Saturday, July 31, 2010

artisebuahspasi

Bayangkankalaupenciptamesinketikpadajamandahululupamenyediakanfasilitasspasidantidakadaseorangpunyangmaumemikirkantentangfungsispasiinihinggasekarang.Tentulahakanmembuatkitacukupbersusahpayahuntukmembacasebuahtulisandengancepatsekaligusmengertimaksuddaritulisantersebut.Cobasajauntukmembacatulisanini,apakahdengankecepatansepertibiasanyakitamembacakitamasihbisamenangkapmaksudtulisaninidengancukupbaik?Ataumungkinmalahanmembuatkitamalasuntukmembaca"notes"yangsatuini.Baiklah,bagaimanakalausayapakaisajafungsispasiyangmemangsudahdisediakanolehpembuatlaptopyangsedangsayagunakanini?Mungkinakansangatmembantukitauntukmembacadengankecepatanyangbiasakitalakukansertamengertidenganbaikapageranganmaksuddaritulisanyangsedangsayabuatini.


Ya.. arti sebuah spasi.
Mengapa kita perlu spasi?
Jelas, spasi memisahkan kata demi kata yang kita tuliskan sehingga kita bisa menikmati sebuah tulisan.
Sebuah tulisan yang baik tentu sangatlah memerlukan spasi.
Tanpa spasi sebuah tulisan tampak begitu membingungkan bahkan terlihat sangatlah semerawut dan membosankan!
Spasi membuat keteraturan dan menciptakan kenikmatan bagi kita yang membaca sebuah tulisan.

Demikian juga halnya dengan kehidupan kita.
Waktu teduh, meditasi, dan doa adalah bagaikan spasi dalam sebuah tulisan.
Rutinitas hidup tanpa waktu teduh, meditasi, dan doa sangatlah membosankan dan terlihat begitu rumit.
Bahkan membuat kita tidak cukup mengerti terhadap kehidupan kita sendiri yang begitu kompleks.

Kita terbiasa menggunakan spasi dalam menulis, namun cobalah untuk tidak menggunakannya.
Kita akan begitu mengalami kesulitan tentunya.
Demikian pula halnya dengan waktu teduh, meditasi, dan doa.
Kita akan begitu mengalami kesulitan jika kita tidak melakukannya dalam kehidupan kita.
Dan perlu kita ingat bahwa Pencipta kita telah menaruh "fungsi SPASI" itu di dalam diri kita sejak lahir.
Jadi.. mengapa kita sia-siakan fungsi tersebut?
Dengan melakukan waktu teduh, meditasi, dan doa maka kehidupan akan lebih teratur dan enak untuk kita nikmati bersama.
Tidak membingungkan dan tidak semerawut layaknya sebuah tulisan tanpa spasi!

Selamat menggunakan "fungsi SPASI" Anda!



Bhudi Tjahja

Ketika Tuhan berkehendak

Suatu hari seorang pria hendak menghantar putra tunggalnya ke sekolah. Sebelum berangkat, pria itu mengajak istri dan putranya berdoa seperti biasanya.

“Tuhan, hidupku, hidup istriku dan hidup anakku hari ini kuserahkan kepadaMU. Apapun yang terjadi pada hari ini terserah kehendakMu saja. Amin”

Saat dalam perjalanan menuju ke sekolah si anak, mereka mengalami kecelakaan yang merenggut kedua mata sang anak. Ibu dari anak itu begitu histeris dan ayahnya amat terpukul, tetapi si anak tenang-tenang saja.

Karena kedua matanya buta, anak tersebut tidak dapat melanjutkan sekolah. Ia hanya bisa tinggal dirumah dan bermain piano tua peninggalan kakek buyutnya. Selama bertahun-tahun ia hanya bermain piano hingga ia menjadi seorang pianis buta yang terkenal, namun selama bertahun-tahun itu pula kedua orang tuanya menyalahkan Tuhan atas kebutaannya.

Dengan penghasilannya sebagai seorang pianis, anak itu bisa menghidupi keluarganya dan mengangkat keadaan keluarganya yang dulunya serba pas-pasan. Ia bisa menikah dan memiliki anak-anak yang sehat.

