Saturday, December 31, 2011

Inspirasi - Mujizat Itu Nyata (sebuah kisah nyata)

Kisah nyata ini terjadi di sebuah Rumah Sakit di Tennessee, USA. Seorang ibu muda, Karen namanya sedang mengandung bayinya yang ke dua. Sebagaimana layaknya para ibu, Karen membantu Michael anaknya pertama yang baru berusia 3 tahun bagi kehadiran adik bayinya. Michael senang sekali akan punya adik. Kerap kali ia menempelkan telinganya diperut ibunya. Dan karena Michael suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih diperut ibunya itu. Nampaknya Michael amat sayang
sama adiknya yang belum lahir itu.

Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi sungguh diluar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen; bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi.

Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya sewaktu-waktu dipanggil Tuhan. Lain halnya dengan kakaknya Michael, sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus!

Mami, ... aku mau nyanyi buat adik kecil! Ibunya kurang tanggap.
Mami, ... aku pengen nyanyi! Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya.
Mami, ... aku kepengen nyanyi! Ini berulang kali diminta
Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael rengekan anak kecil. Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak.

Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya masih hidup! Ia dicegat oleh suster didepan pintu kamar ICU. Anak kecil dilarang masuk!. Karen ragu-ragu. Tapi, suster.... suster tak mau tahu; ini peraturan! Anak kecil dilarang dibawa masuk!

Karen menatap tajam suster itu, lalu katanya: Suster, sebelum menyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya! Suster terdiam menatap Michael dan berkata, tapi tidak boleh lebih dari lima menit!.

Demikianlah kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakratul maut. Michael menatap lekat adiknya ... lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring "... You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey ..." Ajaib! si Adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya.

You never know, dear, How much I love you. Please don't take my sunshine away. Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan terus, ... terus Michael! teruskan sayang! ... bisik ibunya ... The other night, dear, as I laid sleeping, I dream, I held you in my hands ... dan sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur ... I'll always love you and make you happy, if you will only stay the same ... Sang adik kelihatan begitu tenang ... sangat tenang.

Lagi sayang! bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan ... adiknya kelihatan semakin tenang, relax dan damai ... lalu tertidur lelap.

Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.

Hari berikutnya, satu hari kemudian si adik bayi sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah therapy ajaib, dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai Mujizat Kasih Ilahi yang luar biasa, sungguh amat luar biasa! tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata.

Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar bahwa memang Kasih Ilahi yang menolongnya. Dan ingat Kasih Ilahi pun membutuhkan mulut kecil si Michael untuk mengatakan "How much I love you".

Dan ternyata Kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil "Michael" untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang mustahil bagiNYA bila IA menghendaki terjadi.

Inspirasi - My Last Love

Kisah Mengharukan cinta gadis lumpuh dan pria penderita HIV” Sebuah kisah cinta antara Angel seorang gadis lumpuh dan Martin seorang penderita AIDS, Bagaimana mereka menunjukkan pada dunia, Tidak ada yang berbeda dengan apa yang orang lihat, mereka hanyalah manusia yang berusaha untuk diakui sebagai bagian dari masyarakat”

Tentang Angel.

Seorang gadis berusia 23 tahun. Bekerja sebagai sekretaris sebuah perusahaan seluler. Ia memiliki seorang kekasih bernama Hendra. Angel begitu bergembira saat pulang dan memeluk ibunya.

“ Bu, Hendra akan melamarku malam ini dan kami akan bertemu di taman kota, tempat dimana pertama kali bertemu..” kata Angel pada ibunya.

“ Bagaimana kamu yakin nak?”

“ Tentu saja aku yakin, sebab kami sudah merencanakan itu, dan Hendra bilang malam ini iya akan melamarku..”

“ Kalau begitu lekaslah kamu pergi dan berganti pakaian terbaikmu..”

Angel bergembira malam yang ia tunggu selama mereka berpacaran lebih dari 3 tahun kini menjadi akhir dari kisah cinta mereka.

Tentang Martin.

Martin berumur 25 tahun. Pria playboy dan terlahir dari keluarga jutawan.Jam menunjukan pukul 7 malam. Tiba-tiba pintu kamarnya terdengar ketukan. Martin sedang tertidur, ia bangun dan membuka pintu dengan wajah kesel. Seorang aju dan ayahnya terlihat didepan pintu.

“ Kenapa sih? Ganggu orang tidur aja..!!!”

“ Maaf tuan, Ayah anda sudah menunggu di ruang tamu untuk makan malam keluarga.”

“ Bilang padanya, aku ada dibawah sebentar lagi..” Kata Martin tidak melawan.

Ajudan itu pergi, Martin merapikan mukanya yang kusut karena semalam ia baru saja pergi dugem dan pulang pukul 7pagi, setelah rapi ia pun langsung ke bawah menemui ayahnya di meja makan. Bersama ibu dan adiknya Sheila.Ia duduk begitu saja.

“ Begini cara kamu membesarkan anakmu? Pagi jadi malam, malam jadi pagi. “ kata ayah ketus.

“ Sudahlah pak, Martin ayo makan.”

Dengan setengah hati martin makan. Tapi baru mencicipi sedikit sarapan. Ia sudah menghilang dengan wajah kesel ayahnya. Martin pergi dengan mobil BMWnya menelusuri jalan yang sudah penuh dengan lampu warna warni. Kota ini akan merayakan natal dalam waktu beberapa hari lagi.Ia hanya berujar dalam hati.

“ Ayahku kaya, untuk apa berkerja. Tujuh turunan pun tidak akan pernah habis.”

Seorang gadis menelepon padanya. Tampaknya gadis itu adalah incarannya untuk malam ini, Mereka tampak asyik sibuk berbicara bersamaan, DIitengah jalan.

Kembali ke Angel.

Ibunya sudah berdiri di depan pintu. Angel menyalakan motor vespanya. Lengkap dengan pakaian terbaiknya.

“ Aku pergi dulu ya..”

“ Kenapa tidak kamu minta di jemput saja.” Tanya ibunya.

“ Tidak apa bu, Hendra langsung pulang kerja. Kan nanti kena macet. Lagi pula aku ingin pergi masing-masing saja. Jadi bertemu disana.”

“ Ya, sudah nak. Hati hati ya.”

Angel pun melaju motornya sambil membayangkan apa yang akan terjadi dalam hari terindahnya.

Kembali ke Martin.

Martin tampak tertawa, gadis itu membiuskan kata-kata indah di telinganya. Ia selalu ingat jika ia bisa memberikan apapun yang diinginkan oleh gadis yang menyukainya, ia rela memberikan uang , permata ataupun emas yang diingkan. Saat ia berjalan, ia tidak menyadari lampu merah diatasnya. sebuah vespa yang melaju di lampu hijau. Martin terkejut, mobilnya melaju. Menabrak vespa itu hingga terpental. 10 meter jauhnya. Yang ia ingat, seorang gadis terkujur kaku dijalan. Hatinya risau, apakah ia harus melihat korban itu. Atau melarikan diri, tapi ia tau. Bila ia mendekat, maka ia akan membuat masalah dengan dirinya sendiri diantara kerumunan orang yang mulai mendekati korban.

Ia pun memutuskan satu kenyataan— lari dari kejadian itu.

Tentang Hendra.

Ia menunggu tanpa adanya kejelasan ditaman. Hatinya cemas, ia mencoba menelepon Angel berulang-ulang tapi sama sekali tidak diangkat. Satu jam berlalu, hatinya mulai cemas. Ia berpikir, Angel menolak dirinya. Hingga ia menelepon terakhir kali dan mendapatkan suara asing, suara seorang pria yang mengatakan kalau gadis yang memiliki hendphone itu. Sedang dirawat dalam ruangan unit darurat. Ia langsung menuju rumah sakit, menyimpan cincin tunangan untuk Angel. Saat ia tiba, ibu Angel tampak berdiri dengan tangisan khawatir.

Kembali ke Martin.

Ia mulai sadar, banyak saksi yang melihatnya dengan nomor mobilnya. Ia ceritakan masalah ini kepada ayahnya. Ayah meminta ia bertanggung jawab, tapi ibunya menolak. Ia sadar putranya bisa berada di penjara bila ia menyerahkan diri. Uang tidak berarti bagi putranya untuk lepas dari Penjara. Satu keputusan saat itu juga. Martin harus pergi keluar negeri. Melarikan diri dan membuat alibi dengan orang lain yang berada di mobil, dengan uang ayahnya bisa membayar orang lain untuk berpura-pura mengaku melakukan perbuatan yang tidak ia lakukan.

Natal terlewatkan dengan masalah diantara ketiganya. Hendra bersedih dengan keadaan kekasihnya. Angel tidak pernah tau keadaanya, Martin melarikan diri dengan rasa gundah dan bersalah.

2 bulan berlalu.

Angel masih berada di rumah sakit. Ia mulai sadar, tapi kakinya telah dinyatakan hilang. Ia harus mengalami kelumpuhan di kedua kakinya. Hendra menemani kekasihnya. Memberikan dukungan batin dan kekuatan yang tidak bisa Angel bayangkan untuk hidup. Angel pun berusaha menerima kenyataan kini ia cacat.

Martin berada di Australia menghabiskan waktunya dengan minum dan minum untuk melepas kegelisahan hatinya.

6 bulan berlalu.

Angel berdiri untuk pertama kalinya dari kursi roda. Hendra menopang kakinya untuk berjalan. Walaupun merasa berat di hatinya. Ia sadar ia tidak akan pernah menjadi normal.

Martin semakin gelisah, ia ingin pulang. Ibunya bilang padanya tunggulah hingga 6 bulan ke depan. Hanya satu yang ingin ia tanyakan

“ Ibu bagaimana keadaan korban yang aku tabrak?”

“ Dia tidak mati, ia masih hidup.”

“ Syukurlah, tapi aku tetap ingin tau.”

“ Kamu akan tau kelak bila kamu pulang, lebih baik kamu tetap disana hingga kasus ini ditutup.”

1 tahun berlalu.

Angel mulai bisa berjalan dengan menggerakan kursi roda lewat tangannya. Hendra mengajaknya untuk bertemu orang tuanya. Apa yang ia dapatkan saat ia sedang duduk di sofa ruang tamu. Tanpa sengaja ia mendengar apa yang ibu Hendra katakan.

“ Ibu tidak ingin punya menantu lumpuh dan cacat seperti itu.”

“ Ibu kenapa bilang begitu, bagaimanapun dia adalah Angel yang sama, sama seperti saat aku membawanya pertama kali.”

“ Berbeda. Ia gadis cacat.. bukan gadis cantik yang dulu kamu bawah.”

Keduanya bicara, dan Angel mendengar. Ketika mereka sadar. Angel telah mengatakan satu hal yang begitu berat untuknya.

“ Maafkan aku, mulai saat ini aku akan melepaskan Hendra untuk selamanya.”

Hendra berusaha untuk tetap bertahan, tapi akhirnya ia pun menerima keputusan Angel.

Martin telah kembali setelah ia mendapatkan kepastian kalau kasusnya telah kelar dengan orag lain yang bersedia mengantikan dirinya di penjara.

***

Angel mencoba untuk bekerja normal. Ia tidak akan ditolak di kantor lamanya, tapi dengan kaki yang pincang dan terkadang harus mengunakan kursi roda. Ia merasa seperti seorang yang tak berguna, hanya bisa merepotkan siapapun. Ketika ingin naik escalator ataupun menaikin tangga semuanya terasa berat. Setiap malam ia hanya bisa menangis, melihat keadaanya, ibunya menyadari keadaan putrinya, hatinya pun perih tapi hanya bisa berharap tuhan memberikan kekuatan untuk anak semata wayangnya setelah ayah Angel meningal.

Martin berhasil mendapatkan apa yang ia ingin tau, tentang korban yang selalu membayangin dirinya. Dan sumber informasinya mengatakan tentang gadis itu. Ia mendapatkan kantor Angel. Ia segera menuju kantor itu yang ternyata merupakan bagian dari perusahaan ayahnya. Saat itu ia melihat Angel tampak berusaha menaiki tangga. Hatinya tergerak untuk mendekat. Membantu mendorong kursi rodanya.

“ Terima kasih..” Kata Angel padanya.

Martin terdiam, hatinya begitu pilu melihat Angel begitu cantik tapi jadi cacat karenanya.

“ Tidak masalah.”

“ Kamu kerja dikantor ini lantai berapa?”

“ Lantai 3.”

“ Kamu?” Tanya Angel balik.

Martin bingung menjawab pertanyaan Angel, ia tidak pernah berkerja hingga akhirnya ia mengarang sebuah kisah.

“ Aku baru kerja disini, di lantai dua,”

“ Oh ya..:”

“ Andai saja aku di lantai satu, pasti aku ga perlu repotin orang hehehe. Jadi ga enak hati..” kata Angel.

Meraka tiba di eskalator. Sekali lagi Angel mencucapkan terima kasih pada pria itu.Martin pulang saayt itu pula dengan wajah bersedih. Ia ingin menangis melihat dosa yang ia lakukan pada Angel. Ia pulang kerumah ayahnya dan meminta perkerjaan di kantor itu. Ayahnya begitu heran dengan sikap putranya tapi menerima keputusan Martin. Ia langsung menjadi direktu dalam perusahaan itu. Dalam satu hari ia memutusan untuk memindahkan kantor dimana Angel bekerja dari lantai 3 ke 1. Setiap harinya ia selalu memandangin Angel saat ia bisa, ia tak pernah mengalami satu keadaan yang begtu sulit dalam hidupnya. Ia memutuskan untuk mendekati Angel, mencoba untuk mengatakan satu kejujuran yang tak bisa ia ucapkan saat ini. Tentang hal yang membuat Angel menjadi seperti saat ini.

