan ia berteriak. Semua orang terkejut melihat mulut anjing itu berlumuran darah. Mereka berpikir bahwa anjing itu telah membunuh anak Neil. Mereka mulai menyerang anjing itu, hingga si anjing menjerit kesakitan. Neil memukul anjing itu dengan pistolnya hingga terluka parah. Mendengar suara anjing yang menyayat, babysitter bergegas menuju pintu masuk dengan anak Neil di gendongannya.

Ketika melihat babysitter dengan anak Neil, mereka terdiam dan bertanya apa yang terjadi dengan anjing itu dan mengapa noda darah di mulut anjing itu?

Babysitter itu kemudian memberitahu bahwa anak kecil itu diserang oleh seekor serigala yang berkeliaran di sekitar rumah. Tapi untungnya serigala itu dibunuh oleh anjing itu. Babysitter itu juga menunjukkan serigala yang mati kepada mereka.

Mereka merasa begitu bersalah dan menawarkan pertolongan pertama untuk anjing yang terluka itu.

Demikianlah, tergesa-gesa itu menyengsarakan. Ketika keputusan dibuat dengan terburu-buru, maka tidak akan membantu memecahkan masalah.

Inspirasi - Hati yang Penuh Cinta

Keluarga Raya memutuskan untuk merenovasi rumahnya. Ia membeli rumah itu dua setengah tahun lalu. Sejak anak-anaknya tumbuh, ia dan istrinya ingin merenovasinya.

Mereka memutuskan untuk istirahat dan membuka dinding ruang tamu mereka. Awalnya, ketika Raya membeli rumahnya, dinding kayu yang digunakan sebagai bagian dari dekorasi interior. Ia memutuskan untuk mengganti dinding kayu. Ketika ia membuka dinding kayu, ia terkejut melihat seekor cicak  terjebak dalam ruang hampa antara dinding.

Ia sangat terkejut dan bertanya-tanya bagaimana cicak itu bisa ada di sana, karena dinding kayu itu benar-benar disegel dan tidak ada ruang untuk bergerak di belakang dinding. Ia melihat kaki cicak terjebak oleh kukunya, yang dipalu dari luar.

Raya dan keluarganya benar-benar kagum melihat cicak  itu di balik dinding kayu, dan merasa tidak enak dengan itu. Ibu Raya mengingatkannya bahwa mereka mungkin memalu paku untuk menggantung foto anak mereka. Namun, mereka semua bertanya bagaimana cicak  itu bertahan hingga sekarang tanpa bergerak dari tempat itu.

Keluarga itu akhirnya memutuskan untuk menunggu  beberapa waktu dan melihat keajaiban bagaimana cicak  dengan kuku yang terjebak itu bertahan selama beberapa bulan tanpa bergerak. Pertanyaan yang jelas adalah bagaimana cicak itu bertahan tanpa makanan karena tidak bisa bergerak.

Sementara mereka mengatur hal-hal lain, mereka tidak lagi memperhatikan kadal itu. Tiba-tiba anak Raya berteriak, "Ayah, lihat di sini!"

Cicak lain muncul membawa makanan di dalam mulut. Ya, itu adalah kejutan yang nyata. Cicak itu memberi makan cicak lain yang terjebak di dinding.

Tindakan ini sangat menyentuh hati dan semua orang begitu kagum pada cicak yang memberi makan saudara mereka untuk waktu yang lama tanpa merasa lelah. Kedua cicak  itu membawa harapan hidup meski segala rintangan dan muncul dari situasi yang sulit.

Kedua cicak itu tidak pernah berakhir harapan mereka dan melakukan penuh cinta. Makhluk kecil yang diberkati untuk membawa hati yang indah dan kecermelangan.  Mengapa kita manusia, yang mempunyai indera dan diberikan dengan kemewahan hidup, peduli dan cinta dalam hati kita, masih saja mempunyai rasa kebencian?

Mari kita berbagi cinta, berbagi peduli.

Inspirasi - Perencanaan ke Depan Membuat Hidup Lebih Mudah

Tiga ikan tinggal bersama di sebuah danau. Meskipun ketiganya bersama-sama, mereka sangat unik. Mereka sangat kontras karakternya dan berdebat untuk hal-hal kecil. Namun, mereka senang. Ketiganya tumbuh menjadi ikan dewasa.

Ikan pertama selalu mengenang masa lalu dan sangat malas. Ikan ini tidak percaya dalam mempersiapkan masa depan. Jika kita bisa menemukan sesuatu yang cukup  berlawanan dengan kalimat "Mencegah lebih baik daripada mengobati", itu bisa jadi ikan pertama.

Ikan kedua hidup untuk saat ini. Sedikit lebih bijak dan cenderung membuat beberapa keputusan yang baik di menit terakhir.

Dan ikan ketiga adalah salah satu ikan yang cerdas. Biasanya berpikir banyak, membuat keputusan bijaksana, dan selalu memiliki ide-ide cerdas dan menarik, saran dan rencana untuk hidup bahagia dan aman.

Suatu hari, saat ketika ikan itu sedang bermain di danau, ikan ketiga mendengar dua nelayan berbicara tentang memancing. Dua ikan yang lainnya mendengar apa yang mereka bicarakan. 

Orang pertama mengatakan, "Saya mendengar tentang danau ini, yang memiliki ikan besar. Mengapa kita tidak bisa menikmati waktu kita di sini? "

Pria kedua menjawab, "Ya itu ide yang baik. Saya suka memasak dan makan ikan segar. Kita akan membuatnya besok siang di sini."

Dan mereka pun meninggalkan tempat itu.

Ikan ketiga mengatakan kepada dua ikan lainnya, "Mereka berencana menangkap kita. Kita harus pergi ke tempat lain untuk hidup dengan aman. Saya sudah menemukan rute yang akan membawa kita ke kanal terdekat dan kemudian mencapai sebuah danau baru."

Ikan kedua berkata, "Ya saya juga mendengar mereka. Tetapi mereka mungkin tidak kembali atau mungkin berakhir memancing di tempat yang jauh. Kita bisa berpikir tentang besok ketika kita melihat mereka."

Ikan pertama berkata, "Oh mari kita mengabaikannya. Mari kita istirahat sekarang!"

Ikan ketiga, yang cerdas, pindah ke danau terdekat melalui jalan rahasia sendiri. Dua ekor ikan lainnya membantah untuk mengikutinya.

Hari berikutnya, dua nelayan tiba. Ikan kedua melihat mereka memancing dan merencanakan untuk melarikan diri. Saat tertangkap dalam jaring, ikan itu berpura-pura mati. Para nelayan melemparkannya kembali ke dalam danau dan ikan yang kedua itu pun lolos.

Ikan pertama, yang malas tidak tahu tentang keberadaan para nelayan. Sangat segera tertangkap dan sebelum bisa berpikir tentang bagaimana untuk melarikan diri, ia dimasukkan ke dalam keranjang dan mati hanya dalam beberapa menit.

Demikianlah dalam hidup kita, perencanaan ke depan membuat hidup kita lebih mudah!

Inspirasi - Kisah Sepeda dan Persahabatan

Mike adalah seorang anak laki-laki berusia 11 tahun. Ia anak satu-satunya dalam keluarganya. Ayahnya bekerja sebagai tukang kayu dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Meskipun keluarga Mike bukanlah keluarga kaya, tetapi mereka hidup bahagia.

Sekolah Mike terletak satu mil dari rumahnya. Ulang tahun Mike tinggal seminggu lagi. Ia meminta ayahnya untuk dibelikan, sehingga ia bisa pergi ke sekolah dengan sepeda dan tidak perlu berjalan kaki, tetapi tergantung ayahnya menyekolahkannya di  mana. Ayahnya berjanji untuk membelikan sepeda sehingga ia tidak perlu berjalan ke sekolah lagi. Mike merasa begitu bahagia.

Saat hari ulang tahun tiba, Mike terbangun dengan bahagia, dan berharap ibu dan ayahnya tersenyum pada hari ulang tahunnya. Mike merasa senang dan berharap ayahnya membelikannya hadiah sepeda. Ia diberikan oleh ayahnya sebuah hadiah yang dibungkus dengan indahnya dan rapi. Ia terkejut.

Sang ayah rupanya berbakat membungkus hadiah itu dan Mike melihat satu set buku sebagai hadiah ulang tahun dari ayahnya. Meskipun ia sedikit kecewa karena tidak menerima sepeda, ia mengucapkan terima kasih kepada ayahnya.

Ayah Mike tertekan karena dia tidak punya cukup uang untuk membeli sebuah sepeda. Ia berjanji kepada anaknya untuk segera membelikan sepeda.

Seminggu kemudian, Mike sedang dalam perjalanan ke rumahnya sekembali dari sekolah ketika ia melihat seorang anak laki-laki mengendarai sepeda. Mike merasa bahwa sepeda itu terlalu kecil untuk anak laki-laki berbadan besar itu. Tiba-tiba, anak itu menabrak kotak surat dan tergelincir di jalan. Mike bergegas menghampirinya. Ternyata ia mengenalinya. Anak laki-laki itu adalah Sam, teman sekolahnya.

Sam terluka parah dan tidak ada satu orang pun di dekat mereka untuk membantunya kecuali Mike. Mike membantu Sam berdiri dan memberinya air. Ia terluka cukup parah pada kaki kiri dan tangannya. Mike meminta Sam untuk duduk di sudut dan segera mengendarai sepeda itu ke rumah sakit terdekat untuk meminta bantuan.

Ambulan segera datang dan membawa Sam ke rumah sakit. Dengan memakai sepeda Sam, ia segera ngacir ke rumah Sam dan memberitahu orangtuanya tentang kecelakaan yang menimpa Sam.