Pada suatu hari, sebuah stasiun tivi swasta mewawancarainya dan keluarga. Ketika kedua orang tuanya ditanyai, mereka mulai melontarkan ketidak puasan mereka pada Tuhan. Mereka menyalahkan Tuhan yang mengambil mata anaknya padahal anak itu begitu cerdas dan menjadi kebanggaan mereka. Bagaimana mereka begitu berhemat agar si anak bisa terus sekolah walau sering kali mereka hanya bisa makan sekali sehari agar bisa membeli buku pelajaran. Mereka telah menggantungkan banyak cita-cita pada anaknya, namun Tuhan dengan ‘tidak adilnya’ merenggut penglihatan anak semata wayang mereka.

Mendengar itu, si anak lalu tertawa kecil dan mulai bicara “Tuhan itu sayang sama saya, tidak pernah sekalipun Ia berlaku tidak adil. Malam hari setelah kecelakaan itu, saya bermimpi bertemu Tuhan dan saya melakukan hal yang sama seperti ayah dan ibu. Saya mengeluh dan bertanya mengapa harus saya yang mengalami musibah ini. Mengapa Ia harus mengambil mata saya, tidak cukupkah kami hidup menderita dan kekurangan hingga penglihatanku juga harus diambil? Lalu Tuhan menjawab saya – ‘bukankah kamu dan kedua orang tuamu sendirilah yang berserah sesuai kehendakku? Sekarang saat aku berkehendak, mengapa engkau mengeluh?’ – Tuhan berdiam diri sejenak dan memandangku – ‘Tunggu dan rasakanlah, rencanaKu itu indah bagimu’ katanya lagi. Akhirnya aku memutuskan untuk menyerahkannya semua pada Tuhan. Hidup kami dulu teramat susah, untuk makan saja sering kami kelaparan karena memaksakan diri untuk membayar biaya sekolahku. Ketika aku buta dan terpaksa berhenti sekolah, kami baru sedikit bisa bernafas. Piano tua warisan kakek yang tidak laku-laku dijual itu menjadi satu-satunya hiburanku, bahkan membawa hidupku hingga seperti saat ini. Coba bayangkan andai Tuhan tidak mengambil mataku, paling-paling aku menjadi pegawai rendahan seperti ayah dahulu.”

Si anak menghela nafasnya lalu berkata dengan penuh keyakinan, “Apapun yang terjadi saat ini adalah kehendak Tuhan yang indah. Oleh karena itu, hingga saat ini pun aku tetap berserah pada kehendakNya. Dan ketika Ia berkehendak, aku tidak akan mengeluh”

Kiriman dari Pinta Freshka Gulo

Kisah Seorang anak 8 tahun Fu Yu Yuan yg terkena Leukimia Ganas

Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan
seorang anak, tidak ada Asi dan juga tidak mampu membeli susu bubuk,
hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras).
Maka dari kecil anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi
anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan
pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar
biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar, walaupun dari
kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan. Ditengah
ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa.

Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa, mulai dari umur
lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci
baju, memasak nasi dan memotong rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan
baik.
Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki
sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga
ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus
menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi
sedih dan marah.

Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti,
harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa
membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia
tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya.
Setiap hal yang lucu yang terjadi disekolahnya di ceritakan kepada
papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang
susah untuk menguji papanya.

Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan
bahagia.Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi
bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia.

Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada suatu
pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci
mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya.
Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut.
Sehingga papanya membawa Yu Yuan kepuskesmas desa untuk disuntik. Tetapi
sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengerluarkan darah dan tidak mau
berhenti. Dipahanya mulai bermunculan bintik-bintik merah. Dokter
tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk
diperiksa. Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor
karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri dikursi
yang panjang untuk menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya
bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai.
Karena papanya merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil
untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai
sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang
keluar dari hidung Yu Yuan.

Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk
diperiksa.Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia
ganas.Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar
300.000$. Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah
diranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya.
Dengan berbagai cara meminjam uang kesanak saudara dan teman dan
ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit.
Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang
merupakan harta satu satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam
waktu yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli.

Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus.
Dalam hati Yu Yuan merasa sedih. Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan
papanya, air mata pun mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar.
"Papa saya ingin mati".
Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, "Kamu baru berumur
8 tahun kenapa mau mati". "Saya adalah anak yang dipungut, semua orang
berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini,
biarlah saya keluar dari rumah sakit ini."

