Sunday, September 29, 2013

Jangan Sekadar Kenali Diri, Ketahui Juga Tujuan Hidup

Januari 2000, para pemimpin di Charlotte, Carolina Utara, mengundang warga favorit mereka, Billy Graham, mengajak makan siang untuk menghormatinya.

Billy awalnya ragu-ragu menerima undangan itu karena ia berjuang dengan penyakit Parkinsonnya. Tetapi para pemimpin Charlotte berkata, "Kami tidak mengharapkan pidato penting. Hanya datanglah dan biarkan kami menghormati Anda." Jadi, ia pun akhirnya setuju.

Setelah hal-hal indah dikatakan tentang dirinya, Dr. Graham melangkah ke mimbar, melihat kerumunan, dan berkata," Hari ini mengingatkan saya akan Albert Einstein, fisikawan besar yang dihormati Majalah Time sebagai 'Manusia Abad Ini'"

Einstein pernah bepergian dari Princeton dengan kereta. Kondektur datang memeriksa tiket penumpang. Ketika kondektur tersebut sampai pada Einstein, ia merogoh saku rompinya. Ia tidak menemukan tiketnya, lalu ia mencari di saku celananya. Di tempat itu juga tidak ada. Lalu ia membuka tasnya dan mencarinya, tapi tidak juga ditemukannya. Ia pun melihat di kursi sebelahnya. Tetap saja Einstein tidak bisa menemukan karcisnya.

Kondektur itu lalu berkata, "Dr. Einstein, saya tahu siapa Anda. Kita semua tahu siapa Anda. Saya yakin Anda membeli tiket. Jangan khawatirkan hal itu lagi."

Einstein mengangguk penuh penghargaan. Kondektur lalu menuju penumpang yang lain. Saat ia siap pindah gerbong, ia berbalik dan melihat fisikawan besar itu masih mencari tiket di bawah kursinya.

Kondektur itu bergegas kembali dan berkata, "Dr. Einstein, Dr. Einstein, jangan khawatir, saya tahu siapa Anda. Anda tidak perlu tiket. Saya yakin Anda membeli satu."

Einstein memandangnya dan berkata, "Anak muda, saya juga tahu siapa aku. Yang saya tidak tahu, ke mana aku akan pergi."

Lalu, Billy Graham melanjutkan, "Lihat baju yang saya kenakan? Ini adalah baju baru bermerek. Anak-anak saya, dan cucu-cucu saya mengatakan bahwa saya sudah sedikit jorok di usia tua saya. Saya harus sedikit lebih teliti. Jadi saya pergi keluar dan membeli jas baru untuk makan siang ini dan satu kesempatan lagi.

Kalian tahu apa kesempatan itu? Ini adalah baju yang akan kupakai saat aku akan dikuburkan. Tapi ketika kalian mendengar aku mati, aku tidak ingin kalian segera ingat setelan apa yang aku kenakan.

Aku ingin kalian ingat ini :

'Aku tidak hanya tahu siapa aku.. aku juga tahu ke mana aku akan pergi'."

Sumber: intisari-online.com
Sent from BlackBerry® on 3

Wednesday, September 18, 2013

Mari Lakukan Semua dengan Cinta

Ada seorang wanita yang menikah dengan pria yang tidak dicintainya. Ia menikah hanya menuruti keinginan orangtuanya. Suaminya menyuruhnya untuk bangun pukul lima pagi tiap hari, membuatkan sarapan untuknya dan menyajikannya tepat pukul 06.00. Sang suami mengharapkan ia selalu siap melayaninya.

Hidup wanita itu menderita, karena hanya berusaha melayani setiap kebutuhan dan permintaan suaminya. Sampai suatu waktu suaminya meninggal dunia.

Beberapa tahun kemudian, wanita itu menikah kembali. Kali ini dengan seorang pria yang sangat dicintainya. Suatu hari, ketika sedang membereskan dan membersihkan kertas-kertas kuno, dia menemukan selembar kertas berisi peraturan yang harus dilakukan sebagai istri. Peraturan itu dibuat oleh mendiang suaminya.

Dengan hati-hati, dia membaca peraturan itu. "Bangun pukul lima. Hidangkan (sarapan) pada pukul enam tepat." Dia terus membaca dan tiba-tiba berhenti serta merenung.

"Lho, bukankah apa yang saya lakukan sekarang pun persis dengan apa yang saya lakukan dulu? Mengapa sekarang saya bisa melakukannya dengan sukacita, tanpa merasa terpaksa?" katanya.