Sam dan orangtuanya mengucapkan terima kasih kepada Mike atas bantuannya yang tepat waktu. Mike pun mengucapkan terima kasih, "Itu semua mungkin karena aku mengendarai sepeda Sam." Mike juga mengatakan kepada orangtua Sam, "Sepeda itu terlalu kecil untuk Sam yang berbadan besar dan itu menyebabkannya jatuh dan terluka."

Sam dan Mike pun akhirnya menjadi teman dekat. Mike dan Sam bertemu di rumah sakit sampai ia diperbolehkan pulang.

Sam mendapat sepeda baru dan ia mengetahui bila Mike tidak mempunyai sepeda. Ia pun memberikan sepeda lamanya untuk Mike dan dengan izin orangtua Mike, ia menerima hadiah itu dari Sam.

Persahabatan yang indah.

Inspirasi - Kisah Berbagi Hadiah

Alkisah, sebuah kota yang indah. Kota ini dipimpin oleh seorang pria yang ramah dan murah hati, serta terkaya di kota itu. Ia begitu murah hati hingga selalu membantu orang lain dan memenuhi kebutuhan mereka.

Pria kaya ini senang ketika ia diberi hadiah seorang anak. Ia menikah sudah 10 tahun namun tidak memiliki anak selama bertahun-tahun. Untuk merayakan kelahiran anaknya, ia merencanakan sebuah pesta besar-berasan untuk semua orang di kota.

Ia menunjuk koki terkenal dari berbagai bagian negara dan memerintahkan mereka untuk membuatkan lebih dari 100 jenis makanan bagi penduduk kotanya.

Para juru masak dan asisten mereka mulai memasak untuk pesta. Sementara mereka berhasil membuat sebagian besar makanan, mereka tidak bisa mendapatkan ikan, yang memberikan kelezatan khusus.

Orang kaya ini, yang mengetahui hal itu, segera mengumumkan  kepada para penduduk kota, bahwa ia akan memberi hadiah besar kepada orang yang membawakan seekor ikan untuk pesta itu.

Pengumuman ini akhirnya sampai ke kota dan desa lain. Banyak warga desa berusaha keras untuk mendapatkan ikan yang dimaksud. Banyak dari mereka yang gagal, tetapi seorang pria paruh baya mendapat ikan besar dan segera membawanya ke pemimpin kota itu.

Ketika ia hendak masuk ke istana, ia dihentikan oleh penjaga gerbang. Pria paruh baya ini berjanji untuk memberikan setengah dari hadiah yang diperolehnya jika penjaga gerbang membiarkannya masuk ke istana. Penjaga gerbang yang serakah itu ingat akan pengumuman hadiah dari majikannya, ia pun membiarkan pria paruh baya itu masuk ke istana dengan membawa ikannya.

Orang kaya itu senang mendapatkan ikan dan memerintahkan koki untuk segera memasaknya. Ia berkata, "Saya sangat senang karena Anda membawakan saya ikan itu. Katakan, apa yang Anda inginkan sebagai hadiah? Anda perlu sekantong koin emas? Perhiasan? Sebuah rumah atau tanah?"

Pria paruh baya itu menjawab, "Saya hanya ingin 100 cambukan di punggung saya."

Semua orang yang mendengarnya kaget. Namun, seperti yang dijanjikan, orang kaya itu memutuskan untuk memberikan hadiah yang diinginkan. Namun, sebelum seorang algojo memberinya cambukan, pria paruh baya itu meminta orang kaya untuk memanggil penjaga gerbang masuk.

Semua terkejut dan bertanya-tanya ada hubungan apa di antara keduanya. Pria paruh baya sambil menunjuk penjaga gerbang mengatakan, "Ia adalah mitra bisnis saya. Ia tidak mengizinkan saya membawa ikan ke dalam dan saya berjanji untuk memberinya 50 persen dari apa yang saya terima, maka ia mengizinkan saya. Jadi tolong, berikan yang layak ia terima setengah dari apa yang seharusnya saya terima."

Orang kaya itu memahami alasan di balik permintaan 100 cambukan. Ia pun bertanya kepada penjaga gerbang, "Aku ingin memberimu sepenuhnya apa yang diminta oleh orang yang membawa ikan."

Dengan serakah, penjaga gerbang itu tersenyum lebar dan berkata "ya". Pelayan pun memberinya 100 kali cambukan di punggungnya. Tentu saja ia terkejut! Sementara, pria paruh baya itu diberi penghargaan dengan koin emas.

Demikianlah, keserakahan akan membawa kita dalam kesulitan. Mengambil jalan pintas untuk mendapatkan sesuatu yang lebih banyak, tidak akan membantu kita. Dan kemalasan membuat kita tidak akan mendapatkan apa pun.

Inspirasi - Kisah Pertemanan Monyet dan Buaya

Monyet dan Buaya tinggal di sebuah danau yang indah, dikelilingi oleh rumput hijau subur, pohon-pohon yang indah, pegunungan, dan pohon jamblang yang paling lezat. Hiduplah seekor monyet di salah satu pohon jamblang yang terletak dekat danau.

Di danau itu juga terdapat beberapa buaya. Ada satu buaya yang mengumpulkan buah jamblang yang jatuh ke danau.

Karena buaya mengunjungi pohon jamblang itu setiap hari, ia menjadi berteman dengan monyet. Buaya dan monyet bertemu setiap hari. Monyet membantu buaya menyediakan lebih banyak dan segar buah jamblang dari pohon. Hubungan mereka berlanjut dan mereka menjadi sahabat dekat.

Suatu hari, monyet meminta buaya untuk memberikan beberapa buah jamblang untuk istri dan keluarganya sebagai buah yang lebih lezat. Buaya setuju dan memberikan banyak buah jamblang  kepada istrinya.

Istrinya sangat gembira dan terkejut karena ia tidak pernah makan buah-buahan begitu lezat, sejauh ini. Dia bertanya suaminya, di mana ia mendapatkan buah-buahan itu. Buaya mengatakan, temannya, monyet yang tinggal di pohon jamblang memberikan buah itu untuknya.

Istri buaya membuat sebuah rencana dalam pikirannya. Dia bertanya pada suaminya, "Apakah temanmu makan buah ini setiap hari?"

Buaya itu menjawab, "Ya."

Istri buaya menukas lagi, katanya, "Oh ya ampun. Ini adalah buah manis yang pernah kita makan. Bayangkan bagaimana lezat hati monyet jika ia makan buah ini setiap hari! Aku butuh hati temanmu. Bisakah engkau membawakan untuk saya?"

Buaya terkejut mendengar hal itu dari istrinya. Dia menjawab, "Tapi ia adalah teman dekat saya. Saya tidak bisa melakukan ini padanya."

Istri buaya berkata lagi, "Jangan khawatir. Kau hanya perlu membawanya ke sini. Saya kemudian yang akan mengurusnya. Atau, kau bisa mencoba mendorongnya ke dalam air jika ia tidak tahu caranya berenang."

Setelah waktu yang lama, buaya setuju untuk membawa monyet kepada istrinya.

Keesokan harinya, buaya mengundang monyet untuk bergabung dengan mereka untuk makan siang dan meminta makanan favoritnya. Monyet gembira dan setuju untuk menjadi tamu, tetapi ia khawatir karena tidak tahu bagaimana berenang di danau.

Buaya memikirkan kesedihan monyet, dan mengatakan kepadanya, "Jangan khawatir. Saya akan membawamu pada punggung saya dan akan membawa kembali dengan selamat juga! '

Monyet menerima tawaran itu dan buaya pun membawa di punggungnya ketika melewati danau. Ketika mereka sampai setengah jalan, buaya mencoba untuk mendorong monyet ke dalam air. Namun, monyet memegang buaya dengan erat dan tidak jatuh. Monyet curiga tentang tindakan buaya dan memintanya untuk mengatakan yang sebenarnya.

Karena buaya meyakini monyet sebagai teman baiknya, ia menceritakan percakapan dan perselisihan dengan istrinya yang ingin mencelakai monyet untuk makan hatinya!

Monyet yang cerdas berkata, "Oh sahabatku, mustinya kau cerita sejak tadi. Aku meninggalkan hatiku di salah satu cabang pohon yang tidak kubawa ika melakukan perjalanan panjang. Jika kau membawaku kembali, aku bisa memberikan hatiku."

Buaya menerima saran monyet dan membawa monyet kembali ke danau. Saat mereka mencapai pohon di mana monyet hidup, monyet naik dengan cepat dan melarikan diri dari buaya.

Monyet berteriak pada buaya, "Saya pikir Kau sebagai teman yang baik, tetapi kau menipuku. Aku tidak akan pernah kembali dan tidak akan pernah menjadi temanmu."'

Buaya mengerti kesalahannya dan kembali pulang dengan tangan kosong, bahkan kehilangan seorang teman yang baik.

Inspirasi - Kisah Unta yang Hilang

Alkisah, dua pedangan kehilangan unta mereka. Mereka bertemu pelancong dan bertanya apakah ia melihat unta mereka. Pria itu menjawab tidak.

"Apakah unta kalian buta di mata kanannya?" tanya pria itu kepada pedagang tadi.

"Ya, itu dia," jawab pedagang itu.

"Apakah lumpuh di satu kaki kirinya?" pria itu bertanya lagi.

"Ya, tentu saja itu," kata para pedagang itu.

"Apakah gigi depannya hilang?" tanya pria itu lagi kepada para pedagang itu.

"Ya, memang itu," kata mereka.