Pada tanggal 18 juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal
huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang
berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan
dengan pemakamannya sendiri. Hari itu juga setelah pulang kerumah, Yu
Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta
dua permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan berfoto.
Yu Yuan berkata kepada papanya: "Setelah saya tidak ada, kalau papa
merindukan saya lihatlah foto ini". Hari kedua, papanya menyuruh
bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru.
Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan
satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu
mencoba dan tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di
sebuah studio foto.
Yu Yuan kemudian memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin
berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada
akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar. Kalau
bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar
Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari
pohon dan hilang ditiup angin.

Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian
menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail.
Cerita tentang anak yg berumur 8 tahun mengatur pemakamakannya sendiri
dan akhirnya menyebar keseluruh kota Rong Cheng.
Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai
satu Negara bahkan sampai keseluruh dunia. Mereka mengirim email ke
seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini". Dunia yang damai ini
menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang.

Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese didunia
saja telah mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah
tercukupi.Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang.

Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan tetapi dana terus
mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah tersedia dan para dokter
sudah ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan
pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu
Yuan.

Ada seorang teman di-email bahkan menulis: "Yu Yuan anakku yang tercinta
saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya
mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh
besar dan sehat.
Yu Yuan
anakku tercinta."

Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan
menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota . Dana yang sudah
terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk
terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia
sangat menderita didalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan
kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini
membuat semua orang kagum padanya. Dokter yang menangani dia, Shii Min
berkata, dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang
sangat hebat. Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi
Yu Yuan tidak pernah mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan
pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan
dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan
tidak meneteskan air mata. Yu yuan yang dari dari lahir sampai maut
menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saat
dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perermpuannya. Air
mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu
memanggil dengan sebutan Shii Mama. Pertama kalinya mendengar suara itu,
Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, "Anak yang
baik". Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen
dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk
menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email.
Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos
sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan dipencernaan dan selalu
selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan
sudah bisa terkontrol. Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari
kesembuhan Yu Yuan.

Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah
menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain.
Fisik Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut fisik
Yu Yuan semakin lemah.

Pada tanggal 20 agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan:
"Tante kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya? Tanya Yu Yuan kepada wartawan
tersebut.Wartawan tersebut menjawab, karena mereka semua adalah orang yang baik
hati". Yu Yuan kemudia berkata : "Tante saya juga mau menjadi orang yang
baik hati".Wartawan itupun menjawab, "Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus
saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik". Yu yuan dari
bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu
Yuan."Tante ini adalah surat wasiat saya."

Fu yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut ternyata Yu
Yuan telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri. Ini adalah
seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah
kematian dan diatas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi
menjadi enam bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri
dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.

Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada
sembilan sebutan singkat tante wartawan. Dibelakang ada enam belas
sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal.
Tolong,..... ..
Dan dia
juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada
orang-orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar. "Sampai jumpa
tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan
sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan
katakana ini juga pada pemimpin palang merah. Setelah saya meninggal,
biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti
saya. Biar mereka lekas sembuh".
Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi
pipinya.

Saya pernah datang, saya sangat patuh, demikianlah kata-kata yang keluar
dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal 22 agustus, karena pendarahan
dipencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa
mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula mulanya berusaha mencuri
makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya. Hal ini membuat
pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan perawat pun
secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer
darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan
para perawat pun ikut menangis.
Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak
bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut
akhirnya meninggal dengan tenang. Semua orang tidak bisa menerima
kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air.
Sungguh telah pergi kedunia lain.

Dikecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar
kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita
dengan karangan bunga yang ditumupuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda
berkata dengan pelan "Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil
diatas langit, kepakanlah kedua sayapmu. Terbanglah.. ......... ...."
demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut.

Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan
gerimis.
Didepan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar
kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal
oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena
leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa
mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan.