Ia tersenyum geli setelah menyadari perjalanan hidupnya. Lantas ia menjawab dalam hatinya, "Ini karena cinta. Saya lakukan semua ini karena cinta. Saya merasakan sukacita atas apa yang aku lakukan ini."

Pernahkah kita merasa melakukan sesuatu karena terpaksa? Apa hasil yang kita peroleh? Tentu saja kita tidak akan mengalami sukacita. Kita tidak merasa bahagia setelah melakukan semuanya. Kita justru merasa tertekan. Kita merasa apa yang telah kita lakukan itu tidak membuahkan sesuatu bagi hidup kita.

Sebaliknya, kalau kita melakukan sesuatu dengan semangat yang dilandasi oleh cinta, kita akan lakukan apa saja demi cinta itu. Tidak perlu diminta, kita akan lakukan sesuatu untuk orang-orang yang kita cintai. Meski berat pekerjaan itu, kita akan merasa ringan melakukannya karena menyenangkan.

Demikian halnya dalam bekerja. Bila kita melakukannya karena cinta akan pekerjaan itu, maka apa yang kita kerjakan akan terasa ringan. Dan tentunya beres pada waktunya.

Mari kita lakukan segala sesuatunya demi dan karena cinta agar hidup kita lebih bahagia.

Sumber: intisari-online.com

Friday, September 13, 2013

Jangan Lepaskan Tanganku

Suatu hari, seorang ayah mengajak anaknya bermain ke alam liar tak jauh dekat rumahnya.
Dengan membawa bekal secukupnya, mereka berencana bermain di sebuah sungai indah yang airnya sangat jernih.

"Ayah, mari kita menyusuri sungai ini. Di seberang sana banyak bunga-bunga indah. Aku ingin memetiknya untuk ibu," kata Devy.

Sang ayah mengangguk, "Sebentar coba ayah lihat dulu apakah benar pohon ini kuat menahan kita berdua..untuk menyeberang sungai.

"De, coba pegang tangan ayah agar kamu tidak jatuh,"

"Tidak ayah. Ayahlah yang seharusnya memegang tanganku,"

"Lho, apa bedanya?"

"Beda ayah. Jika aku yang memegang tangan ayah, bila sesuatu terjadi padaku, maka tanganku bisa terlepas. Tetapi, bila ayah yg memegang tanganku, aku percaya ayah tak akan melepaskan aku sampai kapanpun, tak peduli apapun yang terjadi padaku..."

Demikian halnya dalam kehidupan kita. Tuhan yang memegang tangan kita tidak akan pernah melepaskan peganganNya pada kita, sehingga kita tidak perlu takut lagi apapun yang terjadi. (*)

Sumber: intisari-online.com

Kita Tak Pernah Sendiri

Pernah dengar legenda ritual pemuda Passage India Cherokee? Ketika saatnya seorang pemuda memasuki masa peralihan, ayahnya membawanya ke hutan, dengan menggunakan penutup mata dan meninggalkannya sendirian.

Ia diminta untuk duduk di tunggul sepanjang malam dan tidak membuka penutup mata sampai sinar matahari pagi bersinar melaluinya. Ia tidak bisa menangis untuk meminta bantuan siapapun.

Setelah ia bisa bertahan hidup semalam, ia menjadi laki-laki dewasa. Ia tidak bisa mengatakan kepada anak-anak lain tentang pengalaman ini, karena setiap anak harus datang menuju kedewasaannya sendiri.

Anak laki-laki secara alami mengalami ketakutan. Ia bisa mendengar segala macam suara. Binatang-binatang buas pasti ada di sekelilingnya. Bukan tidak mungkin sesamanya pun akan menyakitinya.

Angin bertiup membawa bau rumput kepadanya, tapi ia duduk dengan tenang, tidak pernah membuka penutup matanya. Ini yang dia yakini satu-satunya cara untuk bisa menjadi seorang laki-laki sejati!

Akhirnya, setelah malam yang mengerikan, matahari muncul dan ia pun membuka penutup matanya. Saat itulah ia menemukan ayahnya duduk di tunggul di sampingnya. Ia berada di situ sepanjang malam, melindungi anaknya dari bahaya.

Kita juga tidak pernah sendirian. Bahkan ketika kita tidak tahu, Tuhan tetap mengawasi kita, duduk di samping kita. Ketika masalah datang, yang harus kita lakukan adalah menjangkau-Nya.

Sumber: intisari-online.com