Thursday, November 13, 2014

Inspirasi - Apa yang Kita Lakukan akan Kembali Kepada Kita

Alkisah seorang pedagang yang sangat kaya, ia melakukan dengan baik dalam bisnisnya. Istrinya sudah lama meninggal. Ia mempunyai satu anak yang sudah menikah. Menantunya sangat bijaksana dan ahli dalam rumah tangga. Pedagang itu sangat bangga padanya.

Suatu hari, setelah makan siang ia berada di teras rumahnya, ketika seorang biksu datang meminta beberapa makanan. Pedagang itu tidak memperhatikan karena ia tidak pernah memberikan apapun untuk jenis orang seperti itu. Biksu itu bertanya lagi, namun tidak mendapatkan balasan juga. Setelah ia bertanya untuk yang ketiga kalinya, menantunya dengan sopan menjawab, "Biksu yang terhormat, ayah saya hanya memiliki makanan kemarin. Ia tidak akan mampu memberikan apa-apa."

Biksu itu mengerti dan pergi ke depan. Tapi pedagang itu mendengar kata-kata yang diucapkan oleh menantunya, tentu saja ia sangat marah. Ia adalah orang terkaya di desa. Bagaimana mungkin ia makan makanan kemarin? Gadis itu gila, pikirnya. Karena ia sangat bangga akan kebijaksanaan gadis itu, kemarahannya makin membesar. Bagaimana ia tidak menyadari kegilaan gadis itu? Pedagang itu pun memanggil hakim desa dan besannya, ia berpikir pasti anaknya akan memutuskan tali pernikahan dengan gadis itu karena telah menghinanya.

Banyak orang sudah berkumpul di pengadilan desa. Pedagang itu mengatakan kepada orang yang berkumpul bahwa ia meminta keadilan dan untuk memutuskan tali pernikahan anaknya menurut sudut pandangnya. Ayah gadis itu juga hadir. Ia mengatakan, "Saya tahu anak saya cukup bijaksana untuk tidak berbicara kata-kata tanpa makna. Tapi kali ini saya tidak memahami makna kata-kata yang diucapkannya. Jadi saya memintanya untuk datang dan menjelaskan mengapa ia berkata begitu. Tidaklah bijaksana untuk memberikan keputusan tanpa mendengar penjelasannya."

Hakim desa setuju dan gadis itu pun datang ke pengadilan desa. Gadis itu berkata, "Saya tahu ayah mertua saya adalah orang terkaya dan paling dihormati di desa ini. Apa yang ingin saya katakan adalah bahwa ia telah melakukan banyak perbuatan baik dalam kehidupan sebelumnya, itu sebabnya ia mendapatkan berkat-berkat yang indah dari Tuhan yang ia nikmati sekarang. Dengan cara ini ia memperoleh makanannya yang kemarin. Ia tidak melakukan perbuatan apapun dalam hidup ini, tapi ia hanya mendapatkan uang untuk dirinya sendiri.

Saya sangat menyayangi ayah mertua saya dan ingin ia menikmati berkat-berkat ini selamanya. Saya ingin mengatakan yang sebenarnya, itu sebabnya saya mengatakan begitu. Saya tahu ia akan marah dan ingin mendapatkan penjelasan, dan mungkin saya akan memberitahunya."

Pedagang itu pun memahami makna dari kata-kata yang diucapkan menantu perempuannya. Ia merasa sangat malu membawa menantunya itu ke pengadilan desa. Ia pun meminta maaf dan mulai melakukan beberapa perbuatan baik bagi orang lain.

Banyak kita temui keadaan yang demikian. Orang-orang baik menikmati berkat-berkat mereka saat ini atau mereka merasa rendah hati saat melihat orang lain yang memiliki harta lebih banyak dalam hidupnya. Mereka selalu berpikir mengapa orang lain memiliki kekayaan lebih banyak, mengapa orang lain lebih cerdas. Mereka lupa bahwa masing-masing sudah memiliki takaran dan semuanya tergantung produktif kita sendiri. Apapun yang kita terima, kita makan sekarang. Dan apapun yang kita lakukan akan kembali kepada kita di masa depan, baik itu harta, materi, atau spiritual.

Dengan cara yang sama orang menikmati posisi mereka saat ini. Mereka menertawakan orang lain yang tidak memiliki kecerdasan, uang, dan hal lainnya. Mereka menikmatinya, tetapi mereka lupa bahwa jika mereka tidak bekerja saat ini, harta mereka akan perlahan-lahan habis.

Kita tetap harus bekerja untuk esok, sementara kita menikmatinya hari ini.

No comments:

Post a Comment