Dari hari ke hari, mereka semakin dekat. Martin membuat banyak kemudahan di kantor untuk Angel agar bisa mengunakan kursi rodanya secara bebas. Ia makan bersama Angel di kantin yang tidak pernah ia jamah sebelumnya. Mengenang sosok Angel yang berhati mulia, sosok yang rendah hati dan menerima kenyataan hidupnya sebagai gadis cacat.Suatu hari karena bosan, Martin mengajak Angel untuk makan di luar.

“ Makan denganku di luar? Tidak salah kamu kan direktur disini?”

“ Emangnya direktur tidak boleh makan bersama kamu.”

“ Bukan begitu, aku hanya takut merepotkan direktur bila jalan bersamaku. Kota ini tidak ramah dengan kursi roda, aku tidak ingin merepotkan direktur bila jalan bersamaku hingga harus mendorong kursi ini.”

“ Tenang saja, ayo katakan apa yang ingin kamu makan, ini perintah dari Direktur jangan pernah menolak!!”

“ Baiklah. Aku ingin makan Sushi Tei, sungguh aku sudah lama tidak pernah makan disana.”

“ Kalau begitu ayo kita makan.”

Mendengar Angel ingin makan sushi tei, Martin langsung meminta ajudan ayahnya untuk membooking semua kursi yang ada di restorant itu hanya untuk mereka. Ketika Angel tiba di sushi tei, ia terkejut melihat restorant itu hanya ada mereka berdua. Ia hanya mendengar kata terakhir Martin.

“ Makanlah semua yang kamu inginkan..”

Mereka pun makan dengan lahap. Martin begitu menikmati keadaanya bersama Angel, hingga mereka menyadari kalau natal akan datang dalam beberapa minggu lagi.

“ Kalau natal nanti, apa yang kamu inginkan Angel.”

“ Aku kalau natal selalu meminta banyak hal, tapi sayangnya tidak pernah terjadi tuh. “

“ Kalau begitu katakan lah, aku ingin tau..”

“ Sungguh kamu ingin tau?”

“ Tentu saja aku ingin tau.. ayolah sebutkan.”

“ Aku ingin bisa berjalan lagi..”

Hendra tertegun, hatinya miris dan wajahnya menunduk.Tadinya ia berpikir ingin memberikah hadiah kepada Angel, apapun yang Angel inginkan. Kini mendengar permintaan sulit itu, ia bersedih.

“ Adakah hal lain yang bisa kamu katakan selain itu,?”

“ Tidak ada, aku tidak ingin meminta soalnya. Kamu tahu tahun lalu ketika aku sudah meminta eh tiba-tiba malah ga pernah terjadi..”

“ Kalau boleh tau, kamu tahun lalu minta apa?”

Angel tertunduk, ia sadar natal tahun lalu begitu kelabu, ia meminta Hendra meminangnya dan semua benar-benar gagal.

“ Aku tidak bisa katakan, itu sudah menjadi masa lalu, kalau kamu? Katakan dong apa yang kamu mau?”

Martin mendekat kepada Angel, matanya tampak serius.

“ Aku tidak ingin apa-apa selain hanya bisa melihatmu tersenyum. Itu cukup buatku.”

Angel pun tertawa. Mereka melewatkan makan siang itu begitu gembiranya. Setelah makan siang, Angel turun ke loby. Saat itu Martin hendak menggendong tubuh Angel mobil. Tanpa sengaja Angel melihat Hendra sedang bersama wanita lain melewati mereka. Angel terdiam melihat mantan kekasihnya, Begitu pun Hendra. Hanya Martin dan kekasih Hendra yang tak mengerti apa yang membuat keduanya saling bertatapan.

Hendra pun berjalan dan masuk ke mobil. Angel melihat Hendra pergi darinya. Ketika ia di mobil, ia menangis. Martin begitu bingung. Dan bertanya apa yang terjadi. Angel pun mengatakan satu hal tentang natal tahun lalu dan harapannya.

“ Aku ingin menikah, tapi kekasihku tidak bisa karena aku sudah menjadi cacat..”

Martin hanya terdiam, hatinya semakin tak berdaya.

****

Natal telah tiba, Martin mulai mengerti satu alasannya untuk menjadi seorang pria pada utuhnya. Ia memberikan hadiah kepada Angel, sebuah hadiah yang mungkin terlalu berharga untuk Angel. Sebuah kalung berlian di leher Angel. Martin menyadari satu hal, ia mulai mencintai Angel. Ada yang harus ia katakan di acara makan malam natal bersama mereka. Di atas meja makan dengan lilin merah menyala, Martin menyatakan cinta kepada Angel.

“ Apakah kamu yakin ingin menjadi kekasih dari seorang gadis cacat sepertiku?

“ Aku berjanji dalam hatiku dan atas nama Tuhan kalau, aku bersungguh-sungguh ingin menjadi bagian dalam hidupmu Angel, apapun yang terjadi dengan keadaanmu, kamu adalah gadis yang kuinginkan dalam hidupku, sekarang dan selamanya.”

Kalimat itu membuat Angel begitu bahagia, walaupun ia ragu pada awalnya. Pada akhirnya Martin benar-benar membuktikan satu hal kepada Angel. Ia benar-benar mencintai gadis itu.Mereka pun berpacaran secara resmi. Keluarga Martin yang tidak pernah melihat Martin demikian berubahnya dalam hidup menyambut kegembiraan putranya begitu bahagia.Suatu ketika dimalam hari, Angel merasakan kuasa Tuhan, tiba-tiba jari kakinya mampu bergerak. Ia mulai menyadari satu hal, kalau ia mulai bisa merasakan kakinya kembali setela lama lumpuh tanpa bergerak.

Martin tidak pernah mengerti. Mengapa tubuhnya semakin lama semakin lemas. Hingga akhirnya ia jatuh sakit. Ia terdampar di rumah sakit. Angel datang dan membuat keluarga martin begitu terkejut.

“ Siapa dia ?” Tanya ibu Martin pada Martin yang terbaring ketika Angel bersamanya.

“ Ini kekasihku bu..”

Keluarga Martin terdiam. Ia tidak pernah meyangka kalau anaknya punya pacar yang cacat. Semua bisa menebak kalau tentu saja keluarga martin tidak pernah bisa menerima hubungan mereka. Tapi Martin tidak peduli. Saat itu, setelah kelua dari rumah sakit. Ia benar-benar mendapatka hadiah terburuk dalam hidupnya. Martin positif HIV. Sebuah kenyataan yang begitu pahit dalam hidupnya, ntah gadis mana yang ia tidurin dan menularkan penyakit itu padanya.

Ia paham hidupnya seperti kiamat. Tapi dalam kesempatan itu, ia terus berjuang untuk hidup. Angel mengatakan pada Martin kalau kakinya mulai bisa bergerak. Martin melihat itu sebagai keajaiban, ia pun pergi memeriksa keadaan kaki Angel dan dokter mengatakan kemungkian sembuh normal adalah 20 persen. Berita yang indah untuk Angel, tapi sayangnya dokter mengatan harus segera dilakukan operasi untuk membuat kakinya menjadi normal karena ada beberapa bagian urat pada kaki angel yang harus di ganti.

Martin memutuskan untuk membawa Angel ke rumah sakit terbaik di dunia. Angel menolak pada awalnya tapi inilah yang terjadi di malam sebelum itu semua terjadi.

“ Angel, aku selalu ingat keinginan kamu di hari natal. Kamu ingin berjalan. Tuhan telah mendengarkan impianmu itu, sekaranglah jalanmu. Kamu harus ikut aku pergi. Lakukan ini untuk kebahagiaanmu, jangan pikirkan biayanya karena aku bisa membantu.”

“ Tapi kamu terlalu baik untukku, aku tidak ingin berhutang budi.”

“ Kamu tau, aku punya keinginan permintaan natal juga. Kamu ingin tau?” jelas Martin.

“ OK katakan.”

“ Aku ingin kelak meihat kamu berjalan dan aku bisa bahagia bersamamu setelah itu dan..?”

“ Dan apa?”

“ Akan kukatakan kalau kamu sudah mau ikut aku ke untuk menyembuhkan kakimu,”

“ Baiklah..”

Mereka pun berangkat. 3 bulan sebelum natal. Operasi berjala dengan baik, tapi keadaan martin yang terlalu lelah membuatnya semakin buruk.Tapi lelahnya itu dibayar dengan semangat angel yang ingin sembuh dan berjala di saat natal. Semua terjadi, semua yang dilakukan dokter berhasil. Angel pun sembuh, ia mulai bisa berjalan dengan perlahan. Martin yang setia menjaganya selalu ada disampingnya.;

Hingga natal pun tiba. Angel berdua dengan martin. Di sebuah tempat yang indah., wajah martn begitu pucat. Martin pun meneruskan apa yang hendak ia katakan kepada Angel sesaat sebelum Angel di operasi.

“ aku sudah maafkan kamu sejak kita bertemu..?” kata Angel yang membuat Martin bingung.

“ Kamu maafkan untuk apa?”

“ Kamu tidak perlu katakana apapun, aku sudah memaafkan dan mencintai kamu dengan setulus hatiku.”

“ Angel, bagaimana kamu bisa tau?”

“ Aku tidak akan pernah lupa kejadian itu, sesaat sebelum kejadian itu aku melihatmu. Walau samar-samar aku bisa tau itu kamu.”

“ Aku benar-benar menyesal Angel, maafkan aku..”

“ Lupakan semuanya Martin. Aku selalu menerima keadaan ini sebagai takdir.”

“ Angel ada satu hal lagi yang ingin kamu tau..”

“ Katakan Martin?”

“ Aku positif HIV..”

Angel terdiam. Dan ia mengatakan satu hal untuk martin.

“ Ketika kamu melihatku sebagai gadis cacat, kamu tidak pernah merasa malu ataupun merasa takut bila aku merepotkan kamu. Aku begitu tersentuh, setiap manusia memiliki sisi yang tak bisa ia hindarkan tentang ketakutan akan petaka. Tapi kamu berbeda Martin, kamu menyadarkan aku untuk kuat, oleh karena itu, walaupun kamu menderita HIV, kini saatnya aku melakukab hal yang sama!”

“ Kenapa kamu mau? Kamu tidak takut padaku.”

“ Karena inilah takdir kita, apapun yang terjadi dengan keadaanmu. Kamu adalah bagian dalam hidupku yang akan selalu ada. Aku akan selalu ada disampingmu..”

Martin dan Angel menikah beberapa bulan kemudian. Setahun kemudian Angel sudah bisa berjalan tanpa tongkat, dua tahun kemudian. Mereka melahirkan anak dengan ajaibnya normal tanpa penyakit apapun. Tiga tahun kemudian di natal 2009., Martin meninggal karena penyakitnya.

Seperti kata Angel

“ Bagaimanapun keadaan kita dan siapapun yang memiliki keadaan sulit, janganlah merasa kamu akan sulit karenanya. Karena kita tidak bisa memilih apapun dalam hidup kita, selain bertanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan di masa lalu. Tapi percayalah masa depan akan indah bila kita beusaha untuk menerima keadaan kita.”

Kupersembahkan kisah ini untuk semua penderita AIDS di dunia, percayalah kalian adalah makluk tuhan yang paling bahagia dengan keadaan apapun.

Untuk sahabatku yang telah pergi dengan keadaan sama, aku merindukanmu.

Agnes davonar

repost from Lukas Janto

Inspirasi - My last LoveY LAST LOVE

Inspirasi - Kejujuran Membawa Berkat

Kisah yang menarik dimana tetap mempertahankan prinsip
menjadi orang baik dan harapan. David kuliah di fakultas
perdagangan Arlington USA. Kehidupan kampusnya,
terutama mengandalkan kiriman dana bulanan secukupnya
dari orang tuanya. Entah bagaimana, sudah 2 bulan ini
rumah tidak mengirimi uang ke David lagi.
Di kantong David hanya tersisa 1 keping dollar saja.
David dengan perut keroncongan berjalan ke bilik telepon
umum, memasukkan seluruh dananya, yaitu satu keping
uang logam itu, ke dalam telepon.

"Halo, apa kabar?" telpon telah tersambung, ibu David
yang berada ribuan km jauhnya berbicara.
David dengan nada agak terisak berkata:
"Mama, saya tidak punya uang lagi, sekarang lagi bingung
karena kelaparan."
Ibu David berkata: "Anakku tersayang, mama tahu."
"Sudah tahu, kenapa masih tidak mengirim uang?"
David baru saja hendak melontarkan dengan penuh
kekesalan pertanyaan tersebut kepada sang ibu,
mendadak merasakan perkataan ibunya mengandung
sebuah kesedihan yang mendalam. Firasat David
mengatakan ada yang tidak beres, ia cepat-cepat bertanya,
"Mama, apa yang telah terjadi di rumah?"

Ibu David berkata,
"Anakku, papamu terkena penyakit berat, sudah lima
bulan ini, tidak saja telah meludeskan seluruh tabungan,
bahkan karena sakit telah kehilangan tempat kerjanya,
sumber penghasilan satu-satunya di rumah telah terputus.
Oleh karena itu, sudah 2 bulan ini tidak mengirimimu uang
lagi, Mama sebenarnya tidak ingin mengatakannya
kepadamu, tetapi kamu sudah dewasa, sudah saatnya
mencari nafkah sendiri."