"Apakah unta itu sarat dengan madu di satu sisi dan dengan gandum di sisi lain?" tanya pria itu lagi.

 "Ya, itulah yang dimuat," jawab para pedagang itu. "Silakan bawa unta itu untuk kami."

"Tapi saya belum melihat unta Anda," kata pria itu. "Dan saya tidak tahu di mana ia."

Para pedagang itu marah dan berkata, "Lalu bagaimana bisa Anda ceritakan begitu persis segala sesuatu tentang unta kami?"

"Itu rahasia saya," kata pria itu.

Para pedagang membawa pria itu menghadap kepada raja, yang juta bertanya di mana unta itu. Pria itu menjawab bahwa ia tidak melihatnya. Raja lalu bertanya bagaimana ia tahu begitu  banyak tentang unta tersebut.

Pria itu menjawab bahwa unta makan rumput hanya di sisi kiri jalan. Jadi dia tahu bahwa itu adalah buta.

Tanda-tanda satu kaki kiri yang lemah. Hal ini menunjukkan bahwa unta itu lumpuh. Sambil makan rumput, itu telah meninggalkan rumput kecil di tengah.

Jadi dia belajar bahwa unta itu telah kehilangan gigi depan. Ada semut membawa biji jagung di satu sisi jalan dan lalat makan madu di sisi lain. Raja pun puas dengan penjelasannya dan membiarkan pria itu pergi.

Inspirasi - Bersyukur Atas Apa yang Kita Miliki Membuat Kita Bahagia

Neya, gadis kecil berumur delapan tahun tinggal bersama ayahnya Rana, Ibunya, Nita, dan kakaknya, Raya. Keluarga kecil yang bahagia itu tinggal di sebuah desa yang indah dikelilingi dengan alam yang indah. Desa itu terletak di lereng gunung, dengan pemandangan indah gunung bersalju.

Bangunan rumah Neya dikelilingi banyak tanaman dan pohoh. Keluarga itu makan dari hasil tanaman musiman dan pepohonan. Kehidupan mereka benar-benar dikelilingi oleh alam dan keindahan.

Sementara keluarga itu hidup sangat bahagia, Neya merasa tidak suka dengan suasana keindahan desa. Ia benar-benar ingin pindah ke kota dan menikmati kehidupan kota. Ia ingin berbelanja, berjalan-jalan di sekitar kota, menonton film, makan di restoran, kongkow di kafe, dll.

Namun, hampir tidak ada kemungkinan keluarga Neya pindah ke kota karena mereka memiliki segalanya di desa.

Neya tertidur selama siang hari itu. Ternyata ia bermimpi aneh. Ia melihat neneknya, dalam mimpinya, sebagai seorang peri dan memberikan padanya apa keinginannya. Neya meminta bahwa ia akan senang menikmati kehidupan kota seperti yang selalu diinginkannya.

Nenek mengerti keinginan Neya, tapi ia masih ingin menyakinkan bahwa kehidupan desa itu damai dan lebih baik dari kehidupan kota. Katanya, "Cucuku, kau tidak bisa memiliki akses ke buah-buahan dan sayuran segara dari tanaman seperti yang kau miliki di rumah. Kau tidak bisa menghirup udara segar. Kau tidak bisa bermain dengan hewan. Kau tidak bisa menemukan pohon. Kau tidak akan menemukan kedamaian seperti yang kau lihat di sini. Apa kau masih ingin pergi ke kota?"

Tanpa mendengar rasa keprihatinan dari neneknya, Neya tetap meminta untuk mengabulkan keinginannya. Nenek pun mengabulkan keinginannya tetapi dengan syarat. Neya hanya memiliki waktu 6 jam untuk menghabiskan waktu di kota. Kemudian, ia harus kembali ke desa. Neya pun menyetujuinya.

Neya mendapati dirinya berada di kota dengan teman-temannya. Ia pergi ke bioskop, makan di restoran, berbelanja di mal besar, dan kini mengerti segala sesuatu yang diberitahu oleh neneknya yang ada di kota. Tidak ada damai, tidak ada keheningan, kehidupan kota bergerak cepat dan bergegas, ia tidak bisa menemukan hewan atau bahkan pohon! Ia menyadari bahwa hidupnya di desa dengan keluarganya lebih indah daripada kehidupan kota. Ia pun sampai di rumah.

Kakaknya, Raya, memanggilnya untuk makan siang dan membangunkannya dari tidur. Neya ingat akan mimpinya dan menyadari bahwa apa yang dimilikinya sekarang berlimpah dan menyenangkan. Ia menceritakan mimpinya kepada keluarganya, yang membuat mereka tertawa. Neya pun semakin mencintai tanaman, hewan, dan alam di sekitarnya.

Mari kita cintai keluarga, binatang, dan alam di sekitar kita yang kita miliki sekarang. Bersyukur atas apa yang kita miliki akan membuahkan kebahagiaan dalam diri kita.

Inspirasi - Kisah Anjing dan Keledai

Di sebuah kota, hiduplah seorang tukang cuci. Ia memiliki dua binatang peliharaan, yaitu anjing dan keledai. Anjing bertugas untuk  berjaga-jaga. Sementara, keledai difungsikan untuk membawa pakaian tukang cuci atau beban yang lain.

Pada suatu malam, seorang pencuri masuk ke rumah tukang cuci itu. Saat itu si tukang cuci sedang tidur nyenyak. Anjing peliharaannya juga terlalu cepat tertidur. Jadi anjing itu tidak menggonggong ketika pencuri masuk.

Keledai itu melihat pencuri masuk dan ingin membangunkan tuannya dengan meringkik keras. Pencuri itu akhirnya  mengambil langkah seribu.  

Karena ringkikan keledai, tukang cuci itu terbangun dan tidak bisa tidur lagi. Ia tidak mengerti mengapa keledai meringkik begitu keras.

Oleh karena itu tukang cuci memukuli keledai itu karena tidak taat pada tuannya. Tapi rumah tukang cuci itu diselamatkan. Padahal itu adalah tugas anjing untuk berjaga-jaga, bukan tugas keledai.

Kalau kita sering mengatakan "Urus saja urusanmu sendiri", bagaimana bila terjadi hal yang demikian dan keledai diam saja karena itu bukan tugasnya berjaga-jaga? Mungkin tukang cuci itu akan kehilangan bayak.

Inspirasi - Kisah Petani yang Bijaksana

Peter, seorang petani di sebuah desa, memenangkan medali emas untuk jagung terbaik yang tumbuh di pertaniannya. Ia menjadi terkenal karenanya, dan banyak media menulis tentang keberhasilannya.

Suatu hari, seorang reporter terkejut ketika menemukan Peter membagikan benih ke petani lain di desa itu. Tanyanya, "Jika Anda mendistribusikan benih Anda, bagaimana Anda akan memenangkan persaingan untuk jagung terbaik di tahun depan?"

"Tuan," jawab Peter, "Angin mengambil serbuk sari dari tanaman dan bunga dan menyebar di mana-mana. Jadi, jika di pertanian tetangga saja tidak tumbuh tanaman yang baik, maka di tanah pertanian saya juga demikian. Jika saya menginginkan jagung tumbuh dengan baik, maka saya harus membantu tetangga saya juga."

Reporter itu menyadari betapa bijaksananya petani itu.

Demikianlah dalam kehidupan kita. Untuk menjadi bahagia, maka kita harus membuat orang lain bahagia juga.

Inspirasi - Nilai dari Seikat Bunga

Seorang pria turun dari sebuah mobil mewah yang diparkir di depan tempat pemakaman umum. Pria yang ternyata sopir itu, berjalan menuju pos penjaga pemakaman.

Setelah memberi salam, ia berkata, "Pak, maukah Anda menemui wanita yang ada di mobil itu? Tolonglah Pak, karena para dokter mengatakan sebentar lagi beliau akan meninggal!"

Penjaga kuburan itu menganggukan kepalanya tanda setuju dan ia segera berjalan di belakang sopir itu. Seorang wanita lemah dan berwajah sedih membuka pintu mobilnya dan berusaha tersenyum kepada penjaga kuburan itu sambil berkata, "Saya Ny. Steven. Saya yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali kepada Anda. Saya mengirim uang itu agar Anda dapat membeli seikat bunga dan menaruhnya di atas makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan hati Anda. Saya ingin memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang telah menolong saya."

"O, jadi Nyonya yang selalu mengirim uang itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada Anda. Memang uang yang Nyonya kirimkan itu selalu saya belikan bunga, tetapi saya tidak pernah menaruh kembang itu di pusara anak Anda." jawab pria itu. 
"Apa, maaf?" tanya wanita itu dengan gusar. 
"Ya, Nyonya. Saya tidak menaruh bunga itu di sana karena menurut saya, orang mati tidak akan pernah melihat keindahan seikat bunga. Karena itu setiap bunga yang saya beli, saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit, orang miskin yang saya jumpai, atau mereka yang sedang bersedih. Orang-orang yang demikian masih hidup, sehingga mereka dapat menikmati keindahan dan keharuman kembang-kembang itu, Nyonya," jawab pria itu.

Wanita itu terdiam, kemudian ia mengisyaratkan agar sopirnya segera pergi.

Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga pemakaman.

"Selamat pagi. Apakah Anda masih ingat saya? Saya Ny. Steven. Saya datang untuk berterima kasih atas nasihat yang Anda berikan beberapa bulan yang lalu. Anda benar bahwa memperhatikan dan membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna daripada meratapi mereka yang sudah meninggal. Ketika saya secara langsung mengantarkan bunga-bunga itu ke rumah sakit atau panti jompo, bunga-bunga itu tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga turut bahagia. Sampai saat ini para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tetapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita dan pengharapan adalah obat yang memulihkan saya!"

