Saturday, November 29, 2014

Inspirasi - Mana yang Akan Dipelihara?


Pada suatu waktu, seorang anak yang pulang sekolah berjalan di depan rumah tetangganya. Ia melihat seorang pria paruh baya memberi makan kedua anjingnya. Sedikit berbeda karena pria tersebut memberi makan kedua peliharaannya itu di tempat yang terpisah. Hal ini menimbulkan pertanyaan dalam diri anak itu.

Hingga suatu hari, anak itu memberanikan diri untuk bertanya mengapa pria paruh baya itu memberi makan kedua anjingnya di tempat yang berbeda. Kemudian, pria paruh baya itu menjawab, agar mereka tidak bertengkar dan berkelahi. Anak itu merasa puas akan jawaban pria itu, ia merasa sudah terjawablah pertanyaannya selama ini. Anak itu pun hendak beranjak pergi. Tetapi, tangan pria paruh baya itu menahannya dan berkata, "Tunggu dulu anak muda."

Kemudian pria itu mengajak anak itu untuk duduk dan mengenalkannya pada kedua anjingnya. Ternyata pria paruh baya dan istrinya sering melihat anak itu berjalan sambil terheran-heran di depan rumahnya.

Terlihat dalam pembicaraan, pria paruh baya itu kemudian mengatakan sesuatu, "Aku juga punya dua anjing serigala dalam diriku. Anjing pertama, penuh kemarahan, dendam, kecemburuan, kebohongan, dan kelicikan. Sementara anjing kedua, penuh dengan rasa senang, jujur, damai, dan penuh kebenaran."

"Mereka selalu bertarung di dalam dadaku ini, atau di kepalaku," lanjutnya sambil menunjuk bagian tubuh yang disebutkannya. "Dan mereka juga ada dalam diri semua orang, termasuk aku dan kau," paparnya.

Anak itu menoleh dan bertanya, "Lalu, siapa yang akan menang di antara kedua anjing itu?"

Sambil tersenyum pria paruh baya tadi menjawab, "Yang paling sering kau beri makan."

Gambaran kisah di atas sama dengan kehidupan manusia. Seperti yang kita tahu, tidak ada manusia yang sempurna. Tatkala, hati kita sama seperti timbangan yang timpang. Entah itu menjadi terlalu baik atau justru terlalu jahat.

Menjadi orang baik atau jahat adalah keputusan masing-masing. Kalau lebih memilih dendam maka karakter kita akan menjadi pendendam. Kalau memilih bahagia, maka kita akan ikhlas, bersyukur, dan terus maju.

Menjalani tokoh protagonis dan antagonis dalam kehidupan sesungguhnya adalah pilihan kita, tetapi akan lebih baik bila seimbang dan bijaksana. Karena kita tahu apa yang terbaik dan tidak merusak hidup kita.

Inspirasi - Mengontrol Pikiran dengan Mengontrol Perhatian

Seorang guru dan muridnya sedang berjalan-jalan di pantai di tepi lautan. Hari itu sangat dingin dan angin bertiup kuat dari lautan, menaikkan gelombang sangat tinggi.

Setelah berjalan selama beberapa waktu, sang guru berhenti, memandang muridnya dan bertanya, "Apakah laut berombak mengingatkan Anda pada sesuatu?"

"Ini mengingatkan saya pada pikiran saya. Dari pikiran yang bergegas dan gelisah," jawab sang murid.

"Ya, badai laut seperti benak, dan gelombang seperti pikiran. Pikiran adalah netral seperti air. Hal ini tidak baik atau buruk. Angin menyebabkan gelombang, seperti keinginan dan ketakutan menghasilkan pikiran," kata sang guru.

"Saya tidak ingin berada di perahu, di tengah laut, dalam badai seperti ini," kata sang murid.

"Anda berada di sana sepanjang waktu," jawab Guru dan melanjutkan, "kebanyakan orang di perahu tanpa kemudi di tengah samudera berombak, bahkan jika mereka tidak menyadarinya. Pikiran kebanyakan orang sangat gelisah. Pikiran dari semua jenis datang dan pergi tanpa henti, mengagitasi pikiran seperti gelombang laut."

"Ya," murid memotongnya, "Anda tidak perlu memberitahu saya. Ini adalah alasan saya berada bersama Anda. Saya ingin menenangkan gelombang pikiran saya."

Sang Guru memandang muridnya untuk sementara waktu, tersenyum, dan berkata, "Engkau tidak menenangkan laut dengan memegang air dan tidak membiarkannya bergerak. Yang penting adalah menghentikan angin. Angin terbuat dari pikiran, keinginan, dan ketakutan Anda. Jangan biarkan mereka mengatur hidup Anda. Belajar mengendalikan mereka dengan mengendalikan perhatian Anda, dan kemudian lautan pikiran Anda pun menjadi tenang."

"Lalu, bagaimana saya melakukannya?"

"Misalkan adalah mungkin bagi laut untuk mengabaikan angin, apa yang akan terjadi kemudian?" tanya Guru.

"Gelombang akan berhenti. Namun, tidak ada yang bisa menghentikan angin," jawab sang Murid.

Guru menatap muridnya dengan senyum misterius, lalu berkata, "Mengapa tidak?! Angin, laut, dan benak ada dalam pikiran. Ketika Anda dapat mengontrol pikiran, Anda dapat mengontrol segala sesuatu di dalamnya. Tapi, pertama-tama Anda harus mengontrol pikiran Anda, yang berarti Anda harus mengontrol perhatian Anda."

"Ya, Guru," jawab sang murid. "Inilah apa yang saya coba lakukan. Anda mengatakan siapapun yang mengontrol pikirannya juga dapat mengontrol angin. Dapatkah Anda melakukannya?"

"Pertama, belajarlah untuk menenangkan lautan pikiran Anda, dan kemudian mencari tahu apakah Anda bisa menenangkan laut. Lebih baik untuk belajar mengendalikan pikiran, daripada menikmati trik mental. Ketika Anda menenangkan pikiran Anda, maka Anda bisa tenang semuanya."

Inspirasi - Keuntungan dari Kekuatan Pikiran

Suatu hari, seorang yogi dan muridnya tiba di kota besar. Mereka tidak punya uang, tetapi mereka membutuhkan makanan dan tempat tinggal. Sang murid yakin bahwa mereka akan mengemis untuk mendapatkan makanan, dan tidur di taman pada malam hari.

"Ada sebuah taman besar tidak jauh dari sini. Kita bisa tidur di sana pada malam hari," kata sang murid.

"Di udara terbuka?" tanya sang yogi.

"Ya," respon sang murid.

Yogi itu tersenyum dan berkata, "Tidak, malam ini kita akan tidur di sebuah hotel dan makan di sana juga."

Sang murid terkejut dan berseru, "Kita 'kan tidak mampu untuk itu!"

"Sini dan duduklah," kata sang yogi.

Mereka berdua duduk di tanah, dan yogi itu mengatakan, "Ketika kita memfokuskan pikiran kita dengan sungguh-sungguh atas masalah apapun, hal itu terjadi."

Yogi itu menutup matanya dan mulai bermeditasi dengan konsentrasi penuh. Setelah sekitar sepuluh menit ia bangkit dan mulai berjalan, dengan muridnya berjalan mengikutinya. Mereka berjalan melalui beberapa jalan-jalan dan gang-gang, sampai mereka tiba di sebuah hotel.

"Ayo, mari masuk ke dalam," yogi berkata kepada muridnya.

Mereka hanya menginjakkan kaki di pintu masuk, ketika seorang pria berpakaian necis mendekati mereka.

"Saya manajer hotel ini. Anda terlihat seperti petualang, dan saya percaya Anda tidak punya uang. Apakah Anda ingin bekerja di dapur, dan sebagai imbalannya saya akan memberikan makanan dan tempat tinggal?"

"Baik," yogi itu menanggapi.

Muridnya bingung dan bertanya kepada yogi, "Apakah Anda menggunakan sihir? Bagaimana Anda bisa melakukan itu?"

Yogi itu tersenyum dan berkata, "Saya ingin menunjukkan kepadamu bagaimana kekuatan pikiran bekerja. Bila engkau berpikir dengan konsentrasi penuh dan kuat tentang sesuatu yang engkau ingin terjadi, dan pikiranmu tidak menolak subjek pemikiranmu, maka pikiranmu akan terwujud."

"Rahasianya adalah berkonsentrasi, visualisasi, melihat rincian, memiliki iman, dan memproyeksikan energi mental dan emosional ke dalam adegan mental. Ini adalah prasyarat umum. Ketika pikiranmu kosong, dan hanya satu pikiran tunggal diizinkan masuk, itulah keuntungan kekuatan yang sangat besar. Kita harus berhati-hati dengan apa yang kita pikirkan. Sebuah pikiran terkonsentrasi yang sangat kuat, akan memberikan pengaruh yang sangat kuat."

Sang murid memandang gurunya dan berkata, "Saya melihat bahwa saya harus mempertajam konsentrasi saya agar dapat menggunakan kekutan ini."

"Ya, itu adalah langkah pertama," kata yogi.

Fwd: Cerita Motivasi - Melihat Keindahan di Balik Jendela Rumah Sakit


Dua orang pria yang sakit parah menempati sebuah kamar rumah sakit yang sama. Salah satu orang diantaranya, diizinkan untuk duduk di tempat tidurnya selama satu jam setiap sore, untuk mengeringkan cairan dari paru-parunya. Tempat tidurnya, terletak tepat di samping jendela. 

Hari demi hari berlalu, mereka menjadi teman dekat. Setiap harinya, mereka berbicara selama berjam-jam, tentang istri, keluarga, rumah, pekerjaan, dan kehidupan mereka. Dan, sementara si pria harus menghabiskan seluruh waktunya dengan berbaring di tempat tidur, setiap sore, selama satu jam, ketika temannya diperbolehkan duduk di pinggir jendela, ia akan menjelaskan kepada pria tersebut itu tentang semua hal yang ia lihat dari balik jendela.
 