Ibu David berbicara sampai disitu, tiba-tiba menangis
tersedu sedan. Di ujung telepon lainnya, air mata David
juga "tes", "tes" tak hentinya menetes, dan ia berpikir
Kelihatannya saya harus drop out dan pulang kampung.
David berkata kepada ibunya,
"Mama, jangan bersedih, saya sekarang juga akan mencari
pekerjaan, pasti akan menghidupi kalian."

Kenyataan yang pahit telah membuat David terpukul
hingga pusing tujuh keliling. Masih 1 bulan lagi,
semester kali ini akan selesai, jikalau memiliki uang,
barang 8 atau 10 dollar saja, maka David mampu bertahan
hingga liburan tiba, kemudian menggunakan 2 bulan masa
liburan untuk bekerja menghasilkan uang. Akan tetapi
sekarang 1 sen pun tak punya, mau tak mau harus drop out.

Pada detik ketika David mengatakan "Sampai jumpa"
kepada ibunya dan meletakkan gagang telpon itu,
sungguh luar biasa menyakitkan, karena prestasi kuliahnya
sangat bagus, selain itu ia juga menyukai kehidupan di
kampus fakultas perdagangan Arlington tersebut.
Sesudah meletakkan gagang telpon, pesawat telpon umum
tersebut mengeluarkan bunyi gaduh, David dengan
terkejut dan terbelalak menyaksikan banyak keping dollar
menggerojok keluar dari alat itu.

David berjingkrak kegirangan, segera menjulurkan
tangannya menerima uang-uang tersebut.
Sekarang, terhadap uang-uang itu, bagaimana
menyikapinya? Hati David masih merasa sangsi,
diambil untuk diri sendiri, 100% boleh,
pertama: karena tidak ada yang tahu,
ke dua: dirinya sendiri betul-betul sedang membutuhkan.
Namun setelah bolak-balik dipertimbangkan, David merasa
tidak patut memilikinya. Setelah melalui sebuah
pertarungan konflik batin yang hebat, David memasukkan
salah satu keping dolar itu ke dalam telepon dan menghubungi bagian
pelayanan umum perusahaan telepon.

Mendengar penuturan David, nona petugas pelayanan
umum berkata, "Uang itu milik perusahaan telepon,
maka itu harus segera dikembalikan (ke dalam mesin
telepon)."

Setelah menutup telepon, David hendak memasukkan
kembali keping logam uang itu, tetapi sekali demi sekali
uang dimasukkan, pesawat otomat itu terus menerus
memuntahkannya kembali. Sekali lagi David menelepon,
dan petugas pelayanan umum yang berkata,
"Saya juga tak tahu harus bagaimana, sebaiknya saya
sekarang minta petunjuk atasan."
Nada bicara David yang sendirian dan tiada yang menolong
memancarkan getaran kesepian dan kuyu, nona petugas
pelayanan umum sangat dapat merasakannya,
menilik perkataan dari ujung telepon dia merasakan
seorang asing yang bermoral baik sedang perlu dibantu.

Tak lama kemudian, nona petugas pelayanan umum
menelepon ulang pesawat otomat yang sedang bermasalah
itu. Dia berkata kepada David,
"Saya telah memperoleh ijin dari atasan yang berkata
uang tersebut untuk anda, karena perusahaan kami saat
ini tidak mempunyai cukup tenaga, tak ingin demi
beberapa dollar khusus mengirim petugas ke sana."

"Hore!", David meloncat saking gembiranya.
Sekarang, uang logam itu secara sah menjadi miliknya.
David membungkukkan badannya dan dengan seksama
nenghitungnya, total berjumlah 9 dollar 50 sen.
Uang sejumlah ini cukup buat David bertahan hingga
bekerja memperoleh upah pertamanya pada saat liburan
nanti. Dalam perjalanan ke kampus, David tersenyum
terus sepanjang jalan. Iamemutuskan membeli makanan
dengan menggunakan uang itu lantas mencari pekerjaan.

Dalam sekejap liburan telah tiba, David telah memperoleh
pekerjaan sebagai pengelola gudang supermarket.
Pada hari tersebut, David menjumpai boss perusahaan
supermarket, menceritakan kepadanya tentang kejadian di
telepon umum dan keinginannya untuk mencari pekerjaan.
Si boss supermarket memberitahu David boleh datang
bekerja setiap saat, tidak hanya pada liburan saja,
sewaktu kuliah dan tidak terlalu sibuk juga boleh
bergabung, karena boss supermarket merasa David adalah
orang yang tulus dan jujur, terutama adalah orang yang
seksama, membenahi gudang mutlak bisa dipercaya.
David bekerja dengan sangat giat, boss sangat
mengapresiasinya dan juga merasa kasihan.
Si boss memberinya upah dobel.

Sesudah menerima gaji, David mengirimkan keseluruhan
gajinya kepada sang ibu, karena pada saat itu David sudah
mendapatkan info bahwa ia berhasil memperoleh bea
siswa untuk satu semester berikutnya. Sesudah 1 bulan,
uang dikirim balik ke David. Sang ibu menulis di dalam suratnya:
"Penyakit ayahmu sudah agak sembuh, saya juga telah
mendapatkan pekerjaan, bisa mempertahankan hidup.
Kamu harus belajar dengan baik, jangan sampai kelaparan."
Sesudah membaca surat itu, David menangis lagi.
David tahu, meski orang tuanya menahan lapar, juga tidak
bakal meminta uang kepada David yang sedang perlu
dibantu. Setiap kali memikirkan hal ini, David berlinang
bersimbah air mata, sulit menenangkan gejolak hatinya.

Setahun kemudian, David dengan lancar menyelesaikan kuliahnya.
Setelah lulus, David membuka sebuah
perusahaan, tahun pertama, David sudah mengantongi
laba US $ 100.000. Ia senantiasa tak bisa melupakan
kejadian di telepon umum. Ia menulis surat kepada
perusahaan telepon tersebut:
"Hal yang tak bisa saya lupakan untuk selamanya ialah,
perusahaan anda secara tak terduga telah membantu dana
US $ 9,50 kepada saya. Perbuatan amal ini,
telah membuat saya batal menjadi pemuda drop out dan
menuju kondisi miskin, bersamaan itu juga telah memberi
saya energi tak terhingga, mendorong saya setiap saat
tidak melupakan untuk berjuang. Kini saya mempunyai
uang, saya ingin menyumbang balik sebanyak US $ 10.000
kepada perusahaan anda, sebagai rasa terima kasih saya."

Boss perusahaan telpon bernama Bill membalasnya dengan
surat yang dipenuhi antusiasme:
"Selamat atas kesuksesan kuliah anda dan usaha yang
telah berkembang. Kami kira, uang tersebut adalah uang
yang paling patut kami keluarkan. Ini bukannya merujuk
pada $9,50 yang dikembalikan dengan $10.000,
melainkan uang itu telah membuat seseorang memahami
sebuah petuah tentang prinsip tertinggi kehidupan."

So, di saat-saat paling sulit,
Pertama : Jangan melupakan harapan sudah ada di depan mata.
Kedua: Jangan lupa menjaga moralitas.

Setelah 20 tahun telah berlalu, bagaimana dengan David?
Di kota Chicago, Amerika, terdapat sebuah gedung
mewah, yang tampak luarnya menyerupai sebuah bilik
telepon umum, itu adalah gedung perusahaan ADDC.
Pendiri perusahaan ADDC, Presiden Direkturnya ialah
David, selain itu juga David adalah salah satu penyumbang
terbesar untuk badan amal.

Monday, December 26, 2011

Inspirasi - Mengubah Arah Hidup

Carol Farmer adalah seorang guru yang merasakan bahwa pekerjaannya sebagai guru tidaklah menyenangkan. Hal itu disadarinya setelah ia mengajar selama dua semester dan ia merasa sangat tidak cocok dalam posisi itu. Walau pun ia sudah mencoba mengusahakan yang terbaik dan menginvestasikan banyak uang untuk pekerjaan itu, namun ia tetap merasakan bahwa menjadi guru bukan panggilan hidupnya.

Sebetulnya ia ingin sekali menjadi seorang desainer, oleh karena itu tanpa ragu-ragu ia mulai mengubah arah hidupnya dengan meninggalkan sama sekali profesi guru, kemudian ia mulai mengejar impiannya menjadi seorang desainer.
Dalam mimpinya Farmer ingin menghasilkan uang lebih banyak dari pekerjaan desainer dari pada sebagai pengajar. Sewaktu ia mengajar ia hanya mendapat $5.000 per tahun, namun ketika ia mulai menjadi desainer ia langsung mendapatkan $5.012 dan sebagai desainer pemula ia sudah mencapai mimpinya.
Selanjutnya Farmer mendapatkan tawaran dari kliennya dengan bayaran sebesar $22.000 setahun, jumlah itu berarti empat kali lipat dari gajinya sebagai guru pada dua tahun yang lalu. Tak lama kemudian pendapatannya meningkat menjadi $35.000 per tahun, namun hal itu tidak membuat dia merasa cepat puas, malah mimpinya sekarang lebih besar dari itu.

Farmer kemudian membangun perusahaannya sendiri dan ia dapat menghasilkan $100.000. di tahun pertamanya, jumlah itu berarti duapuluh kali lipat dibanding penghasilannya sebagai guru sepuluh tahun lalu. Pada tahun 1976 Carol Farmer membangun sebuah perusahaan bernama Doody Company dan dalam tiga tahun ia menghasilkan $15 Juta. Jumlah karyawannya meningkat pesat dari enam orang menjadi dua ratus orang. Banyak orang mengakui dan mengagumi keberhasilan Farmer, dan ia diminta untuk membagikan pengalamannya dengan para pendidik di Harvard University.

Kebanyakan orang takut untuk mengubah arahnya ketika mereka melihat sesuatu yang aneh dan bahkan ketika mereka menyadari bahwa mereka sebetulnya salah jurusan, salah memilih bidang pekerjaan, tidak sedikit yang bertahan dan mengalami kebuntuan atau kegagalan. Terlalu sering orang melihat masalah sebagai rintangan dan mengadu nasib tanpa berani memutar haluan ketika mereka tahu mereka tidak cocok di satu bidang. Namun Carol Farmer telah menunjukkan bagaimana caranya mengubah arah secepat ia menyadari kemampuan maksimalnya dan impian dalam hidupnya. Farmer berani mengambil resiko dengan berganti profesi, namun bukan tanpa perhitungan, justru dibutuhkan perhitungan matang, keberanian dan tekad bulat untuk mengubah kekecewaan menjadi keberuntungan.

Jika Anda sekarang menyadari bahwa Anda berada di jalur yang salah dan Anda menyadari dan memiliki suatu impian yang jauh lebih menyenangkan dan lebih menguntungkan di seberang sana. Buatlah perhitungan yang matang, bersiaplah secepat mungkin merubah arah dan mengejar impian Anda. Belajarlah dari orang-orang yang telah berhasil di bidang Anda.

Repost from Lukas Janto

Thursday, December 22, 2011

Inspirasi - Kekuatan Doa

Ada dua orang anak sedang duduk berbincang dengan ibunya diruang tamu, Pada saat mereka sedang berbicara, tiba-tiba terjadi “badai” besar, guntur dan kilat yang sambar-menyambar. Keadaan sangat mencekam dan menjadikan ketiga orang itu ketakutan. Kedua anak itu langsung mendekap Ibunya dan sang Ibu dalam kepanikan memberikan kata-kata penghiburan pada kedua anak ini.

Setelah satu jam terjadi, badai itu reda dan keadaan baik tidak terjadi apapun hanya terjadi sedikit karusakan pada rumah itu. Anak pertama bilang pada adiknya,” Apakah kamu baik-baik saja dik?”. Jawab sang adik,”Benar aku dalam keadaan baik, hanya aku tadi takut sekali hingga aku terus berdoa berulang-ulang agar tidak terjadi hal-hal buruk pada kita”. Sang kakak berbicara,”aku tidak berdoa apa-apa tetapi aku juga dalam keadaan baik, jadi doa atau tidak bukan hal penting karena tanpa doapun kita dalam keadaan baik”. Sambung anak ini,”mam, apakah kau tadi juga berdoa??? aku lihat mama tidak berdoa karena mama sibuk menenangkan kami agar tidak takut”. Jawab Ibu anak-anak itu,” aku berdoa dengan aku melakukan pekerjaan terbaik yaitu menenangkan kalian dan doa yang terbaik adalah ada dalam tindakan nyata”. Jawab anak pertama itu,” apakah ketika mama berbicara untuk menenangkan kami tadi bisa dikatakan doa???”. Jawab Ibu itu,”benar berdoalah dengan tindakan bukan hanya diam saja tidak melakukan apa-apa?”.

Sejenak percakapan kedua anak dengan Ibunya ini seperti percakapan biasa dan sering kita alami. Seperti pandangan anak pertama sering ada dalam diri kita,” tidak berdoapun kita selamat jadi apa artinya sebuah doa?” Anak pertama ini tidak menyadari kalau hasil dari doa yang dilakukan orang lain juga berkaitan dengan dirinya bahkan “kemungkinan” yang menyelamatkan dia adalah doa dari adik dan Ibunya itu. Jika suasana doa dari adiknya tidak ada dan adiknya ketakutan dan menangis berlarian kesana-kemari maka cerita akan lain dan jika Ibunya tidak melakukan tindakan untuk menenangkan mereka maka keadaan akan berbicara lain. Susana akan penuh dengan ketakutan yang mencekam dan dalam keadaan seperti ini orang akan kehilangan “arah” akhirnya bertindak “sembarangan” dengan berjuta pemikiran akan yang terjadi diluar rumah itu entah berkaitan dengan mobilnya, ayamnya, kebunnya atau apapun yang dipunyai dan ada diluar rumah itu. Maka “hasil” nyata dari doa itu adalah “ketenangan”.