Oleh karena itu, jangan pernah mengasihani diri sendiri, karena mengasihani diri sendiri akan membuat kita terperangkap dalam kubangan kesedihan. Ada prinsip yang mungkin kita tahu, tetapi sering kita lupakan, yaitu dengan menolong orang lain sesungguhnya kita menolong diri sendiri.

Inspirasi - Berjalan dengan Keong

Tuhan memberiku sebuah tugas, yaitu membawa keong jalan-jalan. Kalian tahu sendiri 'kan bagaimana keong berjalan? Tentu saja aku tidak bisa jalan terlalu cepat, meski keong sudah berusaha keras merangkak. Ia hanya beralih sedikit demi sedikit.

Aku tidak sabar. Aku mendesaknya, menghardiknya, dan memarahinya. Keong memandangku dengan pandangan meminta maaf, seolah-olah ia berkata, "aku sudah berusaha dengan segenap tenagaku!"

Aku  menariknya, menyeret, bahkan menendangnya, ah… keong terluka. Ia mengucurkan keringat, napasnya tersengal-sengal, ia merangkak lagi ke depan.

Sungguh aneh, mengapa Tuhan memintaku mengajak seekor keong berjalan-jalan. Ya, Tuhan! Mengapa? Langit sunyi-senyap. Kubiarkan keong merangkak di depanku, dengan kesal aku mengikuti di belakangnya.

Pelankan langkah, tenangkan hati.

Apa ini? Tiba-tiba tercium aroma bunga. Ternyata ini adalah sebuah taman bunga. Aku rasakan hembusan angin sepoi-sepoi, ternyata angin malam bertiup demikian lembutnya. Ada lagi! Aku dengar suara kicau burung, suara dengung cacing. Aku lihat langit penuh bintang cemerlang.

Mengapa dulu tidak pernah kurasakan semua ini? Barulah aku teringat. Mungkin aku telah salah menduga.

Ternyata Tuhan meminta keong untuk menuntunku jalan-jalan, sehingga aku bisa memahami dan merasakan keindahan taman ini. Ini tak pernah kualami seandainya aku berjalan sendiri dengan cepatnya. Ternyata Tuhan meminta keong menuntunku jalan-jalan sehingga aku dapat mamahami dan merasakan keindahan taman ini yang tak pernah kualami kalo aku berjalan sendiri dengan cepatnya.

Saat kita bertemu dengan orang yang benar-benar kita kasihi, maka berusahalah memperoleh kesempatan untuk bersamanya seumur hidup kita. Karena ketika ia telah pergi, segalanya telah terlambat.

Saat bertemu dengan teman yang bisa kita percaya, maka berusahalah rukun bersamanya. Karena seumur hidup manusia, teman sejati tidak mudah ditemukan.

Saat bertemu penolong kita, ingatlah untuk bersyukur padanya. Karena ialah yang mengubah hidup kita.

Saat bertemu dengan orang yang kita cintai, ingatlah dengan tersenyum untuk berterima kasih. Karena ialah orang yang membuat kita lebih  mengerti tentang kasih.

Saat bertemu dengan orang yang pernah kita benci, maka sapalah dengan tersenyum. Karena ialah yang membuat kita semakin teguh dan kuat.

Saat bertemu dengan orang yang pernah mengkhianati kita, maka baik-baiklah berbincang dengannya. Karena jika bukan karena ia, hari ini kita tak pernah memahami dunia ini.

Saat bertemu dengan orang yang pernah diam-diam kita cintai, berkatilah ia. Karena saat kita mencintainya, bukanlah berharap ia bahagia?

Saat bertemu dengan orang yang tergesa-gesa meninggalkan kita, berterima kasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidup kita. Karena ia adalah bagian dari nostalgia kita.

Saat bertemu dengan orang yang pernah salah paham dengan kita, gunakan saat itu untuk menjelaskannya. Karena kita mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskannya.

Saat bertemu dengan orang yang saat ini menemani kita seumur hidup, berterima kasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintai kita. Karena saat ini kita bersamanya mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati. 

Inspirasi - Tak Pernah Ada Kata Terlambat

Benarkah bahwa kita tak pernah terlalu tua untuk memulai karir baru atau membuat perubahan dramatis dalam kehidupan kita? Bagaimana jika kita berusia 72 atau bahkan 82 tahun? Apakah seusia itu kita terlambat untuk mempelajari bahasa baru?

Ah, rasanya tidak juga.

Dua ratus tahun lalu negarawan Roma, Cato, mempelajari bahasa Yunani pada usia 80 tahun. Bisakah kita lebih kreatif di usia itu? Bagaimana dengan Goethe? Mahakaryanya, 'Faust' belum sempurna hingga ia berusia 80 tahun. 
Dan Michelangelo berusia 71 tahuh ketika ia melukis Kapel Sistine.

Sementara, Luigi Cornaro, seorang terpelajar dari Venesia, mulai menulis geriatrik pada usia 83 tahun. Risalah klasiknya 'The Joys of Old Age' ditulis pada tahun 1562 ketika ia berusia 95 tahun!

Di era modern, seorang filosof besar, ahli matematik, dan pecinta perdamaian, Bertrand Russell, berpartisipasi dan ditahan dalam sebuah demonsttasi anti nuklir ketika ia berusia 89 tahun.

Dan tentu saja kita tak bisa melupakan Nenek Moses, yang mulai melukis di usia 80. Tahukan anda bahwa sekitar 25% lukisannya yaitu sebanyak 1,500 lukisan dibuatnya setelah ia berusia 100 tahun?

Kemudian ada Henry Little, seorang Presiden Direktur dari The Institution for Savings di Newburyport, Massachusetts, memutuskan untuk pensiun sehingga orang yang lebih muda bisa mengambil alih. Tuan Little pensiun ketika ia berusia 102 tahun! Orang lebih muda yang ia maksud ternyata berusia 83 tahun.

Apa yang bisa kita pelajari dari contoh-contoh di atas? Mereka semua sangat berhasrat tinggi melakukan apa yang meraka kerjakan. Hasrat atau passion adalah sumber energi dan membuat seseorang tetap awet muda, sebagaimana yang ditulis Benjamin Franklin,

"Mereka dengan cinta mendalam tak pernah tua, mungkin saja mereka meninggal karena usia tua, tapi sesungguhnya mereka mati muda."

Mereka juga menyadari, bahwa lebih baik menjadi 70 tahun lebih muda daripada berusia 40 tahun, sehingga mereka tidak membiarkan usia menghambat mereka untuk mengejar mimpi. Mereka memahami bahwa tak ada kata terlambat untuk mulai mengerjakan sesuatu, dan saat inilah waktu untuk bertindak.

Tidak seperti King Richard II, mereka tidak pernah berkeluh kesah, "Aku menyia-nyiakan waktu, dan sekarang waktu lah yang menyia-nyiakan aku."

Pelajaran lain yaitu ketika peluang muncul, mereka terjun ke dalamnya. Memang, pasti ada resiko di dalamnya, tapi mengapa kita takut akan kehidupan? Kematian, mungkin, tapi tidak dengan kehidupan. 
Rita Coolidge menyadari pentingnya hal ini ketika ia berkata, "Terlalu sering peluang datang mengetuk, tapi saat kita melepas rantai, melepas gembok, membuka kunci dan mematikan alarm pencuri, saat itu sudah terlambat."

Satu hal, bahwa obat mujarab untuk tetap awet muda adalah pengalaman dan pengetahuan baru yang kita dapat setiap hari.

Rupanya Henry Ford merasakan hal serupa, ketika ia berkata, "Siapapun yang berhenti belajar adalah kaum tua, tak peduli terjadi di usia 20 atau 80. Siapapun yang tetap belajar tidak cuma awet muda tapi tetap bernilai, tanpa memperhatikan kapasitas fisiknya."

Pada akhirnya, ada pepatah yang patut dipertimbangkan, "Ketika kau lihat orang tua yang ramah tamah, berwatak halus, mantap, berisi, dan mempunyai selera humor yang baik, yakinlah bahwa kemudaan, kemurah-hatian, dan kesabaranlah yang mereka miliki. Pada akhirnya mereka tidak meratapi masa lalu, juga tidak takut pada masa depan; mereka seperti waktu malam di ujung hari yang menyenangkan."

Inspirasi - Kekuatan Sebuah Harapan

Alkisah, hidup seorang pengusaha yang cukup berhasil di sebuah kota. Ketika pengusaha itu jatuh sakit dan cukup parah, satu per satu pabrik mereka dijual. Harta mereka terkuras untuk berbagai biaya pengobatan dan biaya hidup. Ini semua karena sang pencari nafkah sedang terbaring tak berdaya.

Hingga akhirnya mereka harus pindah ke pinggiran kota dan membuka sebuah rumah makan sederhana. Sementara, sang suami sudah tiada. Beberapa tahun kemudian, rumah makan sederhana itu pun harus berganti rupa menjadi warung makan yang lebih kecil di sebelah pasar.

Setelah lama tak terdengar kabarnya, kini setiap malam tampak sang ibu tua itu dibantu oleh anak dan menantunya menggelar tikar berjualan lesehan di alun-alun kota.

"Cucunya sudah berapa, Bu?" tanya beberapa pelanggannya yang masih mengenal masa lalu ibu itu yang berkelimpahan. Namun, ibu itu tak kehilangan senyumnya yang tegar saat meladeni para pembeli.