Seiring berjalannya waktu, pria di tempat tidur lantas mulai bersemangat. Sebab, setidaknya selama satu jam, ia akan mendengarkan temannya bercerita dan mendeskripsikan semua hal yang temannya lihat melalui jendela. Temannya menjelaskan, ada sebuah taman dengan danau yang indah. Di sana ada banyak bebek dan angsa yang berenang, sementara anak-anak kecil bermain di tepiannya.

Ada segerombol anak muda yang berjalan bergandeng tangan di tengah bunga beragam warna. Sementara, dari kejauhan, terlihat gedung-gedung tinggi khas perkotaan.  

Ketika temannya menjelaskan, biasanya pria itu akan menutup mata dan membayangkan dalam kepalanya tentang keadaan taman yang indah. Hari dan minggu berlalu, suatu pagi, perawat tiba dan menemukan temannya dalam keadaan sudah tak bernyawa. Merasa sangat sedih, pria tersebut akhirnya memutuskan untuk pindah ke tempat tidur temannya. 
 
Sembari menahan sakit, dan bangkit pelan-pelan, pria tersebut mendudukkan dirinya karena penasaran akan gambaran di balik jendela rumah sakit yang sebelumnya diceritakan oleh temannya. Namun, tak lama kemudian ia kecewa. Yang dilihatnya hanyalah dinding kosong belaka.

Di sebuah sore, saat perawat datang, pria tersebut memastikan kepada perawat, kalau-kalau sebuah dinding baru telah dibangun, sehingga menghalangi pandangannya untuk melihat sebuah taman dengan danau yang indah. Perawat itu lantas menjelaskan, temannya buta. Ia bahkan tidak bisa melihat dinding. "Mungkin, pria itu hanya ingin memberikan semangat bagi Anda untuk terus hidup dan berharap," kata perawat kemudian.

Inspirasi - Pelajaran Manajemen dari Big John

Alkisah, seorang supir bus pergi ke garasi bus, mengambil bus yang musti disupirinya, dan melaju sepanjang rute bus itu. Tidak ada masalah untuk beberapa halte pertama. Beberapa orang naik, beberapa orang turun, dan hal-hal lain yang umum berjalan dengan baik.

Di halte berikutnya, seorang dengan badan besar naik. Badannya tinggi besar, mirip seorang pegulat, saking besar lengannya hampir menggantung ke tanah. Ia memelototi sopir dan berkata, "Big John tidak akan membayar!". Lalu pria itu duduk di belakang.

Ah, iya, sopir bus itu berbadan tipis, pendek, dan pada dasarnya lemah lembut. Tentu saja, ia tidak ingin berdebat dengan Big John. Tapi ia tidak senang dengan hal itu.

Hari berikutnya, terjadi hal yang sama. Big John naik lagi, menolak membayar, dan duduk. Begitu seterusnya, setiap hari.

Kejadian ini mulai menjengkelkan sopir bus, ia mulai kehilangan tidur  nyenyaknya atas kelakuan Big John yang mengambil keuntungan darinya. Akhirnya ia tak tahan lagi. Maka, sopir bus itu mendaftar untuk mengikuti kursus membentuk tubuh, karate, judo, dan semua hal bela diri.

Di akhir musim, sopir bus itu menjadi sangat kuat. Yang jelas, ia merasa benar-benar kuat, ia menilai dirinya lebih baik. Jadi pada hari pertama berikutnya, ketika Big John sekali lagi naik bus dan berkata, "Big John tidak akan membayar!"

Sopir itu berdiri, melotot kembali pada penumpang itu, dan berteriak, "Dan mengapa tidak?"

Dengan ekspresi terkejut di wajahnya, Big John menjawab, "Ah, Big John tidak jadi memiliki sebuah bus."

Manajemen pelajaran yang dapat diambil dari kisah tadi, pastikan ada masalah di tempat itu sebelum bekerja keras menyelesaikannya.

Inspirasi - Belajar dari Burung dan Cacing

Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi, mari cobalah kita ingat pada burung dan cacing.

Setiap pagi burung keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya ke mana dan di mana ia harus mencari makanan yang diperlukan. Karena itu kadang kala baru sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan bisa membawa makanan untuk keluarganya. Meski terkadang makanan yang dibawanya itu tidak cukup untuk keluarganya, akhirnya burung itu pun harus "berpuasa". Sering kali pula ia pulang tanpa membawa apa-apa untuk keluarganya, sehingga ia dan keluarganya pun harus "berpuasa".

Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak punya "kantor" yang tetap, apalagi kalau lahannya banyak yang diserobot manusia, kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri.

Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas. Kita juga tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menenggelamkan diri ke sungai. Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih minum racun untuk mengakhiri penderitaannya. Kita lihat burung tetap optimis akan makanan yang dijanjikan Tuhan.

Kita lihat, meskipun kelaparan, setiap pagi burung tetap berkicau dengan merdunya. Tampaknya burung itu menyadari benar bahwa demikianlah hidup. Pada suatu waktu berada di atas dan di lain waktu terhempas ke bawah. Pada suatu waktu kelebihan dan di lain waktu kekurangan. Pada suatu waktu kekenyangan dan di lain waktu kelaparan.

Mari kita lihat hewan yang lebih lemah dari burung, yaitu cacing. Bila kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak memiliki sarana yang layak untuk bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk, atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan telinga. Tapi ia juga makhluk hidup, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka akan mati.

Tapi kita lihat, dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus asa dan frustasi dalam mencari makan. Kita tidak pernah melihat cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu. Kita tidak pernah melihat cacing bunuh diri karena putus asa.

Sekarang, kita lihat manusia. Bila dibandingkan dengan burung dan cacing, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih.

Tetapi mengapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini sering kali justru lebih kalah daripada burung atau cacing? Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu bunuh diri bila menghadapi kesulitan?

Rasanya kita perlu belajar banyak dari burung dan cacing

Inspirasi - Kerja Keras untuk Sukses

Boby ingin menjadi penulis terkenal.  Ia pun memutuskan untuk mengunjungi salah satu penulis ternama. Sesampai di rumah sang penulis, Boby melihat banyak buku dan kertas-kertas yang bertumpuk, juga berbagai macam piala penghargaan.

"Bagaimana caraku agar bisa menjadi seorang penulis sepertimu?" tanya Boby kepada penulis ternama itu.

"Apa motivasimu?" tanya penulis ternama itu.

"Aku ingin terkenal," jawab Boby.

"Untuk menjadi terkenal itu tidak mudah," kata penulis ternama itu.

"Apa susahnya jika hanya menulis saja?" tanya Boby.

Kata penulis ternama itu, "Naskah pertamaku setebal 1300 halaman dan itu aku buat dalam waktu 3 tahun. Dan naskah itulah yang pertama kali mendapatkan penolakan karena masih banyak kata yang harus aku perbaiki. Kemudian menyusul naskah kedua, ketika, keempat, dan seterusnya yang juga ditolak. Aku habiskan banyak waktuku hanya untuk menembus dunia penerbitan. Dan ketika aku terkenal, aku pun sudah tua."

Untuk sebuah hasil yang baik tentunya dibutuhkan kerja keras yang baik pula. Kerja keras tidak pernah menghitung berapa banyak waktu yang telah digunakan untuk sebuah usaha. Yang ada di pikiran adalah masa depan yang indah jika mendaki dengan penuh harapan.

Ingin menjadi seorang yang sukses? Maka mulailah untuk berusaha tanpa kenal menyerah. Percayalah bahwa Tuhan akan memberkati segala hal baik yang telah kita tabur dengan penuh cucuran air mata.

Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Mereka yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya

Inspirasi - Bagaimana Memandang Hidup

Seorang ibu menyuruh anaknya membeli sebotol penuh minyak. Ia memberikan sebuah botol kosong dan uang sepuluh ribu rupiah. Anak itu pun pergi membeli apa yang diperintahkan oleh ibunya.

Dalam perjalanan pulang, ia terjatuh. Minyak yang ada di dalam botol itu tumpah hingga separuh. Ketika mengetahui botolnya kosong separuh, ia menemui ibunya dengan menangis, "Oh, saya kehilangan minyak setengah botol! Saya kehilangan minyak setengah botol!" Ia sangat bersedih hati dan tidak bahagia. Tampaknya anak itu memandang kejadian ini secara negatif dan bersikap pesimis.

Kemudian, ibu itu menyuruh anaknya yang lain untuk membeli sebotol minyak. Ia juga memberikan sebuah botol kosong dan uang sepuluh ribu rupiah. Kemudian anaknya itu pergi membeli apa yang diperintahkan oleh ibunya. Dalam perjalanan pulang, ia juga terjatuh. Dan separuh minyaknya pun tumpah.

Ia memungut botol dan mendapati minyaknya tinggal separuh. Anak itu pun pulang dengan wajah berbahagia. Ia berkata kepada ibunya, "Oh, Ibu saya tadi terjatuh. Botol ini pun terjatuh dan minyaknya tumpah. Bisa saja botol itu pecah dan minyaknya tumpah semua. Tapi, lihat, saya berhasil menyelamatkan separuh minyak." Anak itu tidak bersedih hati, malahan ia tampak berbahagia. Anak ini tampak bersikap optimis atas kejadian yang menimpanya.

Sekali lagi, ibu itu menyuruh anaknya yang lain lagi untuk membeli sebotol minyak. Ia memberikan sebuah botol kosong dan uang sepuluh ribu rupiah. Anaknya yang ketika pergi membeli minyak. Sekali lagi, anak itu terjatuh dan minyaknya tumpah. Ia memungut botol yang berisi minyak separuh dan mendatangi ibunya dengan sangat bahagia. Katanya, "Ibu, saya menyelamatkan separuh botol minyak!"