Dalam keadaan tenang orang menjadi siaga dan tahu apa yang akan terjadi dan kecepatan bertindak lebih cepat. Maka sebenarnya yang menjadikan “kehancuran” dan “ketidakselamatan” seseorang sebenarnya bukan bencana itu tetapi rasa panik dan ketakutan akan keadaan yang terjadi. Dengan doa dan tindakan nyata dari doa, rasa panik bisa diatasi dan kebaikan dapat didapatkan.

Pernah ada cerita yang saya baca. Ada wabah penyakit lewat dan bertemu dengan Nasrudin. Nasrudin bertanya,” mau kemanakah kau, hai wabah penyakit??”. Jawab wabah itu,” ke kota A untuk membunuh sepuluh orang???”.
Setelah bebarapa hari Nasrudin kembali bertemu dengan wabah itu dan Nasrudin bertanya,” hai wabah, kau bilang akan membunuh sepuluh orang, tapi mengapa yang mati seratus orang”. Jawab wabah itu,” aku hanya membunuh sepuluh orang dan yang sembilan puluh mati karena panik dan ketakutan”. Nasrudin hanya bisa mangut-manggut saja.

Maka ketakutan dan kepanikan yang sebenarnya berbahaya dalam kehidupan ini. Maka seperti Ibu dan anak kedua dari keluarga itu, mereka berdoa untuk menenangkan suasana agar kepanikan tidak terjadi dalam rumah itu. Maka dalam menyikapi bencana dan kesulitan selalulah berdoa dan tenangkan diri jangan bairkan kepanikan dan ketakutan ada karena dengan doa dan ketenangan semua bisa berjalan dengan baik.

Selamat menjaga ketenangan hati dengan doa dalam keadaan apapun.

Salam dalam cinta membangun dunia dalam ketenangan.

petrusp

Inspirasi - Berteriak

Salah satu kebiasaan yang ditemui pada penduduk di sekitar kep Solomon, di Pasifik Selatan yakni meneriaki pohon.

Kebiasaan ini mereka lakukan pada pohon dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak. Tujuannya supaya pohon itu mati.

Caranya, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon itu. Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari.

Dan, apa yang terjadi sungguh sangat menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya mulai mengering, ini fakta ! Setelah itu dahan-dahannya juga mulai rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan mudah ditumbangkan.

Mereka telah membuktikan bahwa teriakan yg dilakukan terhadap mahkluk hidup seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan rohnya. Akibatnya makhluk hidup itu akan mati.

Pernahkah Anda berteriak pada anak Anda? Ataupun orang di sekeliling anda atau siapapun?

Berteriak seperti: Ayo cepat ! Dasar lelet ! Bego banget sih ! Begitu aja nggak bisa dikerjakan ? Jangan main-main disini ! Berisik !

Atau, mungkin Anda pun berteriak balik pada pasangan hidup Anda karena Anda merasa sakit hati. Suami/istri seperti kamu nggak tahu diri ! Bodoh banget jadi laki/bini nggak bisa apa-apa ! Aduuuuh, perempuan / laki kampungan banget sih !?

Atau, bisa seorang guru berteriak pada anak didiknya : Goblok, soal mudah begitu aja nggak bisa ! Kapan kamu jadi pinter ?

Sahabat, Ingatlah!
Setiap kali Anda berteriak pada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, terluka, ingatlah dengan apa yang diajarkan oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka mengajari kita bahwa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh pada orang yang kita cintai.

Mari kendalikan diri kita dengan bersabar dan melapangkan dada. Semoga bermanfaat.

Nb:bisik2 åĴå κåιő marah..
Atau..keluarkan saja kata2 super baik saat kita marah :) have a great day! :)

Repost from Lydia Dee

Friday, December 9, 2011

Inspirasi - Memberi Tanpa Mengharapkan Imbalan...

Sebagai seorang supir selama beberapa tahun di sekitar awal tahun 1910-an, ayahku menyaksikan majikannya yang kaya raya secara diam-diam memberikan uang kepada banyak orang, dan sadar bahwa mereka tidak akan pernah mampu mengembalikan uang itu.

Ada satu cerita yang menonjol dalam kenanganku di antara banyak cerita yang disampaikan ayahku kepadaku. Pada suatu hari, ayahku mengantar majikannya ke sebuah kota lain untuk menghadiri sebuah pertemuan bisnis. Sebelum masuk ke kota itu, mereka berhenti untuk makan sandwich sebagai ganti santap siang.

Ketika mereka sedang makan, beberapa orang anak lewat, masing-masing menggelindingkan sebuah roda yang terbuat dari kaleng. Salah seorang di antara anak-anak itu pincang. Setelah memperhatikan lebih dekat, majikan ayahku tahu bahwa anak itu menderita club foot. Ia keluar dari mobil dan menghentikan anak itu.

“Apakah kakimu membuatmu susah?” tanya orang itu kepada si anak.

“Ya, lariku memang terhambat karenanya,” sahut anak itu.

“Dan aku harus memotong sepatuku supaya agak enak dipakai. Tapi aku sudah ketinggalan. Buat apa tanya-tanya? ”

“Mm, aku mungkin ingin membantu membetulkan kakimu. Apakah kamu mau?”

“Tentu saja,” jawab anak itu. Anak itu senang tetapi agak bingung menjawab pertanyaan itu.

Pengusaha sukses itu mencatat nama si anak lalu kembali ke mobil. Sementara itu, anak itu kembali menggelindingkan rodanya menyusul teman-temannya.

Setelah majikan ayahku kembali ke mobil, ia berkata, “Woody, anak yang pincang itu… namanya Jimmy. Umurnya delapan tahun. Cari tahu di mana ia tinggal lalu catat nama dan alamat orang tuanya. ” Ia menyerahkan kepada ayahku secarik kertas bertuliskan nama anak tadi.

“Datangi orang tua anak itu siang ini juga dan lakukan yang terbaik untuk mendapatkan izin dari orang tuanya agar aku dapat mengusahakan operasinya. Urusan administrasinya biar besok saja. Katakan, aku yang menanggung seluruh biayanya.”

Mereka meneruskan makan sandwich, kemudian ayahku mengantar majikannya ke pertemuan bisnis.

Tidak sulit menemukan alamat rumah Jimmy dari sebuah toko obat di dekat situ. Kebanyakan orang kenal dengan anak pincang itu.

Rumah kecil tempat Jimmy dan keluarganya tinggal sudah harus di cat ulang dan diperbaiki di sana sini. Ketika memandang ke sekeliling, ayahku melihat baju compang-camping dan bertambal-tambal dijemur di seutas tali di samping rumah. Sebuah ban bekas digantungkan pada seutas tambang pula pada sebuah pohon oak, tampaknya untuk ayunan.

Seorang wanita usia tiga puluh limaan menjawab ketukan pintu dan membuka pintu yang engselnya sudah berkarat. Ia tampak kelelahan, dan tampangnya menunjukkan bahwa hidupnya terlalu keras.

“Selamat siang,” ucap ayahku memberi salam. “Apakah Anda ibu Jimmy?”

Wanita itu agak mengerutkan dahinya sebelum menyahut.

“Ya. Apakah ia bermasalah?” Matanya menyapu ke arah seragam ayahku yang bagus dan disetrika rapi.

“Tidak, Bu. Saya mewakili seorang yang sangat kaya raya yang ingin mengusahakan kaki anak Anda dioperasi agar dapat bermain seperti teman-temannya. ”
“Apa-apaan ini, Bung? Tak ada yang gratis dalam hidup ini.”

“Ini bukan main-main. Apabila saya diperbolehkan menerangkannya kepada Anda dan suami Anda, jika ia ada saya kira semuanya akan jelas. Saya tahu ini mengejutkan. Saya tidak menyalahkan bila Anda merasa curiga.”

Ia menatap ayahku sekali lagi, dan masih dengan ragu-ragu, ia mempersilahkannya masuk. “Henry,” serunya ke arah dapur, “Ke mari dan bicaralah dengan orang ini. Katanya ia ingin menolong membetulkan kaki Jimmy.”

Selama hampir satu jam, ayahku menguraikan rencananya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. “Apabila Anda mengizinkan Jimmy menjalani operasi,” katanya, “Saya akan mengirimkan surat-suratnya untuk Anda tandatangani. Sekali lagi, kami yang akan menanggung seluruh biayanya.”

Masih belum bebas dari rasa terkejut, orang tua Jimmy saling memandang di antara mereka. Tampaknya mereka masih belum yakin.

“Ini kartu nama saya. Saya akan menyertakan sebuah surat kalau nanti saya mengirimkan dokumen-dokumen perizinan. Semua yang telah kita bicarakan akan saya tuliskan dalam surat itu. Andai kata masih ada pertanyaan, telepon atau tulis surat ke alamat ini.” Tampaknya sedikit banyak ini memberi mereka kepastian. Ayahku pergi. Tugasnya telah ia laksanakan.

Belakangan, majikan ayahku menghubungi walikota, meminta agar seseorang dikirim ke rumah Jimmy untuk meyakinkan keluarga itu bahwa tawaran tersebut tidak melanggar hukum. Tentu saja, nama sang dermawan tidak disebutkan.

Tidak lama kemudian, dengan surat-surat perizinan yang telah ditandatangani, ayahku membawa Jimmy ke sebuah rumah sakit mewah di negara bagian lain untuk yang pertama dari lima operasi pada kakinya.

Operasi-operasi itu sukses. Jimmy menjadi anak paling disukai oleh para perawat di bangsal ortopedi rumah sakit itu. Air mata dan peluk cium seperti tak ada habisnya ketika ia akhirnya harus meninggalkan rumah sakit itu. Mereka memberikannya sebuah kenang-kenangan, sebagai tanda syukur dan peduli mereka… sepasang sepatu baru, yang dibuat khusus untuk kaki “baru”nya.

Jimmy dan ayahku menjadi sangat akrab karena sekian kali mengantarnya pulang dan pergi ke rumah sakit. Pada kebersamaan mereka yang terakhir, mereka bernyanyi-nyanyi, dan berbincang tentang apa yang akan diperbuat oleh Jimmy dengan kaki yang sudah normal dan sama-sama terdiam ketika mereka sudah sampai ke rumah Jimmy.

Sebuah senyum membanjiri wajah Jimmy ketika mereka tiba di rumah dan ia melangkah turun dari mobil. Orangtua dan dua saudara laki-lakinya berdiri berjajar di beranda rumah yang sudah tua itu.
“Diam di sana, ” seru Jimmy kepada mereka. Mereka memandang dengan takjub ketika Jimmy berjalan ke arah mereka. Kakinya sudah tidak pincang lagi.

Peluk, cium dan senyum seakan tak ada habisnya untuk menyambut anak yang kakinya telah “dibetulkan” itu. Orang tuanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum ketika memandangnya. Mereka masih tidak bisa percaya ada orang yang belum pernah mereka kenal mengeluarkan uang begitu banyak untuk membetulkan kaki seorang anak laki-laki yang juga tidak dikenalnya.

Dermawan yang kaya raya itu melepas kacamata dan mengusap air matanya ketika ia mendengar cerita tentang anak yang pulang ke rumah itu.
“Kerjakan satu hal lagi, ” katanya, “Menjelang Natal, hubungi sebuah toko sepatu yang baik. Buat mereka mengirimkan undangan kepada setiap anggota keluarga Jimmy untuk datang ke toko mereka dan memilih sepatu yang mereka inginkan. Aku akan membayar semuanya. Dan beritahu mereka bahwa aku melakukan ini hanya sekali. Aku tidak ingin mereka menjadi tergantung kepadaku.”

Jimmy menjadi seorang pengusaha sukses sampai ia meninggal beberapa tahun yang lalu.

Sepengetahuanku, Jimmy tidak pernah tahu siapa yang membiayai operasi kakinya.

Dermawannya, Mr, HENRY FORD, selalu mengatakan lebih menyenangkan berbuat sesuatu untuk orang yang tidak tahu siapa yang telah melakukannya.

Repost from Lukas Janto

Tuesday, October 11, 2011

Cerita Motivasi - Tenzing Norgay (kisah nyata)

oleh Cerita-Cerita Motivasi pada 11 Oktober 2011 jam 18:21

Tenzing Norgay adalah nama orang, mungkin buat kebanyakan dari kita akan mengatakan nama yang aneh…..dari negara mana nama tersebut berasal?….Mungkin Anda pernah membaca atau mendengar namanya…mungkin juga belum…bagaimana kalau saya sebutkan nama Sir Edmund Hillary…ya kalau yang ini sih saya sering dengar atau pernah baca biografinya atau pernah mendapatkan kisah hidupnya dalam sebuah artikel atau sewaktu mengikuti seminar. Ya, Sir Edmund Hillary adalah orang pertama di dunia yang berhasil mencapai puncak gunung tertinggi dunia Puncak Gunung Everest. Tetapi saat ini bukan Sir Edmund Hillary yang akan kita bahas, tetapi Tenzing Norgay.