Lalu seorang pembeli yang mengetahui kisah ibu penjual nasi itu memberanikan diri bertanya, "Wahai Ibu, bagaimana kau sedemikian kuat?"

Ibu penjual nasi itu tersenyum ramah, lalu menjawab, "Harapan, Nak! Jangan pernah kehilangan harapan. Bukankah seorang guru dunia pernah berujar, karena harapanlah seorang ibu menyusui anaknya. Karena harapanlah kita menanam pohon meski kita tahu kita takkan pernah sempat memetik buahnya yang ranum bertahun-tahun kemudian. Sekali kau kehilangan harapan, kau kehilangan seluruh kekuatanmu untuk menghadapi dunia."

Bagaikan sebuah kendaraan, harapan adalah bahan bakar dalam kehidupan kita. Kendaraan akan mati dan tidak bisa berjalan normal jika bahan bakarnya habis, begitupun jika kita kehilangan sebuah harapan.

Semakin besar harapan seseorang, maka semakin kuatlah keyakinan kita dalam melangkah. 

Inspirasi - Kisah Terowongan Pembawa Damai

Alkisah, Zenkai, putera seorang samurai, melakukan perjalanan ke Edo dan di sana menjadi pelayan seorang pejabat tinggi. Sayangnya, ia jatuh cinta dengan isteri pejabat itu dan ketahuan. Sebagai usaha perlindungan diri, ia membunuh pejabat itu. Lalu, ia melarikan diri dengan isteri pejabat itu.

Keduanya kemudian menjadi pencuri. Akan tetapi, wanita ini sedemikian rakusnya sehingga Zenkai tidak suka melihatnya. Akhirnya, ia meninggalkan wanita itu dan melakukan perjalanan jauh ke propinsi Buzen. Di sanalah ia menjadi seorang pengemis yang berkelana.

Untuk menghapuskan kesalahan masa lampaunya, Zenkai bertekad untuk melakukan beberapa kebajikan selama hidupnya. Karena tahu bahwa ada sebuah jalan yang berbahaya di sebuah tebing yang telah mengakibatkan kematian dan kecelakaan bagi banyak orang, ia memutuskan untuk menggali sebuah terowongan menembus gunung di sana.

Siang hari pekerjaannya mengemis makanan, dan pada malam harinya Zenkai bekerja menggali terowongan. Setelah tiga puluh tahun berlalu, terowongan yang berhasil digalinya itu telah mencapai sepanjang 2280 kaki, dengan tinggi 20 kaki, dan lebar 30 kaki.

Dua tahun sebelum tugas ini diselesaikan, putera dari pejabat yang telah dibunuhnya, yang merupakan seorang serdadu yang trampil, menemukan Zenkai dan datang untuk membunuhnya sebagai balas dendamnya.

"Saya akan memberikan kepada Anda nyawa saya secara rela," kata Zenkai, "Tapi, biarkanlah saya menyelesaikan pekerjaan ini terlebih dahulu. Pada saat terowongan ini telah selesai, Anda boleh membunuh saya."

Dengan demikian, serdadu itu menunggu waktu. Beberapa bulan berlalu dan Zenkai masih saja tetap menggali. Anak muda tersebut menjadi bosan menunggu dan mulai membantu menggali. Setelah membantu selama lebih dari satu tahun, ia menjadi kagum atas tekad kuat dan karakter Zenkai.

Akhirnya terowongan itu pun jadi dan orang-orang bisa menggunakannya serta berjalan melaluinya dengan aman.

"Sekarang penggallah kepala saya," kata Zenkai, "Pekerjaan saya telah tuntas."

"Bagaimana bisa saya memenggal kepala guru saya sendiri?" tanya anak muda itu dengan tetes air mata di matanya.

Tidak ada kata terlambat untuk bertobat. Niat yang tulus disertai dengan perbuatan baik, akan menghasilkan sebuah perubahan positif pada kehidupan kita di masa mendatang. Tuhan tahu apa yang telah dan tidak pernah kita rencanakan.

Inspirasi - Kisah Singa yang Sakit dan Rubah yang Cerdik

Alkisah, seekor singa tua menyadari bahwa ia terlalu tua untuk berburu makanan. Ia yakin bahwa ia akan segera mati. Ia sangat sedih dan pulang ke rumah. Saat ia berjalan perlahan ke rumahnya, singa mengatakan kepada burung yang ditemuinya, tentang situasi yang menyedihkan itu.

Segera semua penghubuni hutan mendengar tentang situasi yang sedang dihadapi oleh singa. Hewan lain merasa kasihan dengan singa. Mereka pun satu per satu datang untuk mengunjungi singa di rumahnya.

Singa itu memang berusia tua dan sangat lemah, tapi ia sangat licik. Karena setiap hewan datang ke rumahnya, maka dengan mudah ia menangkap dan memakan mereka. Segera saja singa tua itu menjadi bahagia dan gemuk.

Suatu pagi, rubah datang. Rubah itu juga sangat cerdik. Perlahan-lahan ia mendekati rumah singa. Ia berdiri di luar, bertanya apakah singa itu merasa lebih baik.

"Halo, teman terbaikku," kata Singa. "Apakah itu Kau? Aku tidak bisa melihatmu dengan baik. Kau sangat jauh. Silakan mendekat sini dan katakan padaku beberapa kata-kata baik karena aku sudah tua dan akan segera mati."

Sementara singa itu berbicara, rubah mencermati tanah di depan rumah singa. Akhirnya rubah itu mendongak dan berkata kepada singa, "Saya minta maaf tapi saya harus pergi. Saya sangat gugup karena melihat banyak jejak binatang masuk ke rumah Anda, tetapi saya melihat tidak ada yang keluar lagi dari rumah Anda!"

Seseorang menjadi bijaksana karena diingatkan oleh kesalahan orang lain.

Inspirasi - Katakan Kebenaran Tapi Jangan Melukai Perasaan Orang Lain

Alkisah, seekor singa tua menyadari bahwa ia terlalu tua untuk berburu makanan. Ia yakin bahwa ia akan segera mati. Ia sangat sedih dan pulang ke rumah. Saat ia berjalan perlahan ke rumahnya, singa mengatakan kepada burung yang ditemuinya, tentang situasi yang menyedihkan itu.

Segera semua penghubuni hutan mendengar tentang situasi yang sedang dihadapi oleh singa. Hewan lain merasa kasihan dengan singa. Mereka pun satu per satu datang untuk mengunjungi singa di rumahnya.

Singa itu memang berusia tua dan sangat lemah, tapi ia sangat licik. Karena setiap hewan datang ke rumahnya, maka dengan mudah ia menangkap dan memakan mereka. Segera saja singa tua itu menjadi bahagia dan gemuk.

Suatu pagi, rubah datang. Rubah itu juga sangat cerdik. Perlahan-lahan ia mendekati rumah singa. Ia berdiri di luar, bertanya apakah singa itu merasa lebih baik.

"Halo, teman terbaikku," kata Singa. "Apakah itu Kau? Aku tidak bisa melihatmu dengan baik. Kau sangat jauh. Silakan mendekat sini dan katakan padaku beberapa kata-kata baik karena aku sudah tua dan akan segera mati."

Sementara singa itu berbicara, rubah mencermati tanah di depan rumah singa. Akhirnya rubah itu mendongak dan berkata kepada singa, "Saya minta maaf tapi saya harus pergi. Saya sangat gugup karena melihat banyak jejak binatang masuk ke rumah Anda, tetapi saya melihat tidak ada yang keluar lagi dari rumah Anda!"

Seseorang menjadi bijaksana karena diingatkan oleh kesalahan orang lain.

Inspirasi - Duri dalam Kehidupan Kita

Alkisah, di sebuah kota ada seorang pria yagn menanam pohon berduri di tengah jalan. Walikota sudah berulang kali mengingatkannya agar memotong pohon berduri itu. Tetapi, pria itu hanya menjawab akan dipotong esok hari. Sayangnya, janjinya tidak pernah ditepati.

Hingga beberapa tahun kemudian, pria itu bertambah tua, tetapi pohon berduri itu belum juga dipangkas. Bahkan pohon itu bertambah besar dan tinggi. Cabang-cabangnya semakin tajam dan membesar, hingga hampir menutupi jalan.

Duri dari pohon itu tidak saja melukai orang yang melalui jalan, tetapi juga melukai pemiliknya. Kini pemiliknya ingin memotong pohon itu, tetapi apa daya ia sudah sangat tua. Ia lemah sehingga tidak mampu lagi untuk memotong pohon yang ditanamnya sendiri.

Di dalam kehidupan kita, sudah banyak sekali kita menanam pohon berduri di dalam hati kita. Duri-duri itu tidak saja menusuk orang lain, tetapi juga menusuk diri kita sendiri. Mari kita mengambil kapak, dan memotong seluruh duri itu sekarang juga, sebelum kita kehilangan tenaga sama sekali.

Pohon berduri dalam hati adalah penyakit-penyakit seperti benci, marah, dengki, serta iri. Dengan bertambahnya umur, maka meningkat pula kekuatannya. Tak ada lagi waktu yang lebih tepat untuk memotong pohon berduri itu selain saat ini. Esok hari, penyakit itu akan semakin kuat, sementara tenaga kita akan semakin melemah. Jangan tunggu besok, tebanglah hari ini. Dan kita pun akan terbebas dari penyakit-penyakit itu dalam kehidupan kita.

Inspirasi - Orang Sering Lupa Apa yang Penting

Suatu hari yang sangat panas, seekor rusa tinggi dan kuat berhenti untuk minum di sebuah danau yang jernih. Ketika ia minum air danau itu, ia bisa melihat rupanya di dalam air. Ia seperti bercermin.