Hanya saja, anaknya yang ketiga ini bukan hanya seorang yang optimis, tapi ia juga realistis. Ia memahami bahwa separuh minyak telah tumpah, dan separuh minyak bisa diselamatkan. Maka dengan mantap ia berkata pada ibunya, "Ibu, aku akan pergi ke pasar untuk bekerja keras sepanjang hari agar bisa mendapatkan uang lima ribu rupiah untuk membeli minyak setengah botol yang tumpah. Sore nanti saya akan memenuhi botol itu."

Kita bisa memandang hidup dengan kacamata buram, atau dengan kacamata terang. Namun, semua itu tidak bermanfaat jika kita tidak bersikap realistis dan mewujudkannya dalam bentuk kerja

Inspirasi - Jangan Kehilangan Harapan

Alkisah, ada seorang pengusaha yang cukup berhasil di sebuah kota. Ketika sang pengusaha itu jatuh sakit, satu per satu pabriknya dijual. Harta pasangan suami-istri pengusaha itu terkuras untuk berbagai biaya pengobatan. Hingga mereka pun harus pindah ke pinggiran kota dan membuka rumah makan sederhana. Pengusaha itu pun telah tiada. Beberapa tahun kemudian, rumah makan itu pun harus berganti rupa menjadi warung makan yang lebih kecil di sebelah pasar.

Setelah lama tak mendengar kabarnya, kini setiap malam tampak sang istri dibantu oleh anak dan menantunya menggelar tikar berjualan lesehan di alun-alun kota. Cucu sang ibu itu sudah beberapa. Orang-orangpun masih mengenal masa lalu ibu itu yang berkelimpahan.

Namun, ibu itu tak pernah kehilangan senyumnya yang tegar saat meladeni para pembeli. Wahai Ibu, bagaimana kau sedemikian kuat?

"Harapan, Nak! Jangan pernah kehilangan harapan. Bukankah seorang guru pernah berujar, karena harapanlah seorang ibu menyusui anaknya."

Ya, karena harapanlah kita menanam pohon, meski kita tahu bahwa kita tidak akan sempat memetik buahnya yang ranum bertahun-tahun kemudian. Sekali kita kehilangan harapan, kita kehilangan seluruh kekuatan untuk menghadapi dunia. Dan harapan yang paling nyata adalah kasih Tuhan, yang akan selalu membantu dan menolong umatNya.

Inspirasi - Kebaikan untuk Diri Sendiri

Alkisah, seorang raja yang haus akan kebaikan untuk dirinya sendiri. Ia menuntut kepada rakyatnya agar mereka selalu berbuat baik kepadanya. Raja ini selalu mendapat kebaikan dari semua orang tetapi tidak pernah melakukan kebaikan pada orang lain.

Raja merasa bahwa ia tidak perlu melakukan kebaikan, karena dirinya adalah seorang raja yang mempunyai hak untuk mengatur kehidupan orang lain. Suatu saat ia mengalami gangguan kesehatan dan membutuhkan bantuan ahli medis dari negara lain.

Ada satu ahli medis yang begitu terkenal, namun ia tidak mau membantu kesembuhan raja tersebut. Saat ditanya alasannya, ahli medis itu menjawab, "Saya dulu adalah bagian dari rakyatnya. Saya dulu sangat miskin namun ingin terus menuntut ilmu. Saya meminta belas kasihan kepada raja agar saya bisa terus melanjutkan sekolah. Namun, semuanya sia-sia. Saya memutuskan untuk pergi dari daerah ini dan mencari belas kasihan di tempat lain. Dan sekarang, saya tidak ingin membantunya, sama seperti apa yang telah Raja itu lakukan kepada saya."

Sesungguhnya kebaikan itu akan berputar. Ketika kita berbuat baik hari ini, maka kita juga akan mendapatkan kebaikan di kemudian hari. Tuhan mengajarkan bahwa kita harus saling berbuat baik dan mengasihi satu sama lain. Jangan pernah menyimpan kebaikan yang seharusnya didapat orang lain, karena itu akan merugikan diri sendiri.

Thursday, November 20, 2014

Inspirasi - Bayaran Karena Bersikap Baik

Selama bertahun-tahun, Walter Swords setia mengunjungi rumah makan di sebuah kota kecil Texas. Namun ia dikenal sebagai si bengal. Bermulut "kotor", menampakkan muka bermusuhan, dan suka pilah-pilih.

Melina Salazar adalah pelayan rumah makan yang setia menunggu menunggu Swords setiap kali makan malam di restoran. Meskipun sakit hati karena tindakan dan omongan Swords, namun Salazar selalu melayani Swords dengan hati riang. Ia selalu memastikan makanan yang tersaji panas dan cara penyajian yang disukai Swords. Senyumnya selalu tersedia setiap kali Swords memesan.

Suatu hari, Salazar menyadari kalau Swords sudah beberapa hari tidak muncul di rumah makannya. Ia baru mengetahui penyebabnya setelah membaca berita obituari di koran. Oh, ternyata Walter Swords telah meninggal.

Beberapa bulan kemudian, Salazar diberitahu bahwa mantan pelanggannya itu telah mewariskan AS$ 50.000 dan mobilnya kepada Salazar. Tentu saja hal ini mengejutkan Salazar. Juga orang-orang yang mengenal Swords. Mereka tidak menyangka bahwa di balik muka dan sikap tak ramah Swords tersimpan hati yang murah.

Apakah ada yang aneh dari cerita itu?

Sebenarnya tidak sebab kita semua memiliki potensi untuk bersikap baik. Termasuk Swords yang tidak disukai banyak orang karena sikap dan omongannya itu. Kita memiliki berbagai cara untuk mengekspresikan kebaikan kita: dengan senyuman, sentuhan, atau kata-kata dukungan di saat-saat sulit.

Salazar memberi contoh bahwa dia tidak terbawa emosi saat meladeni Swords. Ia tetap baik dan itu menyentuh relung hati Swords. Setiap kebaikan pasti akan berbalas

Wednesday, November 19, 2014

Inspirasi - Keberanian dan Cinta

Berjalan menyusuri jalan setapak di hutan Georgia, aku melihat genangan air dan lumpur di depan jalan. Aku minggir untuk mengambil jalan yang tidak tertutup air dan lumpur.

Saat aku sampai di genangan air, tiba-tiba ak diserang! Namun aku tidak melakukan apa pun karena terkejut mendapatkan serangan tak terduga dari sumber yang benar-benar tak terduga.

Aku terkejut dan terluka. Aku mundur satu kaki dan si penyerang berhenti menyerangku. Alih-alih menyerang lagi, ia melayang di udara dengan sayap kupu-kupu yang anggun di depanku. Aku melihatnya lucu, dan tertawa. Setelah tersadar, rupanya aku sedang diserang oleh kupu-kupu!

Setelah berhenti tertawa, aku mengambil langkah maju. Penyerangku rupanya menyerang lagi. Ia menabrakku di bagian dada dengan kepala dan tubuhnya, ia menyerangku lagi dan lagi. Sepertinya dengan sekuat tenaga, namun masih tidak berhasil. Untuk kedua kalinya, aku mundur selangkah, dan si penyerang mengalah.

Sekali lagi, aku mencoba bergerak maju. Eh, ia menyerang lagi. Ia menabrak dadaku berulang-ulang. Bingung, serta tidak yakin apa yang harus dilakukan, aku mundur untuk yang ketiga kalinya.

Aku hanya bingung, jarang sekali seseorang diserang oleh kupu-kupu. Kali ini, aku melangkah mundur beberapa langkah untuk melihat ada apa sebenarnya. Aku melihat penyerangku mendarat di tanah. Saat itulah aku menemukan apa yang menyebabkan aku diserang bertubi-tubi oleh kupu-kupu. Rupanya kupu-kupu pasangannya sedang sekarat di tanah. Ia berada di samping genangan air tempatnya mendarat.

Kupu-kupu itu hinggap di sampingnya, membuka dan menutup sayapnya seolah mengipasi pasangannya. Aku hanya bisa mengagumi cinta dan keberanian kupu-kupu dalam perhatiannya terhadap pasangannya.

Ia mengambil risiko menyerangku demi pasangannya, meskipun ia bisa mati. Apalagi aku begitu besar dibandingkan kupu-kupu itu. Ia melakukannya untuk memberikan momen berharga saat pasangannya masih hidup. Dan aku melakukan tindakan cukup ceroboh bila melangkah karena akan menginjak pasangannya.

Sekarang aku tahu mengapa dan apa yang dia perjuangkan. Hanya satu pilihan buatku. Aku berhati-hati memutar jalan di sekitar genangan air. Meskipun jalan itu tidak lebar dan sangat berlumpur.

Keberaniannya dalam menyerang sesuatu yang ribuan kali lebih besar dan lebih berat dari dirinya sendiri untuk keselamatan pasangannya benar-benar membuatku mengalah. Aku telah mengganggu saat ia harus mendapatkan waktu untuk menemani pasangannya.

Aku pun meninggalkan mereka dalam damai selama beberapa saat terakhir, lalu membersihkan lumpur dari sepatu dan bergegas masuk ke mobil.

Sejak saat itu, aku selalu berusaha untuk mengingat keberanian kupu-kupu itu setiap kali aku melihat rintangan besar yang mampir dalam kehidupanku. Aku menggunakan keberanian kupu-kupu sebagia inspirasi dan mengingatkan diri sendiri bahwa hal-hal baik ada yang patut untuk diperjuangkan

Inspirasi - Bahagiakah Kita

Alkisah, ada seorang pedagang kaya yang merasa dirinya tidak bahagia. Dari pagi-pagi buta, dia telah bangun dan mulai bekerja. Siang hari bertemu dengan orang-orang untuk membeli atau menjual barang. Hingga malam hari, dia masih sibuk dengan buku catatan dan mesin hitungnya. Menjelang tidur, dia masih memikirkan rencana kerja untuk keesokan harinya. Begitu seterusnya hari-hari yang dilaluinya.

Suatu pagi sehabis mandi, saat berkaca, tiba-tiba ia kaget saat menyadari rambutnya mulai menipis dan berwarna abu-abu. "Akh... Aku sudah menua. Setiap hari aku bekerja, telah menghasilkan kekayaan begitu besar! Tetapi kenapa aku tidak bahagia? Ke mana saja aku selama ini?"