Tenzing Norgay seorang penduduk asli Nepal yang bertugas sebagai pemandu bagi para pendaki gunung yang berniat untuk mendaki gunung Everest. Tenzing Norgay menjadi pemandu (orang nepal menyebutnya Sherpa) bagi Sir Edmund Hillary. Pada tanggal 29 Mei 1953 jam 11.30, Tenzing Norgay bersama dengan Sir Edmund Hillary berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi Everest pada ketinggian 29,028 kaki diatas permukaan laut dan menjadi orang pertama didunia yang kemudian menjadi inspirasi dan penyemangat bagi ratusan pendaki berikutnya untuk mengikuti prestasi mereka. Pada rentang waktu tahun 1920 sampai dengan tahun 1952, tujuh tim ekspedisi yang berusaha menaklukkan Everest mengalami kegagalan.


Keberhasilan Sir Edmund Hillary pada saat itu sangat fenomenal mengingat baru berakhirnya Perang Dunia II dan menjadi semacam inspirator untuk mengembalikan kepercayaan diri bagi seluruh bangsa di dunia. Karena keberhasilannya, Sir Edmund Hillary mendapatkan gelar kebangsawanan dari Ratu Inggris yang baru saja dilantik saat itu Ratu Elizabeth II dan menjadi orang yang paling dikenal di seluruh dunia.

Tetapi dibalik keberhasilan itu Tenzing Norgay memiliki peran yang sangat besar, mengapa Tenzing Norgay tidak menjadi terkenal dan mendapatkan semua yang didapatkan oleh Sir Edmund Hillary padahal ia adalah sang pemandu yang membantu dan mengantarkannya mencapai Puncuk Mount Everest? Seharusnya bisa saja ia lah orang pertama yang menginjakkan kaki di puncak Mount Everest bukan Sir Edmund Hillary.


Sesaat setelah Sir Edmund Hillary bersama Tenzing Norgay kembali dari puncak Mount Everest, hampir semua reporter dunia berebut mewawancarai Sir Edmund Hillary, dan hanya ada satu reporter yang mewawancarai Tenzing Norgay, berikut cuplikannya :


Reporter : Bagaimana perasaan Anda dengan keberhasilan menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia?

Tenzing Norgay : Sangat senang sekali

Reporter : Andakan seorang Sherpa (pemandu) bagi Edmund Hillary, tentunya posisi Anda berada di depan dia, bukankah seharusnya Anda yang menjadi orang pertama yang menjejakkan kaki di puncak Mount Everest ?

Tenzing Norgay : Ya, benar sekali, pada saat tinggal satu langkah mencapai puncak, saya persilakan dia (Edmund Hillary) untuk menjejakkan kakinya dan menjadi orang pertama di dunia yang berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi di dunia….

Reporter : Mengapa Anda lakukan itu???

Tenzing Norgay : Karena itulah IMPIAN Edmund Hillary , bukan impian saya…..Impian saya hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih IMPIAN nya.


Ya, itulah sekelumit kisah tentang seorang pemandu pendaki bernama Tenzing Norgay. Ia tidak menjadi serakah, ataupun iri dengan keberhasilan, nama besar dan semua penghargaan yang diperoleh Sir Edmund Hillary. Ia cukup bangga dapat membantu orang lain mencapai & mewujudkan IMPIAN nya. Dan kami sama-sama mencapai IMPIAN kami.


Dalam kehidupan sehari-hari atau dalam dunia usaha kita secara pribadi terbiasa atau terkondisikan untuk fokus kepada diri kita sendiri, siapa yang mendapat nama, apa yang kita dapatkan, bonus, penghargaan, insentif dan sebagainya. Sebagai renungan “Bisakah kita menjadi seperti Tenzing Norgay?” …..sebenarnya bukan Bisa atau Tidak…tapi MAU atau TIDAK! …..sebenarnya bukan Bisa atau Tidak…tapi MAU atau TIDAK!

(sumber : http://www.patria.or.id/artikel/umum/302-sherpa-tenzing-norgay-pemandu-pendaki-gunung.html)

Terimakasih telah membaca...
Salam Semangat dan Motivasi...! ^_^

Cerita Motivasi - Tenzing Norgay" (kisah nyata)

oleh Cerita-Cerita Motivasi pada 11 Oktober 2011 jam 18:21

Tenzing Norgay adalah nama orang, mungkin buat kebanyakan dari kita akan mengatakan nama yang aneh…..dari negara mana nama tersebut berasal?….Mungkin Anda pernah membaca atau mendengar namanya…mungkin juga belum…bagaimana kalau saya sebutkan nama Sir Edmund Hillary…ya kalau yang ini sih saya sering dengar atau pernah baca biografinya atau pernah mendapatkan kisah hidupnya dalam sebuah artikel atau sewaktu mengikuti seminar. Ya, Sir Edmund Hillary adalah orang pertama di dunia yang berhasil mencapai puncak gunung tertinggi dunia Puncak Gunung Everest. Tetapi saat ini bukan Sir Edmund Hillary yang akan kita bahas, tetapi Tenzing Norgay.


Tenzing Norgay seorang penduduk asli Nepal yang bertugas sebagai pemandu bagi para pendaki gunung yang berniat untuk mendaki gunung Everest. Tenzing Norgay menjadi pemandu (orang nepal menyebutnya Sherpa) bagi Sir Edmund Hillary. Pada tanggal 29 Mei 1953 jam 11.30, Tenzing Norgay bersama dengan Sir Edmund Hillary berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi Everest pada ketinggian 29,028 kaki diatas permukaan laut dan menjadi orang pertama didunia yang kemudian menjadi inspirasi dan penyemangat bagi ratusan pendaki berikutnya untuk mengikuti prestasi mereka. Pada rentang waktu tahun 1920 sampai dengan tahun 1952, tujuh tim ekspedisi yang berusaha menaklukkan Everest mengalami kegagalan.


Keberhasilan Sir Edmund Hillary pada saat itu sangat fenomenal mengingat baru berakhirnya Perang Dunia II dan menjadi semacam inspirator untuk mengembalikan kepercayaan diri bagi seluruh bangsa di dunia. Karena keberhasilannya, Sir Edmund Hillary mendapatkan gelar kebangsawanan dari Ratu Inggris yang baru saja dilantik saat itu Ratu Elizabeth II dan menjadi orang yang paling dikenal di seluruh dunia.

Tetapi dibalik keberhasilan itu Tenzing Norgay memiliki peran yang sangat besar, mengapa Tenzing Norgay tidak menjadi terkenal dan mendapatkan semua yang didapatkan oleh Sir Edmund Hillary padahal ia adalah sang pemandu yang membantu dan mengantarkannya mencapai Puncuk Mount Everest? Seharusnya bisa saja ia lah orang pertama yang menginjakkan kaki di puncak Mount Everest bukan Sir Edmund Hillary.


Sesaat setelah Sir Edmund Hillary bersama Tenzing Norgay kembali dari puncak Mount Everest, hampir semua reporter dunia berebut mewawancarai Sir Edmund Hillary, dan hanya ada satu reporter yang mewawancarai Tenzing Norgay, berikut cuplikannya :


Reporter : Bagaimana perasaan Anda dengan keberhasilan menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia?

Tenzing Norgay : Sangat senang sekali

Reporter : Andakan seorang Sherpa (pemandu) bagi Edmund Hillary, tentunya posisi Anda berada di depan dia, bukankah seharusnya Anda yang menjadi orang pertama yang menjejakkan kaki di puncak Mount Everest ?

Tenzing Norgay : Ya, benar sekali, pada saat tinggal satu langkah mencapai puncak, saya persilakan dia (Edmund Hillary) untuk menjejakkan kakinya dan menjadi orang pertama di dunia yang berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi di dunia….

Reporter : Mengapa Anda lakukan itu???

Tenzing Norgay : Karena itulah IMPIAN Edmund Hillary , bukan impian saya…..Impian saya hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih IMPIAN nya.


Ya, itulah sekelumit kisah tentang seorang pemandu pendaki bernama Tenzing Norgay. Ia tidak menjadi serakah, ataupun iri dengan keberhasilan, nama besar dan semua penghargaan yang diperoleh Sir Edmund Hillary. Ia cukup bangga dapat membantu orang lain mencapai & mewujudkan IMPIAN nya. Dan kami sama-sama mencapai IMPIAN kami.


Dalam kehidupan sehari-hari atau dalam dunia usaha kita secara pribadi terbiasa atau terkondisikan untuk fokus kepada diri kita sendiri, siapa yang mendapat nama, apa yang kita dapatkan, bonus, penghargaan, insentif dan sebagainya. Sebagai renungan “Bisakah kita menjadi seperti Tenzing Norgay?” …..sebenarnya bukan Bisa atau Tidak…tapi MAU atau TIDAK! …..sebenarnya bukan Bisa atau Tidak…tapi MAU atau TIDAK!

(sumber : http://www.patria.or.id/artikel/umum/302-sherpa-tenzing-norgay-pemandu-pendaki-gunung.html)

Terimakasih telah membaca...
Salam Semangat dan Motivasi...! ^_^

Monday, October 10, 2011

Inspirasi - Setiap orang Berharga Di Mata Tuhan

Andrea Bocelli lahir di Tuscany, Italia, tanggal 22 September 1958, dengan kondisi penglihatan yang buruk. Akhirnya setelah kecelakaan kecil dalam permainan sepak bola, Bocelli kehilangan 100% kemampuannya untuk melihat.

Andrea Bocelli - The Fourth Tenor

Namun, kebutaan bukan merupakan penghalang bagi kecintaan Bocelli pada musik klasik. Dengan anugerah suara yang indah, dan talenta musik yang luar biasa, Andrea Bocelli mendedikasikan hidupnya pada musik klasik.

Berbagai usaha dilakukannya untuk meningkatkan kemampuan suara dan permainan piano, saxophone, dan flute. Rasa cinta ini jugalah yang mendorong Andrea Bocelli untuk terus terlibat langsung dalam perkembangan musik klasik baik di Italia maupun di dunia internasional.

Saat Andrea Bocelli lulus dari sekolah hukum di Universitas Pisa di Italia, merasa bahwa rasa cinta yang tinggi pada musik klasik tidaklah cukup. Untuk meraih mimpinya di dunia ini, ia perlu mendapat dukungan orang-orang yang tepat.

Untuk itu, ia mendekati Franco Corelli, salah satu penyanyi klasik papan atas yang juga adalah idolanya, untuk menjadi gurunya dalam olah suara, dan membantunya meniti karir di dunia musik klasik. Selain itu, ia juga bekerja sama dengan berbagai penyanyi klasik di dalam dan luar negeri, seperti Lucianno Pavarotti, Jose Carreras untuk mendorong kiprahnya di dunia musik klasik.

Diva pop dunia seperti Celine Dion juga dirangkul oleh Bocelli dalam berbagai kesempatan pertunjukan panggung bersama. Jaringan yang dibangun oleh Andrea Bocelli di dunia musik klasik, ternyata memberinya manfaat ganda.

Selain hubungan persahabatan, ia juga mendapat banyak kesempatan untuk belajar dari penyanyi dan pemusik papan atas yang bekerja sama dengannya di berbagai kesempatan konser.

Dari mereka Bocelli menggali berbagai informasi dan teknik untuk selalu meningkatkan diri. Selain itu ia juga menyediakan waktu untuk berlatih, baik dalam bentuk pementasan kecil maupun waktu khusus untuk meningkatkan diri.

Kebiasaannya untuk selalu mengasah kemampuannya membuahkan sukses besar bagi semua album yang telah dirilisnya. Para kritisi pun mendudukkannya sejajar dengan Luciano Pavarotti, Jose Carreras, Placido Dominggu (The Three Tenors). Ia pun mendapat julukan penyanyi Tenor Keempat Dunia (The Fourth Tenor).

Dalam kehidupan, betapa sering kita meratapi kekurangan dan kelemahan yang ada dalam diri.

Kita seolah tak ubahnya sekumpulan ketaksempurnaan yang membawa kita pada kesimpulan sendiri bahwa kita tak berarti dibanding orang lain. Terlalu sering kita hanya melihat apa yang tiada dalam diri kita, sementara kekuatan yang ada seolah hilang tersaput kabut pagi hari. Namun apa yang kita lihat dari seorang Andrea Bocelli (51 tahun)?

Dalam kegelapan pandangan matanya, bersinar cahaya kehidupan. Dari ketinggian pegunungan Toscana, Italia, sinar itu berpendar jauh ke sudut-sudut bumi. Dengarlah nyanyiannya, dan temukanlah kebeningan hatinya.

Celino Dion bahkan berkata: "Jika Tuhan memiliki suara, pastilah suaranya seperti suara Andrea Bocelli."

Kebutaan, kegelapan, ternyata tidak menghalangi Andrea untuk menggali dan mempersembahkan talenta yang diberi Tuhan baginya. Sekeping talenta, suara itu, cukup untuk membawanya menjelajahi bumi ini untuk bertemu, berbagi dan berkomunikasi dengan orang-orang di negeri asing. Senandung sebagai sarana untuk membagikan perasaan dari hati dan jiwanya.

Andrea, seperti halnya musisi besar yang senasib dengannya, telah memberi kita sebuah kesadaran bahwa kekurangan bukanlah kata akhir. Soalnya, kata Anthony Robbins, bukan apa yang terjadi dengan diri anda, tapi apa sikap anda dengan kejadian tersebut.

