Wednesday, April 15, 2015

Inspirasi - Aturan Hukum dari Lao Tzu

Lao Tzu sangat terkenal, seorang yang bijaksana, dan tanpa ragu menjadi salah satu orang yang paling bijaksana yang pernah ada. Kaisar China memintanya dengan rendah hati untuk menjadi hakim utama di Mahkamah Agung, karena tidak ada yang bisa menegakkan hukum negara lebih baik daripada yang ia bisa.

Lao Tzu mencoba membujuk Kaisar, "Saya bukan orang yang tepat." Tapi Kaisar bersikeras.

Lao Tzu berkata, "Jika Anda tidak mendengarkan saya, hanya satu hari di pengadilan dan Anda akan yakin bahwa saya bukan orang yang tepat, karena sistem yang salah. Dari kerendahan hati saya tidak mengetakan kebenaran Anda. Entah aku bisa atau ada hukum dan ketertiban dan masyarakat Anda bisa ada. Jadi, mari kita mencobanya."

Hari pertama, seorang pencuri yang telah mencuri separuh harta orang terkaya di ibukota, dibawa ke pengadilan. Lao Tzu mendengarkan kasus ini. Kemudian ia berkata bahwa pencuri dan orang terkaya itu harus masuk ke penjara selama enam bulan.

Orang kaya itu berkata, "Apa?! Kau katakan saya telah dicuri, saya telah dirampok? Keadilan apa ini, Anda mengirim saya ke penjara untuk jumlah yang sama seperti pencuri!"

Lao Tzu berkata, "Saya tentu tidak adil untuk pencuri. Kebutuhan  Anda berada di penjara lebih besar, karena Anda telah mengumpulkan begitu banyak uang untuk diri sendiri, kehilangan begitu banyak uang orang, ribuan orang yang tertindas, dan Anda mengumpulkan dan mengumpulkan uang. Untuk apa?  Karena keserahakan Anda, maka menciptakan pencuri tersebut. Untuk itulah, Anda harus bertanggung jawab."

Kejahatan pertama ini adah milikmu."

Inspirasi - Kisah Kelinci dan Singa: Arti Kebahagiaan

Seekor anak kelinci ingin tahu dan menyelidiki dengan jelas apa yang disebut kebahagiaan itu sebenarnya. Pada suatu hari, ia pun keluar dari sarangnya, sendirian untuk mencari jawabannya.

Di tengah jalan anak kelinci itu bertemu singa, yang berkata, "Kebahagiaan ialah semua anggota keluarga selalu berada di samping kita."

Ketika bertemu macan tutul, ia berkata, "Kebahagiaan ialah orang yang kamu cintai juga mencintai dirimu."

Lalu anak kelinci itu bertemu Serigala, yang menjawab, "Kebahagiaan adalah kamu selalu berada di antara orang-orang yang kamu cintai sepanjang waktu."

Anak kelinci itu pun dengan gembira berlari pulang dan memberi tahu jawaban-jawaban tadi kepada Ibunya. Ibunya berkata, "Anakku, padahal hari ini kamu sudah sangat bahagia."

Anak kelinci itu bingung, lalu bertanya, "Mengapa?"

Ibu kelinci berkata, "Karena kamu tidak diterkam oleh mereka yang kau tanyai dan bisa kembali ke rumah dengan selamat."

Terkadang kita berpikir jauh di luar akan menemukan kebahagiaan. Padahal, dengan jelas yang ada di dekat kitalah kebahagiaan itu ada, dan kita tidak kehilangan apapun karena jauh dari mereka. 

Inspirasi - Keranjang Sampah Ukuran Besar

Pada suatu hari, saat Albert Einstein mulai masuk kerja di Universitas Pulinston. Ia datang ke kantornya dengan didampingi oleh seorang kepala Bagian Pengajaran. Saat kepala Bagian Pengajaran itu bertanya kepada Einstein alat apa yang diperlukannya untuk pengajaran, Einstein dengan tegas menjawab, "Aku pikir sebuah meja tulis atau meja biasa, sebuah kursi, kertas, dan pensil, sudah cukup. Oh, ya, aku masih memerlukan sebuah keranjang buangan ukuran yang besar."

"Mengapa harus ukuran yang besar?" tanya Kepala Bagian Pengajaran itu.

"Karena kesalahan-kesalahan yang akan kubuang nanti benar-benar terlalu banyak," jawab Einstein.

Keberhasilan setiap orang terhimpun dari kegagalan yang tak terhitung banyaknya. Kegagalan sebenarnya tidak menakutkan. Yang menakutkan ialah saat kegagalan itu tiba, kita tidak berani menghadapinya dengan sungguh-sungguh. Hanya orang  yang berani menghadapi kegagalan dengan sungguh-sungguh lah, baru bisa dengan efektif menghindarkan diri darinya, dan bisa berkreasi dengan lebih baik lagi. 