Setelah berpikir, pedagang itu memutuskan untuk pergi meninggalkan semua kesibukannya dan melihat kehidupan di luar sana. Dia berpakaian layaknya rakyat biasa dan membaur ke tempat keramaian.

"Duh, hidup begitu susah, begitu tidak adil! Kita telah bekerja dari pagi hingga sore, tetapi tetap saja miskin dan kurang," terdengar sebagian penduduk berkeluh kesah.

Di tempat lain, dia mendengar seorang saudagar kaya; walaupun harta berkecukupan, tetapi tampak sedang sibuk berkata-kata kotor dan memaki dengan garang. Tampaknya dia juga tidak bahagia.

Pedagang itu meneruskan perjalanannya hingga tiba di tepi sebuah hutan. Saat dia berniat untuk beristirahat sejenak di situ, tiba-tiba telinganya menangkap gerak langkah seseorang dan teriakan lantang, "Huah! Tuhan, terima kasih. Hari ini aku telah mampu menyelesaikan tugasku dengan baik. Hari ini aku telah pula makan dengan kenyang dan nikmat. Terima kasih Tuhan, Engkau telah menyertaiku dalam setiap langkahku. Dan sekarang, saatnya hambamu hendak beristirahat."

Setelah tertegun beberapa saat dan menyimak suara lantang itu, si pedagang bergegas mendatangi asal suara tadi. Terlihat seorang pemuda berbaju lusuh telentang di rerumputan. Matanya terpejam. Wajahnya begitu bersahaja.

Mendengar suara di sekitarnya, dia terbangun. Dengan tersenyum dia menyapa ramah, "Hai, Pak Tua. Silahkan beristirahat di sini."

"Terima kasih, Anak Muda. Boleh bapak bertanya?" tanya pedagang itu.

"Silakan."

"Apakah kerjamu setiap hari seperti ini?"

"Tidak, Pak Tua. Menurutku, tak peduli apapun pekerjaan itu, asalkan setiap hari aku bisa bekerja dengan sebaik-baiknya dan pastinya aku tidak harus mengerjakan hal sama setiap hari. Aku senang, orang yang kubantu senang, orang yang membantuku juga senang, pasti Tuhan juga senang di atas sana. Ya 'kan? Dan akhirnya, aku perlu bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas semua pemberiannya ini".

Kenyataan di kehidupan ini, kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan sebesar apapun tidak menjamin rasa bahagia. Bisa kita baca kisah hidup seorang maha bintang Michael Jackson, yang berhutang di antara kelimpahan kekayaannya. Dia hidup menyendiri dan kesepian di tengah keramaian penggemarnya; tidak bahagia di tengah hiruk pikuk bumi yang diperjuangkannya. Tetapi, setidaknya, dia telah berusaha berbuat yang terbaik dari dirinya untuk umat manusia lainnya.

Mampu bersyukur merupakan kebutuhan manusia. Mari kita berusaha memberikan yang terbaik bagi diri kita sendiri, lingkungan kita, dan bagi manusia-manusia lainnya. Sehingga, kita senantiasa bisa menikmati hidup ini penuh dengan sukacita, syukur, dan bahagia. Pergunakan materi kita untuk kebaikan dan membantu sesama. Maka di tengah kekayaan yang kita punya ada kebahagiaan yang melegakan hati. Ada kesejukan dan kebahagiaan karena terberkati. Ungkapan syukur pasti akan selalu lantang terdengar dari ucapan doa kita setiap hari

Inspirasi - Kisah Anak Pemimpi dan Madu

Alkisah, ada seorang bocah laki-laki yang mempunyai satu stoples besar madu. Karena ia malas, ia menyimpan madu itu di dekat tempat tidurnya. Orangtuanya sudah memintanya agar ia segera menjual madu tersebut. Sayangnya, bocah itu terlalu malas untuk meninggalkan kamarnya.

Sore hari, angin berhembus perlahan ke dalam kamarnya, bocah laki-laki itu pun mulai mengantuk. Meski bocah laki-laki itu tahu bahwa ia harus pergi menjual madu, namun ia memutuskan untuk tidur saja dahulu. Bocah laki-laki itu pun memejamkan mata dan mulai bermimpi. Di dalam mimpinya, ia telah menjual madu dan mendapatkan uang yang banyak. Lalu dengan uang itu, ia pergi bersenang-senang dengan teman-temannya, berpesta, dan bersuka ria.

Dalam mimpinya, ia dan teman-temannya mengadakan pesta dansa. Ada musik yang indah mengalir dan mereka pun berdansa ceria. Bocah lelaki yang malas ini menari dengan begitu bersemangat. Secara tidak sadar, kakinya bergerak-gerak di atas tempat tidur, seakan-akan ia benar-benar berdansa.

Tanpa sadar pula, kakinya yang bergerak seolah berdansa itu pun menendang toples madu yang ada di samping tempat tidurnya. Toples itu pun jatuh ke lantai dan pecah, membangunkan bocah laki-laki itu. Ia dengan segera melihat ke bawah dan terlihat madunya sudah tumpah di atas lantai dan tidak bisa berguna lagi. Menangislah bocah laki-laki itu. Itu berarti ia tidak bisa mendapatkan keuntungan dari penjualan madu tersebut.

Boleh-boleh saja bermimpi. Namun, untuk mencapai semua impian itu hanya dengan bekerja keras dan fokus pada pekerjaan yang kita jalani

Inspirasi - Rumah Sendiri Lebih Indah

Seorang anak kecil pergi menemui burung dan berkata, "Burung, apakah engkau punya burung-burung kecil?"

"Ya, Nak, saya punya," kata induk burung, "dan mereka sangat cantik." Lalu ia pergi menunjukkan anak burung dan berkata, "Ini adalah anak-anakku, Adil Wing, Bill Kecil, dan si Mata cerah."

 "Di rumah, kami juga bertiga," kata anak kecil itu, "Saya dan dua saudara perempuan saya. Ibu mengatakan bahwa kita adalah anak-anak yang cantik, dan ia mencintai kita."

Anak burung itu juga menjawab, "Oh, ya, ibu juga mencintai kita juga."

"Baik ibu burung," kata anak kecil itu, "apakah Anda membiarkan Bill Kecil pulang dengan saya dan bermain?"

Sebelum induk burung itu menjawab, si Mata Cerah berkata, "Ya, jika kamu mengirimkan adikmu untuk bermain dengan kami dalam sarang kami."

"Oh, dia pasti akan menyesal bila meninggalkan rumah," kata anak kecil itu. "Dia tidak bisa jauh dari ibu kami."

"Bill Kecil pun akan menyesal bila meninggalkan sarang kami," jawab si Mata Cerah. "Ia pun tidak akan pergi jauh dari ibu kami."

Anak kecil itu pun lari ke pelukan ibunya dan berkata, "Ah, rupanya setiap orang menyukai rumahnya sendiri."

Inspirasi - Apa yang Menjadi Fokus Kita?

Di sebuah hutan, seekor rusa yang hamil akan melahirkan. Ia menemukan lapangan rumput yang terpencil di dekat sungai dengan aliran air yang kuat mengalir. Ia merasa tempat ini tampaknya tempat yang aman. Tiba-tiba rusa itu merasakan nyeri persalinan pun dimulai.

Pada saat yang sama, awan gelap berkumpul di atas langit. Petir pun menyambar hingga mulai membuat kebakaran hutan. Rusa itu melihat ke arah kirinya dan ia melihat seorang pemburu dengan busur yang panjang mengarah pada dirinya. Ketika ia melihat sebelah kanannya, ia melihat seekor singa yang lapar sedang mendekatinya.

Apa yang bisa dilakukan oleh rusa itu, padahal ia bersiap untuk melahirkan!

Apa yang akan terjadi? Apakah rusa itu bisa bertahan? Apakah ia akan melahirkan anak rusa? Akankah rusa itu bertahan hidup? Atau apakah semuanya akan habis oleh kebakaran hutan? Apakah rusa itu akan binasa oleh panah pemburu? Ataukah rusa itu mengalami kematian yang mengerikan di tangan singa yang lapar?

Apa yang dilakukan oleh rusa itu? Ternyata, rusa itu fokus pada melahirkan kehidupan  baru.

Akhirnya yang terjadi adalah demikian. Sambaran petir itu akhirnya membutakan pemburu yang sudah melepaskan anak panahnya. Anak panah yang lepas akhirnya melewati rusa dan mengenai sasaran pada singa yang lapar. Seketika itu mulailah turun hujan dengan lebat dan kebakaran hutan pun secara perlahan disiram oleh hujan. Dan, rusa itu pun melahirkan anak rusa yang sehat.

Dalam kehidupan kita, ada saat-saat tertentu kita dihadapkan pada pilihan dengan berbagai pikiran dan kemungkinan negatif. Beberapa pemikiran itu begitu kuat hingga menguasai kita.

Mungkin kita bisa belajar dari rusa. Yang diutamakan oleh rusa, hanyalah untuk melahirkan bayinya. Sisanya adalah keputusan yang tidak ada di tangannya karena setiap tindakan atau reaksi yang mengubah fokusnya justru cenderung menyebabkan kematian atau bencana.

Di manakah fokus kita?

Meski di tengah badai apapun, berharaplah selalu pada Tuhan. Ia tidak akan pernah mengecewakan kita.

Ingatlah, Tuhan tidak pernah tidur.

Inspirasi - Seorang Petani dan Penjual Roti

Ada seorang petani yang menjual satu pon mentega untuk penjual roti. Suatu hari, si penjual roti memutuskan untuk menimbang ulang mentega untuk melihat apakah ukuran mentega tersebut sudah sesuai. Tetapi, tak lama kemudian, ia marah begitu tahu, ternyata ukuran mentega itu kurang.