Barangkali inilah saatnya bagi kita untuk mendata segenap kemampuan kita dan melupakan apa saja yang menjadi kelemahan kita. Kekuatan kita, biarlah menjadi modal bagi kita untuk maju dan memberikan sesuatu bagi dunia dalam
kehidupan yang singkat ini. Sementara kelemahan, biarlah itu menjadi cermin untuk membuat kita tetap rendah hati dan hormat kepada sesama.

sumber: unknown

Thursday, September 29, 2011

Inspirasi - Sebuah Penyesalan (Kisah Nyata)

Suamiku kini telah tiada dan penyesalanku yg terus ada



Ini adalah kisah nyata di kehidupanku

Seorang suami yg kucintai yang kini telah tiada

Begitu besar pengorbanan seorang suamiku pada keluargaku

Begitu tulus kasih sayangnya untukku dan anakku



Suamiku adalah seorang pekerja keras. Dia membangun segala yang ada di keluarga ini dari nol besar hingga menjadi seperti saat ini. Sesuatu yang kami rasa sudah lebih dari cukup.



Aku merasa sangat berdosa ketika teringat suamiku pulang bekerja dan aku menyambutnya dengan amarah,tak kuberikan secangkir teh hangat melainkan kuberikan segenggam luapan amarah.



Selalu kukatakan pada dia bahwa dia tak peduli padaku,tak mengerti aku,dan selalu saja sibuk dengan pekerjaannya.



Tapi kini aku tahu.

Semua ucapanku selama ini salah.dan hanya menjadi penyesalanku karena dia telah tiada.

Temannya mengatakan padaku sepeninggal kepergiannya. Bahwa dia selalu membanggakan aku dan anakku di depan rekan kerjanya.

Dia berkata, “ Setiap kali kami ajak dia makan siang, mas Anwar jarang sekali ikut kalau tidak penting sekali, alasannya slalu tak jelas. Dan lain waktu aku sempat menanyakan kenapa dia jarang sekali mau makan siang, dia menjawab, “ Aku belum melihat istriku makan siang dan aku belum melihat anakku minum susu dengan riang.lalu bagaimana aku bisa makan siang.” Saat itu tertegun,aku salut pada suamimu. Dia sosok yang sangat sayang pada keluarganya. Suamimu bukan saja orang yang sangat sayang pada keluarga,tapi suamimu adalah sosok pemimpin yang hebat. Selalu mampu memberikan solusi-solusi jitu pada perusahaan.”



Aku menahan air mataku karena aku tak ingin menangis di depan rekan kerja suamiku. Aku sedih karena saat ini aku sudah kehilangan sosok yang hebat.



Teringat akan amarahku pada suamiku, aku selalu mengatakan dia slalu menyibukkan diri pada pekerjaan,dia tak pernah peduli pada anak kita. Namun itu semua salah. Sepeninggal suamiku. Aku menemukan dokumen2 pekerjaannya. Dan aku tak kuasa menahan tangis membaca di tiap lembar di sebuah buku catatan kecil di tumpukan dokumen itu, yang salah satunya berbunyi:



“ Perusahaan kecil CV.Anwar Sejahtera di bangun atas keringat yang tak pernah kurasa. Kuharap nanti bukan lagi CV.Anwar Sejahtera, melainkan akan di teruskan oleh putra kesayanganku dengan nama PT. Syahril Anwar Sejahtera. Maaf nak, ayah tidak bisa memberikanmu sebuah kasih sayang berupa belaian. Tapi cukuplah ibumu yang memberikan kelembutan kasih sayang secara langsung. Ayah ingin lakukan seperti ibumu. Tapi kamu adalah laki-laki. Kamu harus kuat. Dan kamu harus menjadi laki-laki hebat. Dan ayah rasa,kasih sayang yang lebih tepat ayah berikan adalah kasih sayang berupa ilmu dan pelajaran. Maaf ayah agak keras padamu nak. Tapi kamulah laki-laki. Sosok yang akan menjadi pemimpin, sosok yang harus kuat menahan terpaan angin dari manapun. Dan ayah yakin kamu dapat menjadi seperti itu.”



Membaca itu, benar-benar baru kusadari.betapa suamiku menyayangi putraku. betapa dia mempersiapkan masa depan putraku sedari dini. Betapa dia memikirkan jalan untuk kebaikan anak kita.



Setiap suamiku pulang kerja. Dia selalu mengatakan, “ Ibu capai? Istirahat dulu saja”

Dengan kasar kukatakan, “ Ya jelas aku capai, semua pekerjaan rumah aku kerjakan. Urus anak, urus cucian, masak, ayah tahunya ya pulang datang bersih. titik.”

Sungguh,bagaimana perasaan suamiku saat itu. Tapi dia hanya diam saja. Sembari tersenyum dan pergi ke dapur membuat teh atau kopi hangat sendiri. Padahal kusadari. Beban dia sebagai kepala rumah tangga jauh lebih berat di banding aku. Pekerjaannya jika salah pasti sering di maki-maki pelanggan. Tidak kenal panas ataupun hujan dia jalani pekerjaannya dengan penuh ikhlas.



Suamiku meninggalkanku setelah terkena serangan jantung di ruang kerjanya.tepat setelah aku menelponnya dan memaki-makinya. Sungguh aku berdosa. Selama hidupnya tak pernah aku tahu bahwa dia mengidap penyakit jantung. Hanya setelah sepeninggalnya aku tahu dari pegawainya yang sering mengantarnya ke klinik spesialis jantung yang murah di kota kami. Pegawai tersebut bercerita kepadaku bahwa sempat dia menanyakan pada suamiku:



“Pak kenapa cari klinik yang termurah? Saya rasa bapak bisa berobat di tempat yg lebih mahal dan lebih memiliki pelayanan yang baik dan standar pengobatan yang lebih baik pula.”



Dan suamiku menjawab, “ Tak usahlah terlalu mahal. Aku cukup saja, aku ingin tahu seberapa lama aku dapat bertahan. Tidak lebih. Dan aku tak mau memotong tabungan untuk hari depan anakku dan keluargaku. Aku tak ingin gara-gara jantungku yang rusak ini mereka menjadi kesusahan. Dan jangan sampai istriku tahu aku mengidap penyakit jantung. Aku takut istriku menyayangiku karena iba. Aku ingin rasa sayang yang tulus dan ikhlas.”



Tuhan..Maafkan hamba Tuhan, hamba tak mampu menjadi istri yang baik. Hamba tak sempat memberikan rasa sayang yang pantas untuk suami hamba yang dengan tulus menyayangi keluarga ini. Aku malu pada diriku. Hanya tangis dan penyesalan yang kini ada.



Saya menulis ini sebagai renungan kita bersama. Agar kesalahan yang saya lakukan tidak di lakukan oleh wanita-wanita yang lain. Karena penyesalan yang datang di akhir tak berguna apa-apa. Hanyalah penyesalan dan tak merubah apa-apa.



Banggalah pada suamimu yang senantiasa meneteskan keringatnya hingga lupa membasuhnya dan mengering tanpa dia sadari.



Banggalah pada suamimu, karena ucapan itu adalah pemberian yang paling mudah dan paling indah jika suamimu mendengarnya.



Sambut kepulangannya di rumah dengan senyum dan sapaan hangat. Kecup keningnya agar dia merasakan ketenangan setelah menahan beban berat di luar sana.



Sambutlah dengan penuh rasa tulus ikhlas untuk menyayangi suamimu.

Selagi dia kembali dalam keadaan dapat membuka mata lebar-lebar.

Dan bukan kembali sembari memejamkan mata tuk selamanya.





Teruntuk suamiku.

Maafkan aku sayang.

Terlambat sudah kata ini ku ucapkan.

Aku janji pada diriku sendiri teruntukmu.

Putramu ini akan kubesarkan seperti caramu.

Putra kita ini akan menjadi sosok yang sepertimu.

Aku bangga padamu,aku sayang padamu.



Istrimu

Rina





(Sumber : Rina's note)



-Silahkan berbagi tulisan ini kepada saudara,teman,kerabat anda. Saya berharap pengalaman yg saya miliki dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.

Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Dan kepada Ibu Rina semoga lebih tabah, dan kepada Alm. Bpk. Anwar semoga diberikan tempat terbaik di surga…amin.

Dari kisah ini saya harap tidak ada yg menyalahkan siapa2.cukup sebagai renungan dan perbaikan kita bersama.)



Terimakasih telah membaca...

Salam Motivasi!

Tuesday, September 27, 2011

Inspirasi - Cermin yang Terlupakan

Pada suatu ketika, sepasang suami istri, katakanlah nama mereka Smith, mengadakan 'garage sale' untuk menjual barang-barang bekas yang tidak mereka butuhkan lagi. Suami istri ini sudah setengah baya, dan anak-anak mereka telah meninggalkan rumah untuk hidup mandiri.



Sekarang waktunya untuk membenahi rumah, dan menjual barang-barang yang tidak dibutuhkan lagi.



Saat mengumpulkan barang-barang yang akan dijual, mereka menemukan benda-benda yang sudah sedemikian lama tersimpan di gudang. Salah satu di antaranya adalah sebuah cermin yang mereka dapatkan sebagai hadiah pernikahan mereka, dua puluh tahun yang lampau.



Sejak pertama kali diperoleh, cermin itu sama sekali tidak pernah digunakan. Bingkainya yang berwarna biru aqua membuat cermin itu tampak buruk, dan tidak cocok untuk diletakkan di ruangan mana pun di rumah mereka. Namun karena tidak ingin menyakiti orang yang menghadiahkannya, cermin itu tidak mereka kembalikan. Demikianlah, cermin itu teronggok di loteng. Setelah dua puluh tahun berlalu, mereka berpikir orang yang memberikannya tentu sudah lupa dengan cermin itu. Maka mereka mengeluarkannya dari gudang, dan meletakkannya bersama dengan barang lain untuk dijual keesokan hari.



Garage sale mereka ternyata mendapat banyak peminat. Halaman rumah mereka penuh oleh orang-orang yang datang untuk melihat barang bekas yang mereka jual. Satu per satu barang bekas itu mulai terjual. Perabot rumah tangga, buku-buku, pakaian, alat berkebun, mainan anak-anak, bahkan radio tua yang sudah tidak berfungsi pun masih ada yang membeli.



Seorang lelaki menghampiri Mrs. Smith.



"Berapa harga cermin itu?" katanya sambil menunjuk cermin tak terpakai tadi. Mrs. Smith tercengang.



"Wah, saya sendiri tidak berharap akan menjual cermin itu. Apakah Anda sungguh ingin membelinya?" katanya.



"Ya, tentu saja. Kondisinya masih sangat bagus." jawab pria itu. Mrs. Smith tidak tahu berapa harga yang pantas untuk cermin jelek itu. Meskipun sangat mulus, namun baginya cermin itu tetaplah jelek dan tidak berharga.



Setelah berpikir sejenak, Mrs. Smith berkata, "Hmm ... anda bisa membeli cermin itu untuk satu dolar."



Dengan wajah berseri-seri, pria tadi mengeluarkan dompetnya, menarik selembar uang satu dolar dan memberikannya kepada Mrs. Smith.



"Terima kasih," kata Mrs. Smith, "Sekarang cermin itu jadi milik Anda. Apakah perlu dibungkus?"



"Oh, jika boleh, saya ingin memeriksanya sebelum saya bawa pulang." jawab si pembeli.



Mrs. Smith memberikan ijinnya, dan pria itu bergegas mengambil cerminnya dan meletakkannya di atas meja di depan Mrs. Smith. Dia mulai mengupas pinggiran bingkai cermin itu. Dengan satu tarikan dia melepaskan lapisan pelindungnya dan muncullah warna keemasan dari baliknya.



Bingkai cermin itu ternyata bercat emas yang sangat indah, dan warna biru aqua yang selama ini menutupinya hanyalah warna dari lapisan pelindung bingkai itu!



"Ya, tepat seperti yang saya duga! Terima kasih!" sorak pria itu dengan gembira. Mrs. Smith tidak bisa berkata-kata menyaksikan cermin indah itu dibawa pergi oleh pemilik barunya, untuk mendapatkan tempat yang lebih pantas daripada loteng rumah yang sempit dan berdebu.



(author unknown)



Sahabat.....



Kisah ini menggambarkan bagaimana kita melihat hidup kita. Terkadang kita merasa hidup kita membosankan, tidak seindah yang kita inginkan. Kita melihat hidup kita berupa rangkaian rutinitas yang harus kita jalani. Bangun pagi, pergi bekerja, pulang sore, tidur, bangun pagi, pegi bekerja, pulang sore, tidur. Itu saja yang kita jalani setiap hari.



Sama halnya dengan Mr. dan Mrs. Smith yang hanya melihat plastik pelapis dari bingkai cermin mereka, sehingga mereka merasa cermin itu jelek dan tidak cocok digantung di dinding. Padahal dibalik lapisan itu, ada warna emas yang indah.



Padahal di balik rutinitas hidup kita, ada banyak hal yang dapat memperkaya hidup kita.



Setiap saat yang kita lewati, hanya bisa kita alami satu kali seumur hidup kita. Setiap detik yang kita jalani, hanya berlaku satu kali dalam hidup kita. Setiap detik adalah pemberian baru dari Tuhan untuk kita.



Akankah kita menyia-nyiakannya dengan terpaku pada rutinitas?



Akankah kita membiarkan waktu berlalu dengan merasa hidup kita tidak seperti yang kita inginkan?



Setelah dua puluh tahun, dan setelah terlambat, barulah Mrs. Smith menyadari nilai sesungguhnya dari cermin tersebut. Inginkah kita menyadari keindahan hidup kita setelah segalanya terlambat? Tentu tidak.



Sebab itu, marilah kita mulai mengikis pandangan kita bahwa hidup hanyalah rutinitas belaka. Mari kita mulai mengelupas rutinitas tersebut dan menemukan nilai sesungguhnya dari hidup kita.