"Hei, tanduk saya begitu indah!" katanya pada dirinya sendiri. "Mereka begitu kuat dan anggun. Tapi saya masih sedih karena kaki saya kurus dan jelek."

Pada saat itu, seekor singa datang ke danau itu dan melihat rusa berdiri. Ia pun mencoba melompat di atas rusa. Rusa lari dengan sangat cepatnya. Kaki jeleknya telah membantunya melarikan diri. Tapi singa itu tidak berhenti, ia lari mengikuti rusa.

Segera rusa berlari ke hutan. Tapi, hutan itu sangat lebat dengan banyak pohon. Tanduknya yang indah tersangkut di cabang-cabang pohon. Ia mencoba melepaskan diri, tapi tidak bisa karena tanduknya yang panjang.

Akhirnya singa itu berhasil menangkap rusa dan membunuhnya.

Terkadang, orang sering lupa apa yang benar-benar penting dalam kehidupannya.

Meski Lambat Bila Teratur akan Sampai pada Tujuan

Sekali waktu, kelinci pergi ke danau untuk memuaskan rasa hausnya. Saat itu, ia melihat seekor kura-kura yang bergerak lambat di sana dan ia mengejek kura-kura itu. Kura-kura merasa terpojok dan menatang kelinci untuk sebuah lomba.

Kelinci menerima tantangan dengan senyum. Keesokan harinya, mereka berdua bertemu di titik awal dan balapan dimulai. Seperti yang diharapkan, kelinci melesat jauh di depan kura-kura.

Setelah lebih dari setengah perjalanan, kelinci mulai merasa bosan. Karena kura-kura cukup jauh di  belakang, kelinci berpikir untuk beristirahat. Jadi ia berhenti dan mulai makan rumput hijau. Setelah kenyang, ia merasa mengantuk. Sementara di dekatnya, terlihat semak teduh, maka ia tertidur di situ.

Sementara kura-kura terus berlari dengan kecepatan lambat dan menyusul kelinci yang tidur. Ia mencapai titik tujuan dan memenangkan perlombaan.

Ketika kelinci terbangun, cukup terlambat! Ia takut bila kura-kura mungkin telah melewatinya. Jadi ia berlari dengan kecepatan maksimal, tetapi ketika mencapai tujuan, ia sangat kecewa karena menemukan saingannya sudah menjadi pemenang.

Dari kisah tersebut, mengajarkan kita bahwa orang yang bergerak terus meskipun lambat, tidak pernah kalah. Itu sebabnya pepatah mengatakan, "Lambat dan mantap, memenangkan lomba."

Inspirasi - Hanya Orang Lain yang Bisa Mengatakan Bahwa Anda Layak

Sekali waktu, Mercury, sang dewa keterampilan, tergelitik oleh ide yang aneh. Ia ingin tahu bagaimana manusia memperkirakan nilai dirinya dibandingkan dengan dewa-dewa lain.

Lalu, ia menyamar menjadi seorang pria dan datang ke bumi. Setelah mengembara, ia datang ke rumah seorang pematung. Di tempat pematung itu ia melihat patung berbagai dewa, termasuk dirinya.

Lalu ia mendekati pematung itu dan bertanya, "Berapa harga yang akan Kau tetapkan untuk patung Juno, dewi pernikahan?"

Pematung itu menjawab, "Dua dolar."

Sekali lagi, Mercury bertanya, "Untuk patung Jupiter, kepala dewa?"

"Lima dolar," jawab pematung itu.

"Lalu, berapa harga untuk Mercury?" tanya dewa itu.

"Oh, itu. Saya akan memberikan gratis jika Anda membeli dua yang lainnya," jawab pematung itu.

Mercury dengan cepat memotong pembicaraan dan menghilang.

Kita tidak bisa menilai diri kita sendiri. Hanya orang lain yang bisa mengatakan bahwa kita layak diberikan penghargaan yang tinggi atau tidak.

Inspirasi - Kisah 'Kawin Emas'

Dikisahkan, di sebuah gedung pertemuan yang amat megah, seorang pejabat senior istana sedang menyelenggarakan pesta ulang tahun perkawinannya yang ke-50. Peringatan kawin emas itu ramai didatangi oleh tamu-tamu penting seperti para bangsawan, pejabat istana, pedagang besar serta seniman-seniman terpandang dari seluruh pelosok negeri. Bahkan kerabat serta kolega dari kerajaan-kerajaan tetangga juga hadir. Pesta ulang tahun perkawinan pun berlangsung dengan megah dan sangat meriah.

Setelah berbagai macam hiburan ditampilkan, sampailah pada puncak acara, yaitu jamuan makan malam yang sangat mewah. Sebelum menikmati jamuan tersebut, seluruh hadirin mengikuti prosesi penyerahan hidangan istimewa dari sang pejabat istana kepada istri tercinta. Hidangan itu tak lain adalah sepotong ikan emas yang diletakkan di sebuah piring besar yang mahal. Ikan emas itu dimasak langsung oleh koki kerajaan yang sangat terkenal.

"Hadirin sekalian, ikan emas ini bukanlah ikan yang mahal. Tetapi, inilah ikan kegemaran kami berdua, sejak kami menikah dan masih belum punya apa-apa, sampai kemudian di usia perkawinan kami yang ke-50 serta dengan segala keberhasilan ini. Ikan emas ini tetap menjadi simbol kedekatan, kemesraan, kehangatan, dan cinta kasih kami yang abadi," kata sang pejabat senior dalam pidato singkatnya.

Lalu, tibalah detik-detik yang istimewa. Seluruh hadirin tampak khidmat menyimak prosesi tersebut. Pejabat senior istana mengambil piring, lalu memotong bagian kepala dan ekor ikan emas. Dengan senyum mesra dan penuh kelembutan, ia berikan piring berisikan potongan kepala dan ekor ikan emas tadi kepada isterinya.

Ketika tangan sang isteri menerima piring itu, serentak hadirin bertepuk tangan dengan meriah sekali. Untuk beberapa saat, mereka tampak ikut terbawa oleh suasana romantis, penuh kebahagiaan, dan mengharukan tersebut.

Suasana tiba-tiba hening dan senyap. Tiba-tiba, samar-samar terdengar isak tangis si isteri pejabat senior. Sesaat kemudian, isak tangis itu meledak dan memecah kesunyian gedung pesta. Para tamu yang ikut tertawa bahagia mendadak diam menunggu apa gerangan yang bakal terjadi. Sang pejabat tampak kikuk dan kebingungan. Lalu ia mendekati isterinya dan bertanya, "Mengapa engkau menangis, isteriku?"

Setelah tangisan reda, sang isteri menjelaskan , "Suamiku…sudah 50 tahun usia pernikahan kita. Selama itu, aku telah melayani dalam duka dan suka tanpa pernah mengeluh. Demi kasihku kepadamu, aku telah rela selalu makan kepala dan ekor ikan emas selama 50 tahun ini. Tapi sungguh tak kusangka, di hari istimewa ini engkau masih saja memberiku bagian yang sama. Ketahuilah suamiku, itulah bagian yang paling tidak aku sukai," tutur sang isteri.

Pejabat senior terdiam dan terpana sesaat. Lalu dengan mata berkaca-kaca pula, ia berkata kepada isterinya," Isteriku yang tercinta…50 tahun yang lalu saat aku masih miskin, kau bersedia menjadi isteriku. Aku sungguh-sungguh bahagia dan sangat mencintaimu. Sejak itu aku bersumpah pada diriku sendiri, bahwa seumur hidup aku akan bekerja keras, membahagiakanmu, membalas cinta kasih dan pengorbananmu. "

Sambil mengusap air matanya, pejabat senior itu melanjutkan, "Demi Tuhan, setiap makan ikan emas, bagian yang paling aku sukai adalah kepala dan ekornya. Tapi sejak kita menikah, aku rela menyantap bagian tubuh ikan emas itu. Semua kulakukan demi sumpahku untuk memberikan yang paling berharga buatmu."

Lalu ia melanjutkan lagi, "Walaupun telah hidup bersama selama 50 tahun dan selalu saling mencintai, ternyata kita tidak cukup saling memahami. Maafkan aku, jika hingga detik ini belum tahu bagaimana cara membuatmu bahagia."

Akhirnya, sang pejabat memeluk isterinya dengan erat. Tamu-tamu terhormat pun tersentuh hatinya melihat keharuan tadi dan mereka kemudian bersulang untuk menghormati kedua pasangan tersebut.

Mungkin saja terjadi, suami-istri yang saling mencintai dan hidup satu rumah selama bertahun-tahun lamanya, tetapi tidak ada saling keterbukaan dalam komunikasi. Maka kemesraan mereka sesungguhnya rawan dengan  konflik.

Kebiasaan memendam masalah itu cukup riskan karena seperti menyimpan bom waktu dalam keluarga. Kalau perbedaan tetap disimpan sebagai ganjalan di hati, tidak pernah dibicarakan secara tulus dan terbuka, dan ketidakpuasan terus bermunculan, maka konflik akan semakin tak tertahankan dan akhirnya bisa meledak. Jika keadaan sudah seperti ini, tentulah luka yang ditimbulkan akan semakin dalam dan terasa lebih menyakitkan.

Mari kita selalu membangun pola komunikasi yang terbuka dengan dilandasi kasih, kejujuran, kesetiaan, kepercayaan, pengertian dan kebiasaan berpikir positif. Ketika bertemu dengan orang yang pernah salah-paham pada kita, maka gunakan waktu tersebut untuk menjelaskannya. Mungkin saja kita hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan.