Ia lalu menuntut si petani ke pengadilan. Hakim meminta petani menjelaskan tentang ukuran apa yang digunakan oleh si petani. Petani itu menjawab dan mengaku, bahwa ia sungguh primitif. Ia tidak punya ukuran yang tepat. "Tetapi aku punya skala," kata si petani.

Hakim bertanya, "Lalu bagaimana Anda menimbang mentega?"

"Yang Mulia, jauh sebelum penjual roti ini mulai membeli mentega dari saya, saya telah membeli sepotong pon roti dari dia. Setiap hari ketika si penjual roti mengantarkan roti itu pada saya, saya meletakkannya pada skala dan memberinya bobot yang sama pada mentega. Jika ada yang harus disalahkan, maka itu adalah si penjual roti," petani itu menjawab.

Kejujuran atau ketidakjujuran sendiri bisa dibentuk menjadi sebuah kebiasaan. Beberapa orang "berlatih" untuk tidak jujur, hingga akhirnya mereka dapat berbohong dengan bebas dan dipercaya orang lain. Sementara lainnya, berbohong terlalu banyak, hingga akhirnya mereka bahkan tidak tahu lagi apa itu kebenaran. Sayangnya, mereka tidak mengerti akan dampak jangka panjang dari sebuah kebohongan. Pada akhirnya, tak satu pun yang dirugikan oleh kebohongan itu, selain diri mereka sendiri

Inspirasi - Pilih Maju atau Mundur

Tom hendak mengikuti ujian di kampusnya pagi ini. Ujian ini adalah penentuan kelulusan bagi dirinya. Ia memutuskan untuk mengendarai mobilnya seorang diri dan melalui jalan yang biasanya ia lalui setiap pagi. Tiba-tiba mobil Tom terhenti setelah mendapati antrian yang begitu panjang.

Rupanya jembatan yang berada di tengah jalan terputus. Beberapa mobil memilih untuk tidak melanjutkan perjalanannya lagi. Tom pun bimbang karena tidak mungkin mobilnya bisa melewati jembatan itu. Tom dihadapkan pada sebuah pilihan. Meninggalkan mobilnya dan berjalan kaki melalui kayu kecil yang menghubungkan kedua jalan itu atau memilih untuk pulang ke rumah.

Tom sudah memutuskan. Ia memilih untuk pulang ke rumah. Tom tidak tahu bahwa setelah ia melewati jembatan itu dan berjalan kaki hingga ke sebuah tikungan, di sana sudah berjajar bus-bus yang akan mengantarkannya ke kampus dan ia pun bisa mengikuti ujian. Tom memilih untuk mundur, dan ia pun gagal lulus.

Banyak orang yang takut untuk maju karena mereka melihat begitu banyak rintangan yang menghadang. Mereka berpikir bahwa "mundur" adalah jalan terbaik yang akan menyelamatkan mereka dari bagai macam hal yang buruk. Mereka tidak bisa melihat jalan keluar yang ada di depan karena takut untuk melaluinya.

Tidak ada masalah yang terjadi tanpa jalan keluar. Tidak ada kerja keras yang berlalu begitu saja tanpa berkat. Dan tidak akan pernah sedetikpun Tuhan meninggalkan kita dalam setiap langkah yang kita tempuh. Tuhan selalu bersama kita dan akan menuntun kita ke jalan yang benar. 

Inspirasi - Tangan yang Bersyukur

Hari Thanksgiving semakin dekat. Guru kelas satu memberi tugas yang menyenangkan, yaitu menggambar sesuatu yang mereka syukuri.

Sebagian besar kelas mungkin dianggap kurang mampu secara ekonomi, tetapi masih banyak yang akan merayakan liburan ke Turki dan tempat lain. Guru ini berpikir bahwa ini menjadi subyek dari sebagian besar siswanya.

Tapi Douglas membuat gambar yang berbeda. Douglas ini berbeda dari anak laki-laki yang lain. Ia adalah seorang anak yang penuh penderitaan, lemah, dan tidak bahagia.  Anak-anak lain yang bermain saat istirahat, maka Douglas hanya berdiri dekat di sisi gurunya. Mungkin yang melihatnya hanya menebak rasa sakit Douglas karena matanya terlihat sedih.

Ya, fotonya berbeda. Ketika diminta untuk menggambar sesuatu yang ia syukuri, ia membuat sebuah tangan. Tidak ada yang lain. Hanya tangan kosong.

Anak-anak lain menggambar imajinasi secara abstrak. Tapi tangan yang satu itu? Seorang anak menduga itu adalah tangan petani yang juga beternak kalkun. Lain anak lagi menduga itu tangan polisi, karena polisi melindungi dan merawat orang-orang. Yang lain menduga itu adalah tangan Tuhan, karena Tuhan memberi kita makan. Diskusi pun berakhir, sampai guru itu lupa dengan pembuatnya.

Ketika anak-anak telah beranjak ke tugas lainnya, guru itu berhenti di meja Douglas, membungkuk, dan bertanya tangan siapakah itu.

Anak kecil itu memalingkan muda dan bergumam, "Ini milikmu, Guru."

Guru itu mengingat kembali saat ia menggandeng tangan muridnya itu dan berjalan dengannya entah di mana, karena ia punya siswa lain. Ia mengingat kembali seberapa sering ia harus berkata, "Pegang tanganku, Douglas, kita akan pergi ke luar." Atau, "Mari saya tunjukkan cara memegang pensilmu." Atau, "Mari kita lakukan ini bersama-sama." Douglas rupanya yang paling bersyukur atas tangan gurunya itu.

Setelah menyeka air matanya, guru itu memeluk Douglas dan melanjutkan pekerjaannya.

Kisah tersebut bercerita lebih dari syukur. Anak itu mengatakan sesuatu tentang bagaimana gurunya mengajar, orang tua asuhnya, dan teman-temannya yang menunjukkan persahabatan, dan begitu banyak artinya bagi orang seperti Douglas. Mereka mungkin tidak selalu bisa mengucapkan terima kasih. Tapi mereka akan ingat tangan yang pernah menjangkau mereka.

Inspirasi - Iman dalam Kebaikan

Seorang pengusaha kaya di sebuah kota kecil mencetak sebuah peringatan dan ditempatkan di seluruh penjuru kota itu. Peringatan itu berisikan bahwa jika ada orang di kota itu yang berutang, harap datang ke kantornya pada jam tertentu antara pukul sembilan dan dua belas di pagi hari, dan ia akan membayar utang-utang orang itu.

Tentu saja, janji itu menjadi pembicaraan di kota kecil itu. Tapi hanya sedikit yang percaya. Mereka pikir itu tidak akan mungkin. Dan hari itu pun datang. Pengusaha itu duduk di kantornya pukul sembilan.

Sudah pukul sepuluh, tidak ada yang datang. Pada pukul sebelas, seorang pria terlihat berjalan mondar-mandir di luar kantor, kadang-kadang menatap pintu kantor. Akhirnya ia memberanikan diri dan membuka pintu kantor itu.

Pria itu duduk dan bertanya, "Apakah benar Anda akan membayar utang setiap orang?"

"Itu benar," jawab pengusaha kaya itu. "Apakah Anda sedang berutang?"

"Ya," jawab pria itu.

"Apakah Anda memiliki tagihan dan laporan untuk membuktikannya?" tanya pengusaha kaya itu lagi.

Pria itu memperlihatkan dokumen utang-utangnya dan pengusaha kaya itu menulis cek dengan angka sejumlah utang pria itu. Tepat sebelum pukul 12, dua pria lain datang, dan utang orang itu pun dibayarkan oleh pengusaha kaya itu. Orang-orang di luaran tidak bisa percaya. Tapi sekarang tidak ada waktu tersisa untuk memperlihatkan tagihan utang mereka untuk di bayar.

Jika orang-orang tidak percaya pada kebaikan manusia, bagaimana mereka bisa percaya pada kebaikan Tuhan?

Inspirasi - Mati dengan Ketenangan Hati

Di sebuah kerajaan yang aman sejahtera, memerintalah seorang raja yang mempunyai tiga orang putra. Ketiga-tiganya sama cerdas, pandai, ahli tata negara, ahli perang dan mahir menggunakan senjata. Lagi pula mereka tampan dan rupawan. Namun baginda juga kebingungan menentukan dan menetapkan siapa yang pantas menjadi putra mahkota yang bakal menggantikannya. Maklumlah raja ingin sedikit mengubah tradisi kerajaan yang menyatakan bahwa putra sulunglah yang berhak menjadi putra mahkota.

Untuk menentukan pilihan itu raja memanggil ketiga putranya, lalu masing-masing diberi seekor anak ayam yang baru menetas, dengan perintah, "Bunuhlah anak ayam ini tanpa ada seorang manusia pun yang mengetahuinya." Dengan anak ayam itu mereka pergi ke tempat dan arah yang berbeda-beda.

Setelah sepuluh hari berlalu, datanglah putra sulung menghadap ayahandanya, melaporkan dengan menunjukkan bangkai anak ayamnya, katanya. "Perintah ayahanda telah hamba laksanakan. Anak ayam ini telah hamba bunuh di puncak gunung yang terjal dan terpencil, pasti belum pernah diinjak orang. Jadi tidak mungkin ada orang yang melihatnya."

"Baik," kata raja kepadanya. "Beristirahatlah sejenak sambil menunggu kedatangan adik-adikmu."

Beberapa hari kemudian, datanglah putra kedua menyerahkan bangkai anak ayam sambil berkata, "Anak ayam ini hamba bunuh di tengah laut yang sepi. Niscaya tidak seorang pun yang melihatnya." Jawab ayahanda raja, "Bagus sekali. Engkau telah melaksanakan perintahku dengan baik. Beristirahatlah sambil menunggu kedatangan adikmu, si bungsu."

Setelah nyaris sebulan, datanglah si bungsu membawa seekor ayam yang masih segar bugar. Bertanyalah raja, "Mengapa tidak kau bunuh anak ayam itu sehingga ia telah menjadi seekor ayam?" Jawab si bungsu, "Maaf ayahanda, hamba tidak sampai hati membunuh makhluk hidup yang tidak berdosa dan lemah ini. ini tindakan tidak adil. Padahal raja harus melindungi dan membela yang lemah. Bagaimana kata orang nanti kalau perbuatan hamba diketahui oleh orang lain."