Marilah kita mulai menjelajah hidup kita, menemukan hal-hal baru, belajar lebih banyak, mengenal orang lebih baik.



Mari kita melakukan sesuatu yang baru.



Mari kita membuat perbedaan!



Terimaksih telah membaca...

Salam Motivasi!

Wednesday, September 7, 2011

Inspirasi - Nilai Kembang

Seorang pria turun dari sebuah mobil mewah yang diparkir di depan kuburan umum, kemudian berjalan menuju pos penjaga kuburan. "Pak, maukah anda menemui wanita di dalam mobil itu? Menurut dokter, sebentar lagi dia akan meninggal & dia mau bertemu bapak." Ujarnya pada penjaga kubur itu.

Menemui wanita itu, penjaga kubur melihat wanita lemah, berwajah sedih, tdk punya pengharapan.

Sambil tetap duduk di mobil, wanita itu berkata kpd penjaga kubur:
"Saya Ny. Roberts, selama ini mengirim uang tiap 2 minggu sekali kepada Anda, untuk membeli kembang-kembang kemudian menaruhnya di atas makam suami & anak saya. Hari ini saya datang untuk mengucapkan terima kasih pada Bapak."

"Ooo, jadi nyonya yang selalu kirim uang itu? Sebelumnya, saya minta maaf. Uang tersebut memang saya belikan kembang, tapi tidak pernah saya letakkan di atas makam suami & anak nyonya." Jawab penjaga kubur.

"Apa? Kenapa?!" Tanya wanita itu dgn gusar.

"Ya, saya memberikan kembang2 itu kpd mereka yang di rumah sakit, orang miskin yg saya jumpai atau mereka yg sedang sedih. Mereka bahagia, menikmati keindahan & keharumannya." Jelas pria itu.

Wanita itu terdiam & kemudian pergi.

3 bulan kemudian, si penjaga kubur didatangi oleh seorang wanita cantik, berjalan menuju posnya.

"Selamat siang, apakah Bapak masih ingat saya? Saya Ny. Roberts. Saya datang mengucapkan terima kasih. Tindakan bapak menyadarkan saya, bahwa memperhatikan mereka yg masih hidup, jauh lebih berguna daripada meratapi mereka yg sudah meninggal."

"Ketika saya melakukan hal yang sama, kembang-kembang itu tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga turut bahagia."

"Sampai saat ini, para dokter tidak tahu, kenapa saya tiba-tiba sembuh. Tapi saya yakin, bahwa sukacita & pengharapan adalah obat yang memulihkan saya."

-------------------------
Moral cerita di atas adalah janganlah terlarut dalam kesedihan. Dengan terlarut dalam kesedihan yang terus menerus tiada habis tidak akan memperbaiki yang sudah lalu malahan akan membuat jiwa dan raga kita tidaklah sehat. Mari kita lihat dunia luar. Manfaatkan waktu juga untuk menolong sesama kita yang membutuhkan bantuan. Dengan menolong orang lain berarti kita juga menolong diri sendiri.

 

Thursday, August 25, 2011

Inspirasi - Belajar Dari Smurf

Saya ingat, komik Smurf adalah salah satu bacaan saya ketika kecil. The Smurfs atau yang dalam bahasa Perancisnya Les Schtroumpfs, merupakan karya kreatif dari kartunis bernama Peyo (yang nama aslinya adalah Pierre Culliford). Pertama kali The Smurfs ini diperkenalkan pada tanggal 23 Oktober 1958.  Bersama dengan Tintin, Lima Sekawan, dan banyak buku di masa itu,  dia memenuhi rak buku keluarga kami. Walaupun sebetulnya saya yakin, masih banyak yang lebih Smurf-mania daripada saya, tetapi karena menonton filmnya kemarin, saya koq jadi bernostalgia sekaligus ingin memetik pelajaran dari film tersebut juga, ya…

 

Yang saya ingat, Smurf adalah makhluk kecil setinggi tiga buah apel, tinggal di Desa Smurf yang aman dan tenteram. Penghuninya pun macam-macam dengan keunikannya masing-masing. Ada yang centil tukang berhias, gembul yang tukang makan, ‘clumsy’ Si Ceroboh yang jadi pemeran utama di film The Smurf dari awal sampai akhir. Papa Smurf dan Smurfin, juga Smurf yang intelek dan pandai yang mengetahui segala sesuatu. Ah, melihat desa Smurf, seolah melihat kehidupan manusia sendiri. Tentunya tiap dari kita punya sifat-sifat yang menonjol, walaupun tidak sama persis seperti Smurf…

 

Membaca kisahnya pun sering membuat tersenyum. Karena harus berasumsi juga dengan kata-kata smurf. Misalnya aku mau smurf roti. Smurf di sini berarti makan, tetapi tidak di kalimat lain. Dan isi film ini, saya ceritakan singkat saja, karena kasihan yang belum nonton hehe… Intinya adalah para smurf ini masuk ke dunia manusia dan bertemu dengan keluarga Winslow yang tengah menunggu kehadiran bayi mereka. Patrick dan Grace Winslow (yang diperankan oleh Neil Patrick Harris yang terkenal dengan serial ‘How I Met Your Mother’, sementara Grace diperankan oleh Jayma Mays yang terkenal sebagai Emma di serial ‘Glee’), kedatangan tamu yaitu para smurf itu. Ada bagian yang kocak, ada bagian yang bikin terharu. Ketika Papa Smurf ditangkap Gargamel, seorang anggota Smurf berhasil mendatangkan seluruh penghuni desa Smurf yang kemudian bersatu-padu untuk sesama mereka. Kesatuan yang erat yang mungkin semakin hari semakin luntur di masa kini. Terhapus oleh materialisme, mementingkan diri sendiri, jadi semakin berkurang tali silaturahmi yang baik.

 

Smurf juga makhluk yang lucu, ceria, dan suka bernyanyi. Mungkin, kecuali Smurf Gerutu. Lalu, aku koq teringat, tak jarang, berlaku sebagai Smurf Gerutu juga, yang seringnya ngomelll melulu…Ampun, dah… Hahaha… Ini saatnya jadi lebih ceria, lebih sukacita dalam menjalani kehidupan kita.

 

Film yang akhirnya happy-ending ini, kemudian saya putar ulang di kepala saya, di hati saya. Walau terpotong dua kali karena membawa anak sulung kami ke toilet, saya tetap menemukan kebaikan dan pembelajaran di dalamnya. Smurf itu ceria, bersahabat, dan selalu saling membantu. Jika bisa menghidupkan sifat-sifat baiknya di dunia yang kita tinggali sekarang ini, alangkah bahagianya. Kenapa kita tidak coba dari sekarang?

 

 

-Fonny Jodikin-

* tautannya ada di: http://fjodikin.blogspot.com/2011/08/belajar-dari-smurf.html

 

Inspirasi - The Voice

Setelah agak bosan dengan American Idol yang sudah mencapai season 10 di tahun ini dan menghasilkan pemenangnya Scotty McCreery yang ber-genre country, ada tayangan lain masih di bidang musik yang cukup menarik hati saya. Adalah The Voice, yang sudah menghasilkan pemenangnya di Amerika sana, dan baru tayang perdana di stasiun televisi AXN semalam. Saya tertarik dengan konsep yang ditawar...kan, yaitu saat para juri yang terdiri dari Christina Aguilera yang cukup ternama, Blake Shelton (penyanyi country dengan banyak fans), Adam Levine-vokalis Maroon 5, dan Cee Lo Green (anggota group Hip Hop Goodie Mobb di tahun 1990-an) mendengarkan suara para kontestan untuk pertama kalinya tanpa memandang wajah/penampilan mereka (blind audition). Hanya murni suara mereka saja yang didengar. Berbeda dengan ajang nyanyi lainnya, penampilan juga menjadi sesuatu yang utama. Bisa jadi si kontestan berwajah cantik/tampan, namun kemampuan nyanyinya biasa-biasa saja. Berbeda dengan tayangan ini, jika para juri yang kemudian menjadi pelatih para kontestan ini (Coach) tertarik barulah mereka memencet bel yang otomatis membalikkan kursi mereka dan memungkinkan mereka melihat penampilan Sang Kontestan tersebut secara keseluruhan.

Menarik bagi saya untuk kemudian membandingkan dengan kehidupan kita. Berapa banyak dari kita yang bisa menilai seseorang murni hanya dari kelebihannya saja? Misalnya: kebaikan hatinya. Jarang ya, jujur saya pun tidak selalu bisa melakukannya. Setiap kali kita berhadapan dengan seseorang, sebelum melihat hatinya, tak jarang kita terlanjur memberikan penilaian terhadap keseluruhan paketnya. Mungkin wajahnya, mungkin cara bicaranya, mungkin dandanannya, mungkin merek yang dikenakannya, mungkin rambutnya, mungkin handphone ataupun gadget-nya, mungkin harta atau jabatannya, mungkin dan seribu satu mungkin lainnya. Jarang, kita bisa langsung melihat seseorang dari hatinya, bahkan boleh dikatakan hampir tidak mungkin. Segala sesuatu yang menjadikan seseorang sebagai satu paket, kita perhatikan semuanya. Dan apabila ternyata diri kita yang dihakimi sedemikian rupa oleh orang lain, rasanya mudah bagi kita untuk kemudian menjadi tersinggung atau tidak suka. Padahal, ya…kita lakukan hal yang sama terhadap orang lain.

Blind audition dari The Voice ini, mengajak saya berpikir untuk lebih objektif dalam memberikan penilaian terhadap seseorang. Karena jika saya yang dinilai secara subjektif, ternyata saya pun tidak suka. Maka adalah baik pula jika saya belajar untuk tidak sok tahu apalagi langsung menilai buruk ketika pertama kali berjumpa dengan seseorang. Biarkan mengalir saja dan terlihat suatu kebaikan di dalam hati seseorang yang pasti dimiliki olehnya, daripada terlanjur menghakimi ini dan itu, bahkan memendam rasa tidak suka. Tentunya, ini bukanlah hal yang mudah dan langsung bisa dipraktekkan begitu saja. Tetapi, apabila saya bisa belajar lebih objektif, akan baik pula buat diri saya.

Tuhan sendiri selalu menilai kita secara objektif. Dia yang tahu isi hati kita… Bukan melulu pada tas yang saya pakai, sepatu, baju dari butik/ disainer ternama atau baju dari pasar sebelah, rambut yang ditata salon terkemuka atau salon murahan. Bukan pula pada kekurangan yang saya miliki, tetapi kebaikan yang pastinya ada pada diri setiap manusia.

The Voice baru mulai tayang semalam di Asia dan saya kira, tak ada salahnya kita pun mulai belajar untuk lebih objektif dan tidak segera menilai seseorang berdasarkan kekurangannya semata.
Ah, saya jadi malu, karena terkadang terlanjur menilai negatif seseorang sebegitu gampangnya. Saya mau belajar lebih baik lagi. Tuhan, ajari saya, terima kasih.


@Copyright Fonny Jodikin
*copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.
*tautannya ada di: http://fjodikin.blogspot.com/2011/08/voice.html

 

Monday, August 8, 2011

Inspirasi - 8 Cara Belajar

Sering orang beranggapan bahwa masa belajar selesai ketika sudah bekerja. Mereka berhenti belajar sekalipun hanya lulus SMA. Padahal seharusnya belajar harus terus kita lakukan selama hidup. Selama kita mampu. Tak melihat umur. Karena dengan belajar kita terus dapat mengembangkan diri, mendapatkan ketrampilan baru, mendapatkan cara yang lebih baik untuk berkarya atau pengetahuan yang luas.

 

Sekolah bisa selesai, pemberlajaran tidak boleh berhenti. Disini saya mencoba berbagi 8 cara yang dapat dilakukan untuk tetap selalu belajar.

 

Yang pertama, dan ini yang paling saya sukai, adalah membaca. Tidak semua orang suka membaca, tapi kebetulan saya suka membaca. Bagi yang suka membaca cobalah membaca buku sebanyak-banyaknya yang bisa membuat anda ahli di bidang tertentu. Jangan hanya membaca komik atau yang memberi hiburan saja seperti majalah. Tapi juga membaca sesuatu yang lebih berbobot yang berguna untuk kehidupan bisnis anda.

 

Yang kedua, melakukan surfing di internet. Ceklah hal-hal yang membantu anda menjadi "lebih" ahli dalam berbisnis. Kalau anda seorang sales mencari pengetahuan penjualan yang baik. Kalau anda profesinya akuntansi carilah tentang metode akuntansi yang baik. Dan hebatnya di internet, apapun ada di sana.

 

Yang ketiga belilah audiobook. Ada buku dalam format audio, ada motivasi dalam bentuk audio. Kalau mau repot bisa diubah ke format mp3 sehingga bisa dimasukkan ke ipod. Dengan audio ini kita bisa mendengarkan sambil melakukan kegiatan lain, misal di jalan atau di mobil. Sehingga bila menganggur, misalkan sedang menunggu di bandara, bisa mendengarkan audio untuk memperkaya kemampuan anda.

 

Yang keempat yakni sekolah lagi. Entah di kursusan, sekolah singkat sabtu-minggu, sekolah 2 kali seminggu, atau bisa mengambil MBA selama 2 tahun.

 

Yang kelima, tanyalah pada yang ahli di bidang itu. Anda ingin mempelajari sesuatu tanyalah pada orang itu baik melalui email atau ketemu langsung. Ber diskusi dengan orang ahli akan memberikan masukan yang sangat berguna pada bisnis anda.