Inspirasi - Kisah Gadis Penjual Apel yang Buta

Beberapa tahun silam, sekelompok salesman menghadiri sebuah konferensi di Chicago. Mereka telah berjanji kepada istri masing-masing akan tiba di rumah pada hari Jumat malam untuk makan malam bersama.

Tentu saja ini membuat mereka terburu-buru mengejar pesawat sambil membaw koper-koper mereka. Namun saat menuju tempat boarding pass tanpa sengaja salah seorang salesman itu menyenggol sekotak apel yang dijajakan. Apel-apel itu berhamburan. Namun, para salesman itu tetap bergegas mengejar pesawat mereka, karena jika tidak, mereka akan terlambat.

Tapi, satu orang di antara mereka berhenti. Ia berhenti sejenak dan mengambil napas dalam-dalam. Ia mencoba mendengarkan suara hatinya, dan ia merasakan belas kasihan pada gadis penjual apel-apel itu. Ia segera memberitahu teman-temannya untuk berangkat tanpa dirinya. Ia juga meminta salah satu dari mereka untuk menghubungi istrinya bahwa ia akan terlambat pulang. Pria itu kemudian kembali ke terminal tempat apel-apel tadi berhamburan di lantai.

Pria itu bersyukur telah membuat keputusan yang benar. Ternyata, gadis penjual apel itu buta! Gadis itu menangis, dan rasa frustasinya terlihat jelas di wajahnya. Ia mencoba meraba-raba mencari apel-apelnya. Ia berseru meminta pertolongan untuk mengumpulkan barang dagangannya, namun tidak seorangpun yang peduli.

Pria itu berlutut memunguti apel bersama gadis itu, yang memungutinya sambil meraba-raba. Setelah terkumpul, pria itu membantu menatanya kembali di meja. Saat ia melihat banyak di antara apel itu yang rusak, ia memisahkannya.

Setelah selesai, pria itu berkata kepada gadis penjual apel itu, "Ini uang 40 dolar, tolong ambil ini untuk mengganti kerusakan yang terjadi. Apakah kamu baik-baik saja?""

Gadis penjual apel itu menghapus air matanya.

Pria itu kemudian berkata, "Aku harap apa yang kami lakukan tidak merusak harimu sedemikian buruk."

Ketika pria itu hendak pergi meninggalkan gadis buta itu, gadis itu memanggilnya kembali, "Tuan…" Pria itu berbalik menatap gadis itu. "Apakah engkau Tuhan?" tanya gadis itu.

Pria itu tertegun dan tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Perlahan ia pergi ke arah penjual tiket untuk pulang ke rumahnya dengan pesawat selanjutnya. Namun pertanyaan gadis itu terus terdengar di telinganya, "Apakah engkau Tuhan?"

Banyak orang di sekitar kita seperti gadis itu. Mereka yang membutuhkan pertolongan. Namun, terkadang kita jarang yang mau berhenti sejenak dan menolong mereka. Bukankah kita harus memberikan kasih kepada siapapun di sekitar kita?

Inspirasi - Semuanya Ada di Diri Kita

 Alkisah, tumbuhlah sebuah pohon yang rindang. Seorang pedagang bersama anaknya sedang berteduh dan beristirahat di bawahnya. Tampaknya mereka kelelahan setelah berdagang di kota. Dengan menggelar sehelai tikar, duduklah mereka dibawah pohon yang besar itu.

Angin sepoi-sepoi membuat sang pedagang mengantuk. Namun, tidak demikian dengan anaknya yang masih belia. Katanya, "Ayah, aku ingin bertanya…" Terdengar suara yang mengusik ambang sadar si pedagang. "Kapan aku besar, Ayah? Kapan aku bisa kuat seperti Ayah, dan bisa membawa dagangan kita ke kota?"

"Sepertinya,"  lanjut sang bocah, "aku tak akan bisa besar. Tubuhku ramping seperti Ibu, berbeda dengan Ayah yang tegap dan berbadan besar. Kupikir, aku tak akan sanggup memikul dagangan kita jika aku tetap seperti ini." Jari tangannya tampak mengores-gores sesuatu di atas tanah. Lalu, ia kembali melanjutkan, "Bilakah aku bisa punya tubuh besar sepertimu, Ayah?"

Sang Ayah yang awalnya mengantuk, mendengar pertanyaan anaknya, hilang sudah rasa kantuknya. Diambilnya sebuah biji, di atas tanah yang sebelumnya di kais-kais oleh anaknya. Diangkatnya biji itu dengan ujung jari telunjuk. Benda itu terlihat seperti kacang yang kecil,  ukuran yang tak sebanding dengan tangan pedagang yang besar-besar.

Kemudian, ia pun mulai berbicara. "Nak, jangan pernah malu dengan tubuhmu yang kecil. Pandanglah pohon besar tempat kita berteduh ini. Tahukah kamu, batangnya yang kokoh ini, dulu berasal dari biji yang sekecil ini. Dahan, ranting dan daunnya, juga berasal dari biji yang Ayah pegang ini. Akar-akarnya yang tampak menonjol, juga dari biji ini. Dan kalau kamu menggali tanah ini, ketahuilah, sulur-sulur akarnya yang menerobos tanah, juga berasal dari tempat yang sama."

Diperhatikannya wajah sang anak yang tampak tertegun. "Ketahuilah Nak, biji ini menyimpan segalanya. Benih ini menyimpan batang yang kokoh, dahan yang rindang, daun yang lebar, juga akar-akar yang kuat. Dan untuk menjadi sebesar pohon ini, ia hanya membutuhkan angin, air, dan cahaya matahari yang cukup. Namun jangan lupakan waktu yang membuatnya terus bertumbuh. Pada mereka semualah biji ini berterima kasih, karena telah melatihnya menjadi mahluk yang sabar.

Suatu saat nanti, kamu akan besar, Nak. Jangan pernah takut untuk berharap menjadi besar, karena bisa jadi, itu hanya butuh ketekunan dan kesabaran."

Terlihat senyuman di wajah mereka. Lalu keduanya merebahkan diri, meluruskan pandangan ke langit lepas, membayangkan berjuta harapan dan impian dalam benak. Tak lama berselang, keduanya pun terlelap dalam tidur, melepaskan lelah mereka setelah seharian bekerja.

Jangan pernah merasa malu dengan segala keterbatasan kita. Jangan merasa sedih dengan ketidaksempurnaan. Karena Tuhan menciptakan kita penuh dengan keistimewaan. Dan karena Tuhan memang menyiapkan kita menjadi mahluk dengan berbagai kelebihan.

Mungkin suatu ketika, kita pernah merasa kecil, tak mampu, tak berdaya dengan segala persoalan hidup. Kita mungkin sering bertanya-tanya, kapan kita menjadi besar, dan mampu menggapai semua impian, harapan dan keinginan yang ada dalam dada. Kita juga bisa jadi sering membayangkan, bilakah saatnya berhasil? Kapankah saat itu akan datang? Tuhan Maha Tahu, ia tidak akan pernah melupakan saatnya kita akan menemukan jalan keberhasilan.

Jangan pernah berkecil hati. Semua keberhasilan dan kesuksesan itu telah ada pada diri kita masing-masing. 

Inspirasi - Tak Ada Kesuksesan Tunggal

Alkisah, tiga orang pemuda terlibat dalam bisnis perdagangan di bawah pengawasan ayah mereka. Mereka sangatlah kaya. Setiap pemuda mahir dalam bagiannya masing-masing.

Yang satu baik dalam bagian penjualan, sementara yang lain kompeten dalam hal pembelian. Dan yang ketiga mahir dalam bidang keuangan.

Sayangnya, pada suatu hari sang ayah jatuh sakit dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Anak-anaknya akhirnya memutuskan untuk membagi bisnis tersebut. Mereka yakin dapat menangani bisnis baru dengan keahlian masing-masing.

Sang ayah merasa sedih dan sempat marah dengan keputusan mereka. Tapi ia tak berdaya karena akhirnya pembagian bisnis itu pun terjadilah.

Akibatnya, mereka menjadi pesaing satu sama lain. Dengan berlalunya waktu, mereka mulai mengalami kerugian besar dalam bisnis masing-masing. Mereka mencoba semua cara yang mungkin agar bangkit lagi, sayangnya situasi justru makin menjadi lebih buruk.

Kemudian mereka mendatangi sang ayah untuk meminta nasihat. Ayah mereka berkata, "Ketika kalian semua melakukan bisnis bersama-sama, bisnis itu berhasil cepat. Tapi itu bukan karena salah satu dari kalian bertanggung jawab untuk keberhasilan bisnis, tetapi karena kalian bertiga bekerja sama untuk membuat bisnis itu sukses."

Ketiga pemuda itu menyadari kesalahan mereka dan bersatu kembali.

Demikianlah, perpecahan selalu menimbulkan keruntuhan. Ingat akan pepatah 'bersatu kita teguh bercerai kita runtuh'.

Inspirasi - Kasih Ibu Bagaikan Sinar Surya

Pada suatu hari, seorang anak bertanya kepada ibunya, "Bu, apakah aku cantik?"

"Tidak," jawab sang Ibu.

Anak itu bertanya lagi, "Bu, apakah aku gemuk dan besar?"

Ibunya menganggunk dan menjawab, "Tentu saja."

Anak itu terkejut. Ia bertanya lagi, "Bu, apakah Ibu menginginkan bersamaku selamanya?"

Sang Ibu menggeleng, katanya, "Tidak."

Anak itu tidak percaya apa yang didengarnya. Tanyanya lagi, "Bu, apakah Ibu akan menangis jika aku meninggalkan Ibu?"