Raja berkata, "Kau kan dapat melakukan di tempat sunyi tanpa diketahui orang!"

Jawabnya, "Itu tidak mungkin ayahanda sebab hamba adalah manusia. Hati nurani hamba melarang menganiaya makhluk yang lemah tak berdosa."

Tanya sang raja, "Tahukan kamu risiko tidak melakukan perintah raja. Hukuman mati menantimu?"

Si bungsu menjawab, "Hamba rela menerima hukuman itu. lebih baik mati dengan ketenangan hati daripada berkuasa dikutuk suara hati sendiri."

(Sumber: Buku NATO: No Action Talk Only karya Yustinus Sumantri)

Inspirasi - Anak yang Tidak Terlihat

Salju turun berat pada bulan Januari malam, ketika saya lahir. Ayah saya keluar minum-minum lagi dan ibu tidak punya cara untuk sampai ke rumah sakit. Kakakku harus berjalan dua mil jauhnya untuk bertemu tetangganya untuk membawa ibu. Saya lahir dua jam kemudian.

Ternyata, Ibu didiagnosis menderita gangguan bipolar. Ledakan kekerasannya biasanya diarahkan pada anak-anaknya. Dalam beberapa hari ia akan menjadi Ibu yang sempurna, tapi pada hari-hari lain, ia akan memukul kami tanpa alasan. Ketika ayah saya yang mabuk dan pulang, maka pertengkaran pun akan dimulai.

Saya sangat takut, saya akan merangkak di bawah tempat tidur dan bersembunyi di sana. Ini menjadi kebiasaan saya untuk menyembunyikan diri, dan mencoba untuk menghindari mereka. Saya pikir, siapun tidak akan peduli pada saya dan bertanya di mana saya berada.

Ketika saya berusia tujuh tahun, saya begitu trauma dengan semua pelecehan dan penelantaran ini, hingga saya mulai tidur sambil berjalan. Saya ingat bangun di pagi hari, di bawah tempat tidur, atau menemukan diri di teras belakang dalam gelap.

Pada hari Sabtu, Ibu dan ayah akan melakukan perjalanan empat puluh mil ke kota, dan meninggalkan kakak perempuan saya yang bertanggung jawab atas kami. Ia akan mencambuk kami dengan sabuk jika kami tidak mendengarkannya, sementara orangtua kami pergi. Kami berempat adalah adik-adik dari kakak perempuan kami. Untuk menghukum kami, kakak saya akan memukul kami dan membuat kita duduk di sofa, lalu kami tidak diperbolehkan untuk berbicara satu sama lain. Kami biasanya duduk di sana beberapa jam sampai orangtua kami pulang.

Ketika saya berusia tiga belas tahun, saya merasa tidak punya harga diri. Kami pindah ke kota lain dan di sekolah kami dihadapkan pada anak-anak yang kejam. Mereka tahu kami begitu miskin. Saya menghindari anak-anak lain sebanyak mungkin. Saya tidak bisa pergi jauh, hanya dengan kakak perempuan saya, yang mulai berkencan. Ia  selalu mengajak saya menonton pertandingan sepak bola dengan pacarnya. Sementara kami menonton sepakbola, ia memperkenalkan saya kepada sahabatnya, Jarred. Ia empat tahun lebih tua dari saya. Saya terkejut. Entah mengapa saya langsung tertarik padanya. Ia terus memujaku, dan saya berpikir, ia menatapku dan mulai merangkulku dengan tangan tuanya karena saya tidak memakai mantel. Kami mulai berbicara, dan saya menjadi takut padanya. Saya pikir semua laki-laki memukul perempuan.

Ia membuka mantelnya dan memakaikannya pada saya. Ia berkata, "Kau begitu cantik!" Tak pernah ada yang mengatakan demikian pada saya dalam hidup saya. Ketika saya berumur enam belas tahun, saya menikah dengan pria yang luar biasa ini.

Tiga puluh lima tahun kemudian, saya dapat melihat diri saya pada cermin, dan melihat ia dengan nyata. Saya percaya Tuhan mengirimkan pria ini untuk menyelamatkan saya. Saya tidak lagi bersembunyi dari diriku sendiri. Ya, saya di sini.

Inspirasi - Di Manakah Kebahagiaan?

Seorang pria yang sangat kaya itu suatu hari sangat bingung karena seluruh hidupnya ia hanya mencoba untuk menjadi kaya, kaya, dan kaya, dan akhirnya ia berhasil. Ia menjadi kaya, ia menjadi orang terkaya di dunia, tapi ia merasa tidak ada kebahagiaan. Pria itu pernah berpikir bahwa setelah kaya, maka kebahagiaan akan dicapai. Pria itu sangat frustasi. Itulah nasib semua orang sukses. Maka ia mulai berkeliling meminta orang bijak yang bisa membantunya untuk mencapai kebahagiaan.

Seseorang menyarankannya untuk mendatangi seorang Sufi. Maka pria itu pun pergi ke seorang Sufi dengan kudanya yang indah. Ia membawa tas besar penuh berlian, batu yang paling berharga di dunia. Ia pun mengatakan kepada Sufi itu, "Aku punya semua berlian ini, tapi tidak setetes kebahagiaan pun. Bagaimana aku bisa mendapatkan kebahagiaan itu? Dapatkah Anda membantuku?"

Sufi itu melompat, hingga orang kaya itu tidak bisa mempercayai matanya, merenggut tas dari pria kaya itu dan lari. Pria kaya itu mengikutinya sambil menangis, dan berteriak "Saya dirampok! Saya ditipu! Orang ini bukanlah Sufi! Orang itu pencuri! Tangkap dia!"

Tapi di kampung itu, Sufi itu terkenal dan semua orang mengenalnya, sehingga mengelak membantu pria kaya itu. Justru kerumunan orang malahan mengikuti ke mana pria kaya itu melangkah.

Akhirnya mereka kembali ke pohon yang sama, di mana Sufi itu telah duduk dan pria kaya itu pun telah menemukannya. Sufi itu duduk lagi di bawah pohon bersama tas pria kaya itu. Ketika pria kaya itu datang, Sufi itu segera memberikan tas itu kepadanya. Pria kaya itu memegang tasnya begitu erat dan berkata, "Saya sangat bahagia. Saya sangat senang bahwa saya telah menemukan harta karun saya yang hilang!"

Sufi itu pun berkata, "Apakah Anda merasakan sedikit kebahagiaan? Kecuali Anda kehilangan itu, Anda tidak bisa merasakannya. Saya telah membuat Anda merasakannya. Ini adalah cara untuk mencicipi kebahagiaan. Kehilangan sesuatu."

Jika kita bisa menghilangkan ego kita, kita akan mendapatkan diri kita, apa yang disebut Budha no-self. Ia menyebutnya no-self karena alasan sederhana bahwa itu bukan ego lama kita lagi. Ia tidak memiliki bayangan ego sama sekali, maka ia menyebutnya no-self. Menghilangkan ego dan mendapatkan diri atau no-self, dan tiba-tiba kita menjadi dewasa. Kehilangan pikiran dan mendapatkan kesadaran dan kita menjadi dewasa.

Kematangan hidup di masa sekarang, sepenuhnya waspada, dan menyadari semua keindahan serta kemegahan eksistensi. Dan menjadi dewasa.

Kisah Motivasi - Inspirasi Hidup Michael Jordan

Michael Jordan, berkulit hitam, lahir pada tahun 1963, di daerah kumuh Brooklyn, New York. Ia memiliki empat orang saudara, sementara upah ayahnya yang hanya sedikit tidak cukup untuk menafkahi keluarga. Semenjak kecil, ia melewati kehidupannya dalam lingkungan miskin dan penuh diskriminasi, hingga ia sama sekali tidak bisa melihat harapan masa depannya.

Ketika ia berusia tiga belas tahun, ayahnya memberikan sehelai pakaian bekas kepadanya, "Menurutmu, berapa nilai pakaian ini?"

Jordan menjawab, "Mungkin 1 dollar."

Ayahnya kembali berkata, "Bisakah dijual seharga 2 dollar? Jika engkau berhasil menjualnya, berarti telah membantu ayah dan ibumu."

Jordan menganggukkan kepalanya, "Saya akan mencobanya, tapi belum tentu bisa berhasil."

Dengan hati-hati dicucinya pakaian itu hingga bersih. Karena tidak ada setrika untuk melicinkan pakaian, maka ia meratakan pakaian dengan sikat di atas papan datar, kemudian dijemur sampai kering. Keesokan harinya, dibawanya pakaian itu ke stasiun bawah tanah yang ramai, ditawarkannya hingga lebih dari enam jam. Akhirnya Jordan berhasil menjual pakaian itu. Kini ia memegang lembaran uang 2 dollar dan berlarilah ia pulang.

Setelah itu, setiap hari ia mencari pakaian bekas, lalu dirapikan kembali dan dijualnya di keramaian. Lebih dari sepuluh hari kemudian, ayahnya kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas kepadanya, "Coba engkau pikirkan bagaimana caranya untuk menjual pakaian ini hingga seharga 20 dolar?"

Kata Jordan, "Bagaimana mungkin? Pakaian ini paling tinggi nilainya hanya 2 dollar."

Ayahnya kembali memberikan inspirasi, "Mengapa engkau tidak mencobanya dulu? Pasti ada jalan."

Akhirnya, Jordan mendapatkan satu ide, ia meminta bantuan sepupunya yang belajar melukis untuk menggambarkan Donal Bebek yang lucu dan Mickey Mouse yang nakal pada pakaian itu. Lalu ia berusaha menjualnya di sebuah sekolah anak orang kaya. Tak lama kemudian seorang pengurus rumah tangga yang menjemput tuan kecilnya, membeli pakaian itu untuk tuan kecilnya. Tuan kecil itu yang berusia sepuluh tahun sangat menyukai pakaian itu, sehingga ia memberikan tip 5 dolar. Tentu saja 25 dollar adalah jumlah yang besar bagi Jordan, setara dengan satu bulan gaji dari ayahnya.