Kisah Inspirasi - Hidangan Es krim

Di sebuah hari yang panas, seorang bocah 10 tahun memasuki sebuah kedai kopi yang ada di sebuah lobi hotel dan langsung duduk di bangku dekat jendela.

Sesaat kemudian seorang pelayan kedai tersebut menghampiri sang bocah dan menanyakan menu apa yang ingin dipesan sang bocah.

"Berapa harga satu es krim sundae?"

"Rp10 ribu," jawab pelayan.

Anak kecil tersebut lalu terlihat menarik tangannya keluar dari saku dan menghitung sejumlah koin yang ada di dalam sakunya.

"Berapa harga es krim sundae polos tanpa cone?" anak tersebut kembali bertanya.

Tamu-tamu lainnya yang menunggu giliran memesan juga sang pelayan mulai menunjukkan wajah tidak sabar.

"Rp7.500," kata sang pelayan, ketus.

Setelah kembali menghitung koinnya, sang bocah lalu berujar "Saya memesan satu es krim polos tanpa cone," ucapnya lembut.

Sang pelayan langsung membuat dan membawakan es krim untuk sang anak. Setelah menaruh selembar kertas tagihan di atas meja, sang pelayan langsung pergi melayani tamu yang lain.

Saat sang anak selesai menikmati es krim yang dipesannya dan meninggalkan kedai, sang pelayan datang ke meja sang bocah untuk mengelapnya.

Tanpa diduga, dia harus menelan ludahnya dengan sangat perlahan karena terkejut dengan apa yang dia temukan di meja. Sang pelayan menemukan uang sebesar Rp10 ribu. Rp7.500 untuk membayar es krim, Rp2.500 untuk tip sang pelayan.

Sang bocah rela memesan es krim yang lebih murah demi memberi tip bagi sang pelayan.

Kisah Inspirasi - Belajar Kejujuran dari Penjual Kerupuk

Kisah ini diceritakan oleh Bp Chappy Hakim (mantan KSAU). Pada tahun 1969, saya mengikuti latihan para dasar, terjun payung statik di pangkalan Udara Margahayu Bandung. Menjalani latihan yang cukup berat bersama dengan lebih kurang 120 orang dan ditampung dalam dua barak panjang tempat latihan terjun tempur.

Setiap makan pagi, siang dan malam hari yang dilaksanakan di barak, kami memperoleh makanan ransum latihan yang diberikan dengan ompreng dan atau rantang standar prajurit. Diujung barak tersedia drum berisi sayur, dan disamping nya ada sebuah karung plastik berisi kerupuk milik seorang ibu setengah baya warga sekitar asrama prajurit yang dijual kepada siapa saja yang merasa perlu untuk menambah lauk makanan jatah yang terasa kurang lengkap, bila tidak ada kerupuk. Sang ibu paruh baya ini, tidak pernah menunggui barang dagangannya.

Setiap pagi, siang, dan malam menjelang waktu makan dia meletakkan karung plastik berisi krupuk dan disampingnya diletakkan pula kardus bekas untuk uang, bagi orang yang membeli kerupuknya. Setelah selesai waktu makan, ibu itu datang dan mengemasi karung plastik dengan sisa kerupuk dan kardus berisi uang pembayar kerupuk.

Iseng-iseng saya tanyakan kepada ibu itu, "Apakah ada yang nggak bayar Bu?"

Jawabannya cukup mengagetkan, ibu itu percaya kepada semua siswa latihan terjun, karena dia sudah bertahun-tahun berdagang kerupuk di barak tersebut dengan cara demikian. Hanya meletakkan saja, tidak ditunggu dan nanti setelah semuanya selesai makan, ibu itu datang lagi untuk mengambil sisa kerupuk dan hasil jualannya. Selama itu, dia tidak pernah mengalami defisit. Artinya tidak ada satu pun pembeli kerupuk yang tidak bayar. Setiap orang memang dengan kesadaran mengambil kerupuk, lalu membayar sesuai harganya. Kalaupun ada kembaliannya, si pembeli mengambil sendiri uang kembaliannya di kardus itu.

Demikian seterusnya. Beberapa pelatih terjun, bercerita bahwa dalam pengalamannya, semua siswa terjun payung yang berlatih disitu dan menginap di barak latihan tidak ada yang berani mengambil kerupuk dan tidak bayar. Mereka takut, bila melakukan itu, khawatir payungnya tidak mengembang dan akan terjun bebas serta mati berkalang tanah.

Sampai sekarang, saya selalu berpikir, mengapa orang sebenarnya bisa jujur dan dapat dipercaya, hanya karena pintu kematian berada di depan wajahnya. Bagaimana caranya membuat manusia setiap saat berada dalam kondisi atau suasana latihan terjun? Bagaimana caranya membuat manusia setiap saat dapat jujur dan dipercaya?