 

Yang keenam, ikutlah perkumpulan tertentu khususnya yang sesuai dengan bidang minat anda. Asosiasi Komputer, Perkumpulan Toastmasters, Rotary Club, Pertemuan para penyair, dan seterusnya.

 

Yang ketujuh, bersahabatlah dengan orang yang lebih pandai dari anda. Anda akan ketularan ilmu darinya sehingga ikut menjadi lebih pandai dan mengikuti apa yang telah dipelajari oleh orang itu.

 

Yang kedelapan belajarlah dari atasan, pimpinan, atay Bos anda. Pemilik perusahaan anda atau pimpinan anda bisa sukses karena sesuatu kemampuan mereka. Pasti banyak yang dapat anda pelajari darinya.

 

Itulah 8 hal yang dapat anda kembangkan untuk membuat anda menjadi seorang pembelajar yang baik dan nantinya akan menjadi orang yang lebih sukses dalam hidup ini. Selamat Belajar.

 

 

Ditulis oleh Tanadi Santoso

 

Inspirasi - Jangan bermain 'complain game'

Dimana saja saya pernah tinggal, saya perhatikan bagaimana sebagian orang senang mengeluh tentang lingkungan mereka. Hal ini menjadi seperti olahraga favorit. Cuaca terlalu dingin atau terlalu panas. Sistem sekolah jelek atau tidak ada restoran yang enak. Terlalu ramai atau tidak ada yg bisa dilakukan, atau orang terlalu picik.

Pekerjaan seseorang merupakan target favorit. Sebagian orang meningkatkan keluhan terhadap pekerjaan mereka menjadi suatu bentuk seni. Sebagai tentara, saya dan teman saya dapat duduk bersama dan berusaha mengungguli satu sama lain tentang bagaimana tidak efisiennya birokrasi sekarang atau tugas yang tidak masuk akal atau petugas yang otaknya tidak berfungsi. Kami dapat mengobrol tentang bagaimana enaknya untuk kembali ke dunia nyata. Saya pikir kami merasa lebih baik ketika menjelek-jelekkan orang yang mengatur kehidupan kami. (Mungkin ini menjelaskan kenapa anak-anak kita banyak sekali mengeluh tentang kita orangtuanya).

Masalahnya adalah, ketika kita terlalu banyak mengeluh, kita menciptakan budaya yang kelam dan akhirnya merasa seperti tahanan. Saya ingat sebuah kartun dimana seorang tahanan berdiri dikelilingi jeruji penjara. Lalu seorang berjalan melewati jeruji itu sementara tahanan itu melihatnya. Kita dapat menciptakan penjara kita sendiri yang tidak terlihat bagi orang lain, atau seperti yang ditulis Richard Lovelace, “ Stone walls do not a prison make, nor iron bars a cage (Bukan dinding batu yang menjadikan sebuah penjara, atau jeruji besi yang menjadikan kandang)” 

Beberapa pasangan mengatakan pada saya bahwa pernikahan mereka akan menjadi lebih baik jika saja mereka bisa pindah ke kota besar. Orang yang lain mengatakan mereka akan lebih senang jika mereka memiliki pekerjaan yang lebih baik atau jika saja atasan mereka berlaku berbeda. Seperti kebanyakan dari kita, orang-orang ini membangun realitas “if only (jika saja)” yang membuat mereka tidak bahagia. 

Kita perlu mengurangi keluhan kita dan mempertimbangkan efeknya terhadap kita dan keluarga kita. Tentu saja, tidak semua keluhan itu buruk. Bisa baik, misalnya, untuk anak kita melihat bagaimana kita mengidentifikasi kekhawatiran yang jelas dan melakukan sesuatu tentangnya. Juga baik bagi mereka untuk melihat kita berdiri menghadapi ketidakadilan atau kefanatikan. Bagaimanapun, kita perlu merasa yakin bahwa kita tidak menciptakan budaya mengeluh yang menyebar seperti virus komputer. Kita tidak mau anak-anak kita hanya melihat dunia yang rusak dan tidak bisa ditolerir. Kita tidak mau mereka belajar bahwa kebahagiaan mereka tergantung pada keadaan yang sempurna. Sebaliknya, kita ingin mereka tahu bahwa mereka bisa memilih untuk menjadi bahagia tanpa kota mereka atau sekolah mereka atau kehidupan mereka hanya dalam bentuk tertentu.

Ada sebuah cerita tua seperti ini. Suatu pasangan datang ke sebuah kota dan melihat seorang tua duduk di depan toko. 

“Kami dengar tempat ini merupakan tempat yang sangat bagus untuk tinggal dan orang-orangnya sangat bersahabat. Benarkah itu ?”

“Ya”, jawab orang tua itu. Pasangan ini tersenyum dan mulai menjelajahi lingkungan baru ini. 

Beberapa menit kemudian, pasangan yang lain datang.

“Kami dengar orang-orang di kota ini tidak bersahabat dan picik. Benarkah itu ?” Tanya mereka. 

“ya.” Jawab si orang tua. Pasangan ini mengangguk dan berjalan pergi. 

Intinya adalah, kedua pasangan ini mungkin benar. Mereka akan menemukan apa yang mereka harapkan untuk diketemukan. Kita juga, melihat apa yang kita harapkan untuk dilihat – tentang lingkungan kita, pekerjaan kita, keluarga kita. 

Untuk yakinnya, keadaan selalu bisa menjadi lebih baik. Kita perlu memutuskan apa yang dapat kita ubah di sekeliling kita dan apa yang harus kita terima. Apapun pilihannya, kita tidak perlu menjadi menderita. Tantangannya adalah untuk menjauhi diskusi “tidakkah itu buruk” yang menghasilnya negativitas dan ketidakbahagiaan. Sebaliknya, kita perlu fokus pada yang positif, melihat niat baik dari orang lain, dan jangan membiarkan setiap situasi menentukan kebahagiaan atau ketidakbahagiaan kita. Jika kita dapat melakukan ini, kita bisa menghindari gaya hidup penuh keluhan dan mulai menikmati dunia yang kita ingin tinggali. Dan anak-anak kita, sebagai gantinya, akan belajar ini dari kita. 

_____________________________________________________________________

Copyright, 1998

Fred P. Piercy

Translated with permission, 2010

 

sumber : http://www.facebook.com/marriage-rebuilders

 

Inspirasi - Sebelum kamu menceraikan aku, boponglah aku !

Pada hari pernikahanku,aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti di depan flat kami yang cuma berkamar satu. Sahabat-sahabatku menyuruhku untuk membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kubopong ia memasuki rumah kami. Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang sangat bahagia. Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.

Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air bening. Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih diantara kami pun semakin surut. Ia adalah pegawai sipil. Setiap pagi kami berangkat kerja bersama-sama dan sampai di rumah juga pada waktu yang bersamaan.

 

Anak kami sedang belajar di luar negeri. Perkawinan kami kelihatan bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yang tidak kusangka-sangka. Dewi hadir dalam kehidupanku. Waktu itu adalah hari yang cerah. Aku berdiri di balkon dengan Dewi yang sedang merangkulku. Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya. Ini adalah apartment yang kubelikan untuknya. Dewi berkata , “Kamu adalah jenis pria terbaik yang menarik para gadis.”  Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku.  Ketika kami baru menikah,istriku pernah berkata, “Pria sepertimu,begitu sukses,akan menjadi sangat menarik bagi para gadis.” Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu kalo aku telah  menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku  melepaskan tangan Dewi dan berkata, “Kamu harus pergi membeli beberapa perabot, O.K.?.Aku ada sedikit urusan di kantor” Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya.

 

Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku walaupun kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun,aku merasa sangat sulit untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun ku jelaskan, ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang istri yang baik. Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai didepan TV. Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama-sama. Atau aku akan menghidupkan komputer, membayangkan tubuh Dewi. Ini adalah hiburan bagiku.

 

Suatu hari aku berbicara dalam guyon, “Seandainya kita bercerai, apa yang akan kau lakukan?” Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang sangat jauh darinya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jika tahu bahwa aku serius.

Ketika istriku mengunjungi kantorku, Dewi baru saja keluar dari ruanganku. Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata penuh simpati dan berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu  selama berbicara dengan ia. Ia kelihatan sedikit kecurigaan. Ia berusaha tersenyum pada bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada kelukaan di matanya.

Sekali lagi, Dewi berkata padaku,” He Ning, ceraikan ia, O.K.? Lalu kita akan hidup bersama.” Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh ragu-ragu lagi.

 

Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, ku pegang tangannya,”Ada sesuatu yang harus kukatakan” Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka di matanya. Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi ia tahu kalo aku terus berpikir. “Aku ingin bercerai”,  kuungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang.

Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata-kataku, tapi ia bertanya secara lembut,”kenapa?” Aku menghindari pertanyaannya “Kenapa” dan hanya jawab: “Aku serius.” . Jawaban ini membuat ia sangat marah. Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku,”Kamu bukan laki-laki!”.

 

Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis. Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yang telah terjadi dengan perkawinan kami. Tapi aku tak bisa memberikan jawaban yang memuaskan sebab hatiku telah dibawa pergi oleh Dewi. Dengan perasaan yang amat bersalah, Aku menuliskan surat perceraian dimana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku. Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian.

 

Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup bersamaku sekarang menjadi seorang yang asing dalam hidupku. Tapi aku tidak bisa mengembalikan apa yang telah kuucapkan. Akhirnya ia menangis dengan keras di depanku, dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku. Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan sekarang sungguh-sungguh telah terjadi.

Pada larut malam,aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku melihat isteriku  sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera ketiduran. Ketika aku terbangun tengah malam, aku melihat ia masih menulis. Aku tertidur kembali. Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya. Ia tidak menginginkan apapun dariku,tapi aku harus memberikan waktu sebulan sebelum menceraikannya, dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup bersama seperti biasanya. Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera menyelesaikkan pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi dan ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami.

 

Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya,” He Ning, apakah kamu masih ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita?” Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku. Aku mengangguk dan mengiyakan. “Kamu membopongku di lenganmu”, katanya, “Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongku pada waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan ini, setiap pagi kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu.” Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan indah yang telah berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan suasana romantis.

 

Aku memberitahukan Dewi soal syarat-syarat perceraian dari istriku. Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya.“Bagaimanapun trik yang ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini,” ia mencemooh. Kata-katanya membuatku merasa tidak enak.

 

Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan perceraian itu. Kami saling menganggap orang asing.  Jadi ketika aku membopongnya di hari pertama, kami kelihatan salah tingkah. Anak kami menepuk punggung kami, ”Wah, papa membopong mama, mesra sekali”   Kata-katanya membuatku merasa sakit. Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku. Ia memejamkan mata dan berkata dengan lembut,” Mari kita mulai hari ini, jangan memberitahukan pada anak kita.”  Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang. Aku melepaskan ia di pintu. Ia pergi menunggu bus, dan aku pergi ke kantor.

 

Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku, kami begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi dibajunya. Aku menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di wajahnya.

 

Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, “Kebun diluar sedang dibongkar, hati-hati kalau kamu lewat sana.”

Hari keempat, ketika aku membangunkannya, aku merasa kalau kami masih mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku di lenganku. Bayangan Dewi menjadi samar.

 

Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal, seperti, dimana ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika, aku harus hati-hati saat memasak,dll. Aku mengangguk.  Perasaan kedekatan terasa semakin erat.

Aku tidak memberitahu Dewi tentang ini. Aku merasa begitu ringan membopong-nya. Berharap setiap hari pergi ke kantor bisa membuatku semakin kuat. Aku berkata padanya, “Kelihatannya tidaklah sulit membopongmu sekarang”

 

Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa menemukan yang cocok. Lalu ia melihat,”Semua pakaianku kebesaran”. Aku tersenyum.Tapi tiba-tiba aku menyadarinya sebab ia semakin kurus itu sebabnya aku bisa membopongnya dengan ringan bukan disebabkan aku semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya dalam hati. Sekali lagi, aku merasakan perasaan sakit. Tanpa sadar kusentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut. “Pa, sudah waktunya membopong mama keluar” Baginya, melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian yang penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah pikiran pada detik terakhir.  Aku menyanggah ia di lenganku, berjalan dari kamar tidur, melewati ruang duduk ke teras. Tangannya memegangku secara lembut dan alami. Aku menyanggah badannya dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan kami. Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatku sedih.

 

Pada hari terakhir, ketika aku membopongnya di lenganku, aku melangkah dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata, “Sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampai kita tua”. Aku memeluknya dengan kuat dan berkata “Antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra”.

 

Di depan rumah Dewi, aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya. Aku takut keterlambatan akan membuat pikiranku berubah. Aku menaiki tangga. Dewi membuka pintu. Aku berkata padanya,” Maaf Dewi, aku tidak ingin bercerai. Aku serius”. Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh dahiku. “Kamu tidak demam”. Kutepiskan tangannya dari dahiku “Maaf, Dewi,Aku cuma bisa bilang maaf padamu, aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai-nilai dari kehidupan, bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi. Sekarang aku mengerti sejak aku membopongnya masuk ke rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf  padamu” Dewi tiba-tiba seperti tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dengan kencang dan tangisannya meledak.

 

Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku melewati sebuah toko bunga, ku pesan sebuah buket bunga kesayangan istriku. Penjual bertanya apa yang mesti ia tulis dalam kartu ucapan?

Aku tersenyum, dan bilang: tulislah : “ Aku akan membopongmu setiap pagi sampai kita tua…”

 

sumber: unknown