Setibanya di rumah, ayahnya kembali memberikan selembar pakaian bekas kepadanya, "Apakah engkau mampu menjualnya kembali dengan harga 200 dolar?" Mata ayahnya tampak berbinar.

Kali ini, Jordan menerima pakaian itu tanpa keraguan sedikit pun. Dua bulan kemudian kebetulan aktris film populer "Charlie Angels", Farah Fawcett datang ke New York melakukan promo. Setelah konferensi pers, Jordan pun menerobos pihak keamanan untuk mencapai sisi Farah Fawcett dan meminta tanda tangannya di pakaian bekasnya. Ketika Fawcett melihat seorang anak yang polos meminta tanda tangannya, ia dengan senang hati membubuhkan tanda tangannya pada pakaian itu.

Jordan pun berteriak dengan sangat gembira, "Ini adalah sehelai baju kaus yang telah ditandatangani oleh Miss Farah Fawcett, harga jualnya 200 dollar!" Ia pun melelang pakaian itu, hingga seorang pengusaha membelinya dengan harga 1.200 dollar.

Sekembalinya ke rumah, ayahnya dengan meneteskan air mata haru berkata, "Tidak terbayangkan kalau engkau berhasil melakukannya. Anakku! Engkau sungguh hebat!"

Malam itu, Jordan tidur bersama ayahnya dengan kaki bertemu kaki. Ayahnya bertanya, "Anakku, dari pengalaman menjual tiga helai pakaian yang sudah kau lakukan, apakah yang berhasil engkau pahami?"

Jordan menjawab dengan rasa haru, "Selama kita mau berpikir dengan otak, pasti ada caranya."

Ayahnya menganggukkan kepala, kemudian menggelengkan kepala, "Yang engkau katakan tidak salah! Tapi bukan itu maksud ayah. Ayah hanya ingin memberitahumu bahwa sehelai pakaian bekas yang bernilai satu dolar juga bisa ditingkatkan nilainya, apalagi kita sebagai manusia yang hidup? Mungkin kita berkulit lebih gelap dan lebih miskin, tapi apa bedanya?"

Seketika dalam pikiran Jordan seakan ada matahari yang terbit. Bahkan sehelai pakaian bekas saja bisa ditingkatkan harkatnya, lalu apakah saya punya alasan untuk meremehkan diri sendiri?

Sejak saat itu, dalam hal apapun, Michael Jordan merasa bahwa masa depannya indah dan penuh harapan.

Potensi diri kita begitu besar, jangan dipandang kecil hanya karena kita terlihat lecek, kumal, dan belum "diasah". Tetaplah berusaha dan teruslah mengasah kecerdikan dalam melakukannya.

Inspirasi - Bagaimana Kanguru Memiliki Ekornya

Dahulu kala, beberapa hewan tampak berbeda dengan yang kita lihat seperti sekarang ini. Kanguru tidak memiliki ekor dan wombat (binatang khas Australia) berbadan tinggi dengan kepala bulat.

Alkisah, Mirram Kanguru dan Warreen Wombat adalah teman baik. Mereka tinggal bersama di sebuah gubuk yang dibangun Warreen dari kulit pohon. Mereka selalu bersama, tapi Mirram lebih suka tidur di luar pada malam hari dan ini menyenangkan bagi Warreen yang selalu ingin tidur di dalam.

"Ayo, Warreen, tidur di luar denganku," kata Mirram. "Jauh lebih baik karena kita bisa melihat bintang-bintang di malam hari dan merasakan angin segar di pohon."

"Ah, terlalu dingin di luar," dengus Warreen. "Apalagi kadang-kadang hujan. Aku bisa-bisa kebasahan! Aku lebih suka tidur di dalam gubuk dengan api agar tetap hangat."

Mirram Kanguru tidak bisa menerima hal itu. "Gubuk kulit pohonmu gelap dan bau. Sungguh jauh lebih baik bila tidur di udara bersih di bawah bintang-bintang terang!"

"Tidak, terima kasih," kata Warreen. "Aku tetap akan tinggal di gubukku yang membuatku nyaman."

Mirram tidak sabar, "Kau terlalu takut untuk tidur di luar denganku. Kau takut untuk merasakan sedikit angin."

"Aku tidak takut!" dengus Warreen. "Aku hanya suka tidur di gubuk kulit pohonku!"

Mirram terus mengejek Warreen, sampai suatu malam, wombat itu setuju untuk tidur di luar. Sepanjang malam itu ia benar-benar kedinginan dan tertatih-tatih kembali ke dalam gubuk. Kanguru itu menertawakannya.

Sepanjang musim panas itu, mereka bermain bersama sebagai teman, tapi Mirram terkadang masih membuat pondok Warreen itu menyenangkan.

Perubahan terkadi ketika musim dingin tiba. Angin menjadi lebih dingin pada malam hari saat Mirram tidur di luar. Pada awalnya ia merasa tidak masalah. Ia meringkuk di batang pohon untuk melindungi dirinya sendiri, dan tertawa saat memikirkan Warreeen di gubuk baunya itu. "Wombat tidak akan berani bersama angin seperti diriku," katanya pada dirinya sendiri.

Angin bertiup semakin kencang dan semakin dingin. Mirrram semakin meringkuk memeluk batang pohon. Ia mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa angin tidak bisa menyakitinya – ia tidak takut. Ketika hujan mulai turun, ia bergumam, "Sedikit angin dan hujan tidak akan menyakitiku. Aku tidak takut.

Hingga suatu malam, ledakan angin mendera kanguru dengan hujan yang turun seperti jarum es. Mirram begitu basah dan kedinginan, ia tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Ia berjuang dengan kaki belakangnya, dan ditiup oleh angin, perlahan melompat menujuk gubuk kulit pohon.

"Ini aku!" teriak Mirram, mengetuk pintu, "Sekarang, biarkan aku masuk!"

"Tidak!" teriak Wombat. "Ruangan tidak cukup!"

Gigi Mirram gemeletuk. Ia sangat marah dan mendorong keras pintu hingga terbuka, "Aku di dalam sekarang, dan Kau tidak cukup besar untuk melemparkanku keluar!"

"Hmmmph," dengus Warreen. "Yah, tidurlah di sana. Di sudut itu semua basah dan saya tidak ingin ketetesan air hujan." Wombat berbaring dekat api lagi dan kembali tidur.

Mirram berbaring di sudut, tapi ada lubang di dinding gubuk, sementara angin dan hujan silih berganti. Ia tidak bisa mendapatkan kehangatan. Warreen dengan lelap tidur sambil mendengkur dan menikmati mimpinya. Ini tentu saja membuat Mirram marah.

Di pagi hari tubuhnya kaku dan sakit. Ia tertatih-tatih di luar dan mengambil sebuah batu besar. Ketika ia kembali, dilihatnya Warreen sedang menggeliat bangun. Mirram pun memukul kepala Warreen dengan batu, meratakan dahinya dan membuat ikal di sekitar hidungnya.

"Ini untuk membantuku mendapatkan hangat dan kering," kata Mirram. "Dan mulai sekarang, kau akan selalu hidup dalam lubang basah. Dahimu rata dan rumah dingin akan mengingatkanmu tentang tadi malam."

Setelah itu, Warreen dan Mirram tidak berbicara satu sama lain atau bermain bersama. Warreen pun merencanakan balas dendam. Ia pun membuat tombak besar dan menunggu sampai Mirram sendirian. Kemudian ia melemparkan tombak dengan sekuat tenaga hingga mengenai kanguru itu di dasar tulang punggungnya. Mirram berteriak kesakitan dan mencoba menarik tombak itu, tapi ia tidak bisa.

"Mulai sekarang, kau akan punya ekor yang panjang," teriak Warreen, "Dan engkau tidak akan pernah mempunyai rumah tinggal!"

Itulah sebabnya wombat sekarang memiliki dahi yang datar dan hidup dalam liang yang gelap, basah, di bawah tanah. Dan mengapa kanguru memiliki ekor panjang dan selalu tidur di luar, di bawah bintang-bintang.

Thursday, November 13, 2014

Inspirasi - Lakukan Sekarang Juga

Seorang dosen menceritakan pengalamannya seperti berikut ini. Dalam kelas yang mahasiswanya orang dewasa, saya baru saja melakukan hal yang "tidak dapat dimaafkan". Saya memberikan sebuah pekerjaan rumah! Tugas ini adalah "pergi ke seseorang yang Anda cintai dalam minggu depan dan beritahu mereka bahwa Anda mencintai mereka. Harus seseorang yang tidak pernah Anda berikan kata-kata itu sebelumnya atau setidaknya dalam waktu yang lama."

Kedengarannya seperti tugas yang tidak sulit, sampai dosen itu menyadari bahwa sebagian mahasiswanya adalah pria berusia 35 tahun ke atas dan dibesarkan dalam generasi yang diajarkan bahwa mengungkapkan emosi itu tidaklah "macho". Menampilkan perasaan atau hanya menangis saja deh, benar-benar dilarang. Tidak boleh dilakukan! Jadi, tugas ini rasanya benar-benar sebuah ancaman bagi sebagian orang.

Pada minggu berikutnya, saya (dosen) bertanya apakah seseorang ingin berbagi apa yang terjadi ketika mereka mengatakan kepada seseorang yang mereka cintai. Saya berharap seorang wanita menjadi relawan, seperti yang biasanya terjadi, tetapi pada saat itu salah seorang pria mengangkat tangannya. Ia tampak menarik napas dan sedikit terguncang.