Ibunya dengan tenang menjawab, "Tidak. Ibu tidak akan menangisimu."

Anak itu sangat terpukul dengan jawaban Ibunya. Ia segera lari ke dalam kamarnya.

Lalu, Ibunya menyusul dan memegang pundak anaknya. Sambil menatap anaknya, ia berkata, "Kamu tidak cantik, tetapi sangat cantik. Satu-satunya yang terpikir gemuk atau besar tentangmu adalah hatimu. Ibu tidak menginginkan bersamamu, tapi Ibu membutuhkanmu bersama Ibu selamanya. Dan Ibu tidak akan menangis jika engkau meninggalkan Ibu, tetapi Ibu akan mati karenanya."

Anak itu memeluk Ibunya dengan rasa yang tak mampu ia lukiskan dengan kata-kata.

Seorang Ibu dan kita adala ibarat mata dengan lengan. Jika mata tergores, lengan tidak akan merasa sakit. Tapi jika lengan terluka, maka mata akan mengeluarkan air mata.

Kasih sayang ibu bagaikan sang surya yang menyinari dunia tanpa imbalan apapun. (

Inspirasi - Kejahatan akan Menghancurkan Diri Sendiri

Seekor serigala berkeliaran di hutan untuk mencari mangsa. Ia mendatangi sebuah desa yang terletak di pinggir hutan. Di sana ia melihat kawanan domba sedang merumput di padang rumput.

Saat itu serigala berencana untuk memangsa salah satu domba dari kawanan domba itu. Tiba-tiba ia menemukan kulit domba terlegeletak di jalan. Melihat kulit domba itu, ide jahatnya muncul. Ia berpikir untuk memakai kulit domba itu dan ia masuk ke kawanan domba. Dengan idenya itu pasti akan dengan muda ia mendapatkan mangsa.

Ketika serigala itu  masuk ke kawanan domba, sang gembala berlari ke tempat itu. Segera ia menuju kandang dan menutup pintu. Saat itu istrinya datang ke sana dan berkatal, "Hari ini saya tidak punya apa-apa untuk dimasak sebagai santapan makan malam. Jadi, sembelihlah seekor domba untuk saya."

Gembala itu ke kandang dan mencari domba yang gemuk. Mengira serigala yang menyamar itu adalah domba, ia pun menyembelihnya dengan kapak.

Kejahatan akan berbalik menghancurkan diri sendiri. Serigala itu ingin domba sebagai mangsanya tetapi akhirnya ia sendiri yang menjadi makanan sang gembala.

Inspirasi - Tidak Ada Kata Terlambat untuk Bertobat

Seorang petani memperoleh madu dari rumah lebah setelah ia mengasapi hingga membuat semua lebah pergi dari rumahnya. Ia meletakkan madu di dalam wadah dan membawanya pulang ke rumahnya.

Sayangnya, petani itu tersandung batu kecil di jalan. Akibatnya, wadah madu jatuh dan pecah. Seluruh madu pun tumpah di jalan.

Sebagai cairan lengket, madu tidak menyisakan tempat di mana madu itu tumpah. Karena kesulitan untuk mengambil madunya kembali, petani itu pun pergi dengan mengutuk dirinya sendiri.

Saat itu segerombolan lalat datang ke tempat tumpahan madu. Mengetahui rasa madu, mereka turun ke atasnya. Mereka tidak pernah berpikir bahwa madu akan "menangkap" mereka dengan fatal. Setelah mereka mengambil madu untuk disantap, mereka mencoba untuk terbang tetapi kaki dan sayap mereka terjebak dalam madu yang lengket.

Lalat itu menangis, "Betapa bodohnya kita! Untuk sedikit kesenangan kita harus mati sebelum waktunya." Sayang, penyesalannya sudah terlambat sekarang.

Inspirasi - Batu Kecil Sebagai Peringatan

Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya.

Ia berteriak-teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan pekerja. Usahanya pun sia-sia saja. Untuk menarik perhatian temannya yang bekerja di bawah, ia mencoba melemparkan uang logam ke bawah. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang logam itu, lalu bekerja kembali.

Pekerja yang berada di atas mencoba lagi melemparkan uang logam. Tetapi usahanya yang kedua pun sama saja. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang logam itu, lalu bekerja lagi. Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah temannya yang bekerja di bawah.

Batu kecil itu tepat mengenai kepala temannya. Karena merasa kesakitan, temannya menengadah ke atas. Kini, pekerja yang di atas itu bisa menjatuhkan catatan yang berisi pesannya.

Tuhan kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepadaNya. Sering kali Tuhan melimpahi kita dengan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepadaNya.

Karena itu, agar kita selalu  mengingat kepadaNya, Tuhan sering menjatuhkan "batu kecil" kepada kita.

Inspirasi - Apapun yang Berlebihan Itu Tidak Baik

Alkisah, ada padang rumput yang luas di dekat tepi sebuah hutan. Gembala dari desa terdekat datang ke sana dengan membawa ternak mereka. Sedangkan ternak mereka merumput, para gembala menghabiskan waktu mereka bermain berbagai permainan.

Pada akhir padang rumput, ada sebuah pohon besar yang memiliki cekungan besar tapi dengan pintu masuk yang sempit. Para gembala itu menggunakan cekungan besar di pohon itu untuk menyimpan bungkusan makan siang mereka. Saat tengah hari, mereka mengambil bungkusan makan siang itu lalu mereka menikmatinya bersama-sama.

Suatu hari seekor rubah lapar, dan kebetulan ia mengetahui kebiasaan yang dilakukan para gembala itu. Ia ingin mendapatkan bungkusan makan siang itu, sehingga ia mengikuti para gembala untuk mencapai cekungan di pohon besar itu. Perutnya sangat kempis karena kelaparan. Jadi, ia pun mampu masuk ke dalam cekungan pohon itu tanpa banyak kesulitan.

Rubah itu  memakan sampai habis bungkusan makan siang para gembala. Kini, perutnya jadi membuncit dan ia tidak bisa keluar dari lubang pohon itu. Segera saat tengah hari, para gembala datang ke lubang pohon itu untuk mengambil bungkusan makan siang mereka.

Ternyata, mereka menemukan seekor rubah di dalam lubang itu dan akhirnya memberinya pukulan karena telah mengambil makan siang mereka.

Inspirasi - Kisah Pemburu yang Tamak

Pada suatu hari, seorang pemburu berhasil menangkap seekor burung murai. Dengan perasaan sedih burung murai itu bermaksud membebaskan dirinya. Ia merayu si pemburu, katanya, "Apa yang ingin engkau lakukan pada diriku?"

Pemburu itu menjawab, "Akan aku sembelih engkau dan kumakan sebagai lauk."

"Percayalah, engkau tidak akan begitu berselera memakanku dan aku tidak akan mengenyangkan engkau. Jangan engkau makan aku, tetapi akan aku beritahu engkau tiga nasihat yang lebih baik daripada engkau memakanku. "

Si burung berjanji akan memberikan nasihat pertama ketika berada dalam genggaman orang itu. Yang kedua akan diberikannya kalau ia sudah berada di cabang pohon dan yang ketiga ketika ia sudah mencapai puncak bukit.

Terpengaruh dengan rayuan burung murai itu, sang pemburu pun setuju. Lalu dia meminta nasihat pertama. Kata burung itu, "Kalau kau kehilangan sesuatu, meskipun engkau menghargainya seperti hidupmu sendiri, jangan menyesal."

Orang itu pun melepaskannya dan burung itu segera melompat ke dahan. Di sampaikannya nasihat yang kedua, "Jangan percaya kepada segala yang bertentangan dengan akal, apabila tak ada bukti."

Kemudian burung itu terbang ke puncak gunung. Dari sana ia berkata, "Wahai manusia malang! Jika tadi engkau sembelih aku, niscaya engkau akan dapati dalam tubuhku ada dua biji mutiara. Berat setiap mutiara itu adalah dua puluh gram."

Terperanjat sungguh sang pemburu itu mendengar kata-kata si burung murai. Pemburu itu merasa dirinya telah tertipu. "Bodohnya aku! Bagaimana aku bisa melepas peluang yang begitu baik!" Pemburu itu sangat menyesal memikirkan kehilangannya. Namun katanya, "Setidaknya, katakan padaku nasihat yang ketiga itu!"

Si burung murai menjawab,"Alangkah tololnya kau meminta nasihat ketiga sedangkan yang kedua pun belum kau renungkan sama sekali. Sudah kukatakan padamu agar jangan kecewa kalau kehilangan dan jangan mempercayai hal yang bertentangan dengan akal. Kini kau malah melakukan keduanya. Kau percaya pada hal yang tak masuk akal dan menyesali kehilanganmu. Coba kau pikirkan, hai orang yang dungu. Aku, dagingku, darahku dan buluku tidak logis seberat dua puluh gram. Oleh itu, bagaimana mungkin akan ada dalam perutku dua biji mutiara yang masing-masing seberat dua puluh gram? Aku tidak cukup besar untuk menyimpan dua butir mutiara besar! Kau tolol! Oleh karenanya kau harus tetap berada dalam keterbatasan yang disediakan bagi manusia."

Burung murai itu menyambung lagi, "Nasihatku yang ketiga adalah, memberi nasihat kepada orang dungu seperti engkau ini adalah seperti menabur benih di tanah usang, tidak akan memberi faedah!"

Kemudian terbanglah si burung murai yang bijak itu meninggalkan pria yang termenung akan ketamakannya itu.

Maka, selalulah berpikir dengan akal sehat dan pertimbangkan iming-iming yang tidak masuk akal namun menyesatkamu.