Saat ia beranjak dari kursinya, ia mulai dengan mengatakan, "Pak, saya cukup marah dengan Anda ketika minggu lalu Anda memberi kami tugas ini. Saya tidak merasa bahwa saya punya seseorang untuk saya katakan itu, dan selain itu, apa maksud Anda saya harus memberitahunya secara pribadi? Tapi ketika saya mulai perjalanan pulang, hati nurani saya mulai berbicara. Entah kenapa saya tahu persis siapa yang saya butuhkan untuk saya sampaikan kata 'Aku mencintaimu'. Anda tahu, lima tahun yang lalu, ayah saya dan saya berselisih dan benar-benar tidak pernah terselesaikan perselisihan itu. Kami menghindari satu sama lain, kecuali Hari Raya atau pertemuan keluarga lainnya. Tetapi bahkan kemudian, kami tidak berbicara satu sama lain. Jadi, ketika saya mendapat tugas itu, ketika saya sampai di rumah saya meyakinkan diri bahwa saya akan memberitahu ayah saya bahwa saya mencintainya."

"Ini aneh, tapi saya membuat keputusan yang tampaknya akan mengangkat beban berat dari dada saya," kata pria itu.

Lanjutnya, "Ketika sampai di rumah, saya bergegas untuk memberitahu istri saya apa yang aka saya lakukan. Ia sudah tidur, tapi saya membangunkannya. Ketika saya mengatakan kepadanya, ia tidak hanya bangun dari tempat tidur, tapi melonjak dan memeluk saya, dan untuk pertama kalinya dalam hidup kami sejak menikah, ia melihat saya menangis. Akhirnya kami melewati malam itu dengan ngobrol dan minum kopi. Sesuatu yang indah!"

"Keesokan paginya, saya bagun lebih awal dan serasa hari sangat cerah. Saya begitu bersemangat dan hampir tidak bisa tidur malam sebelumnya. Saya berangkat ke kantor lebih awal dan bekerja dua jam lebih lama daripada sebelumnya."

Mari, lakukan sekarang juga, katakan "Aku mencintaimu" pada orang yang benar-benar kita cintai.

Inspirasi - Kisah Klub 99

Alkisah, hiduplah seorang Raja, yang meskipun hidupnya mewah, ia tidak bahagia. Suatu hari, ia melihat seorang pelayan  yang bernyanyi riang saat ia bekerja. Ini membuat Raja terpesona, mengapa ia sendiri, sang penguasa kerajaan tidak bahagia, tetapi seorang hamba rendahan begitu gembiranya.

Raja pun bertanya kepada pelayannya itu, "Mengapa kau begitu gembira?"

Pria itu menjawab, "Yang Mulia, saya bukanlah apa-apa kecuali seorang pelayan, tapi saya dan keluarga saya tidak membutuhkan banyak hal, kecuali atap untuk menutupi kepala kami dan makanan hangat untuk mengisi perut kami."

Raja tidak puas dengan jawaban itu. Kemudian pada hari itu, ia meminta nasihat dari penasihat terpercayanya. Setelah mendengar ketidakbahagiaan Raja dan kisah pelayannya, penasihat itu berkata, "Yang Mulia, saya percaya bahwa pelayan itu belum menjadi bagian dari Klub 99."

"Klub 99? Apa itu?" tanya Raja.

Penasihat itu menjawab, "Yang Mulia, untuk benar-benar tahu apa itu Klub 99, mari kita tempatkan 99 koin emas dalam sebuah tas dan menaruh di depan pintu rumah pelayan tadi."

Ketika pelayan tadi melihat tas di depan pintu rumahnya, ia mengambilnya dan membawanya masuk. Ketika ia membuka tas, ia bersuka cita. Begitu banyak koin emas! Ia pun mulai menghitungnya. Setelah beberapa hitungan, ia yakin bahwa koin emas itu hanya 99 koin. "Apa yang terjadi dengan koin emas terakhir? Tentunya, tidak ada yang meninggalkan 99 koin!" Pelayan itu bertanya-tanya. Ia mencari di sekeliling tempat ditemukannya tas tadi, tapi tak jua ditemukannya. Akhirnya, karena kelelahan, ia pun memutuskan bahwa ia harus bekerja lebih keras daripada sebelumnya untuk mendapatkan satu koin emas demi melengkapi temuannya.

Dan sejak hari itu, kehidupan pelayan itu berubah. Ia bekerja keras, marah-marah, dan menghukum keluarganya bila mereka tidak membantu menjadikannya koin ke-100. Ia berhenti bernyanyi saat bekerja, tidak seperti biasanya.

Menyaksikan perubahan drastis itu, Raja bingung. Ketika ia bertanya pada penasihatnya, ini penjelasan penasihat itu, "Yang Mulia, pelayan itu kini telah resmi bergabung dengan Klub 99." Penasihat itu melanjutkan, "Klub 99 adalah nama yang diberikan kepada orang-orang yang memiliki cukup untuk menjadi bahagia tetapi tidak pernah puas, karena mereka selalu merindukan dan berjuang untuk satu tambahan. Mereka selalu mengatakan pada diri sendiri, 'saya harus mendapatkan satu yang terakhir dan kemudian saya akan bahagia'."

Kita bisa bahagia, meski hanya dengan sedikit yang kita miliki dalam hidup kita. Tetapi, begitu kita diberi sesuatu yang lebih besar dan lebih baik, kita selalu ingin lebih! Kita kehilangan waktu tidur, kebahagiaan kita, menyakiti orang-orang di sekitar kita; semua itu adalah harga yang harus dibayar karena keserakahan kita karena keinginan kita.

Inspirasi - Tiga Permintaan Terakhir

Ada kejadian yang sangat memberi pelajaran saat kehidupan Alexander, raja besar Yunani. Alexander, setelah menaklukkan berbagai kerajaan, kembali pulang. Dalam perjalanan, ia jatuh sakit dan sekarat. Saat kematian menatap wajahnya,  Alexander menyadari betapa kisah penaklukannya, tentara yang besar, pedang yang tajam, dan semua kekaayaannya, tidak ada artinya.

Sekarang, ia ingin sekali kembali ke rumah ibunya dan melihat wajahnya serta mengucapkan kata perpisahan terakhirnya. Tapi, ia harus menerima kenyataan bahwa kesehatannya tidak memungkinkannya untuk pergi ke kampung ibunya. Sang penakluk perkasa itu hanya bisa terdiam dan pucat, tak berdaya menunggu sakaratul maut.

Akhirnya Alexander memanggil Jenderalnya, dan berkata, "Saya akan meninggalkan dunia ini dengan segera. Saya memiliki tiga permintaan. Tolong penuhi permintaanku tanpa gagal." Dengan air mata mengalir di pipi mereka, para jenderal setuju untuk memenuhi permintaan terakhir raja mereka.

"Keinginan pertama saya adalah," kata Alexander, "dokter saya sendiri harus membawa peti matiku." Setelah jeda sebentar, ia melanjutkan, "Kedua, saya ingin agar ketika peti mati saya sedang dibawa ke kuburan, jalan menuju ke kuburan dipenuhi dengan emas, perak, dan batu mulia, yang telah saya kumpulkan di lumbung kekayaan saya."

Raja merasa kelelahan setelah mengatakan ini. Ia mengambil istirahat beberapa menit dan melanjutkan, "Saya berharap permintaan yang ketiga dan terakhir ini, yaitu, kedua tangan saya tetap menggantung keluar dari peti mati saya."

Orang-orang yang telah berkumpul di sekitar tempat tidur raja bertanya-tanya akan permintaan aneh raja. Tetapi mereka tidak ada yang berani mengajukan pertanyaan. Mereka hanya mencium tangan raja dan berkata, "Ya Raja, kami menjamin bahwa permintaan Anda semua akan terpenuhi. Tapi tolong beritahu kami mengapa Anda membuat permintaan aneh seperti itu?"

Raja Alexander mengambil napas dalam-dalam dan berkata, "Saya ingin dunia tahu dari tiga pelajaran yang baru saja saya berikan. Saya ingin dokter yang membawa peti mati saya, karena orang harus menyadari bahwa tidak ada dokter benar-benar dapat menyembuhkan siapa pun. Mereka tidak berdaya dan tidak bisa menyelamatkan seseorang dari cengkeraman kematian. Jadi, janganlah orang mengambil hak hidup orang lain.

Permintaan kedua menaburkan emas, perak, dan kekayaan lainnya dalam perjalanan ke kuburan adalah untuk memberitahu orang-orang bahwa tidak ada bagian kecil dari emas yang akan ikut dengan saya. Saya menghabiskan semua hidup untuk secara produktif mengumpulkan kekayaan, tapi akhirnya saya tidak bisa membawa apa-apa. Biarkan orang menyadari bahwa itu buang-buang waktu belaka untuk mengejar kekayaan.

Dan tentang permintaan ketiga saya yaitu tanggan saya menggantung dari peti mati, saya berharap orang tahu bahwa saya datang dengan tangan kosong ke dunia ini dan dengan tangan kosong pula saya pergi dari dunia ini.

Dengan kata-kata terakhirnya ini, Raja pun memejamkan mata. Segera ia membiarkan kematian menaklukkannya dan Raja pun menghembuskan napas terakhir.

Inspirasi - Arti Sama, Cara Berbeda Membuat Efek Berbeda

Alkisah, seorang Raja bermimpi bila ia kehilangan semua giginya. Raja lalu memanggil para pengarti mimpi untuk menguraikan arti mimpinya kepadanya.

Pria pertama mengatakan kepada raja, bahwa mimpi itu berarti semua keluarga kerajaan akan mati. Mendengar itu, raja meminta penjaga memukuli pria itu dan menghukumnya.

Orang yang kedua mengatakan kepada raja bahwa arti mimpi raja adalah raja akan hidup lebih lama dari keluarga kerajaan, yang sebenarnya berarti bahwa keluarga kerajaan akan binasa lebih dulu. Karena kata-kata bijak itu, raja memberinya hadiah harta karun.

Orang bisa melarikan diri dari bahaya dalam hidup dengan bertindak benar, berkata benar, dan melakukan hal-hal benar pada waktu yang tepat. Arti yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda akan menghasilkan efek yang berbeda.