Didepan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa.
Diatas batu nisannya tertulis, "Aku pernah datang dan aku sangat patuh"
(30 nov 1996- 22 agus 2005). Dan dibelakangnya terukir perjalanan singkat
riwayat hidup Yu Yuan. Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih
hidup telah menerima kehangatan dari dunia. Beristirahatlah gadis
kecilku, nirwana akan menjadi lebih ceria dengan adanya dirimu.

Friday, July 30, 2010

Ayah, Ibu saya juga mencintaimu dengan segenap jiwaku

Di sebuah kota di California, tinggal seorang anak laki2 berusia tujuh tahun
yang bernama Luke. Luke gemar bermain bisbol. Ia bermain pada sebuah tim
bisbol di kotanya yang bernama Little League. Luke bukanlah seorang pemain
yang hebat. Pada setiap pertandingan, ia lebih banyak menghabiskan waktunya
di kursi pemain cadangan. Akan tetapi, ibunya selalu hadir di setiap
pertandingan untuk bersorak dan memberikan semangat saat Luke dapat memukul
bola maupun tidak.

Kehidupan Sherri Collins, ibu Luke, sangat tidak mudah. Ia menikah dengan
kekasih hatinya saat masih kuliah.
Kehidupan mereka berdua setelah pernikahan berjalan seperti cerita dalam
buku-buku roman. Namun, keadaan itu hanya berlangsung sampai pada musim
dingin saat Luke berusia tiga tahun. Pada musim dingin, di jalan yang
berlapis es, suami Sherri meninggal karena mobil yang ditumpanginya
bertabrakan dengan mobil yang datang dari arah berlawanan. Saat itu, ia
dalam perjalanan pulang dari pekerjaan paruh waktu yang biasa dilakukannya
pada malam hari.

"Aku tidak akan menikah lagi," kata Sherri kepada ibunya. "Tidak ada yang
dapat mencintaiku seperti dia".
"Kau tidak perlu menyakinkanku," sahut ibunya sambil tersenyum. Ia adalah
seorang janda dan selalu memberikan nasihat yang dapat membuat Sherri merasa
nyaman.
"Dalam hidup ini, ada seseorang yang hanya memiliki satu orang saja yang
sangat istimewa bagi dirinya dan tidak ingin terpisahkan untuk selama-lamanya. Namun jika salah
satu dari mereka pergi, akan lebih baik bagi yang ditinggalkan untuk tetap sendiri daripada ia memaksakan mencari penggantinya."

Sherri sangat bersyukur bahwa ia tidak sendirian.
Ibunya pindah untuk tinggal bersamanya. Bersama-sama, mereka berdua merawat
Luke. Apapun masalah yg dihadapi anaknya, Sherri selalu memberikan dukungan
sehingga Luke akan selalu bersikap optimis. Setelah Luke kehilangan seorang
ayah, ibunya juga selalu berusaha menjadi seorang ayah bagi Luke.

Pertandingan demi pertandingan, minggu demi minggu, Sherri selalu datang dan
bersorak-sorai untuk memberikan dukungan kepada Luke, meskipun ia hanya bermain beberapa menit
saja. Suatu hari, Luke datang ke pertandingan seorang diri. "Pelatih", panggilnya. "Bisakah aku bermain dalam pertandingan ini sekarang?
Ini sangat penting bagiku. Aku mohon ?"

Pelatih mempertimbangkan keinginan Luke. Luke masih kurang dapat bekerja sama antar pemain. Namun dalam pertandingan sebelumnya, Luke berhasil memukul bola dan mengayunkan tongkatnya searah dengan arah datangnya bola. Pelatih kagum tentang kesabaran dan sportivitas Luke, dan Luke tampak berlatih extra keras dalam beberapa hari ini.

"Tentu," jawabnya sambil mengangkat bahu, kemudian ditariknya topi merah
Luke. "Kamu dapat bermain hari ini. Sekarang, lakukan pemanasan dahulu."
Hati Luke bergetar saat ia diperbolehkan untuk bermain. Sore itu, ia bermain dengan sepenuh hatinya. Ia berhasil melakukan home run dan mencetak dua single. Ia pun berhasil menangkap bola yang sedang melayang sehingga membuat timnya berhasil memenangkan pertandingan.

Tentu saja pelatih sangat kagum melihatnya. Ia belum pernah melihat Luke bermain sebaik itu. Setelah pertandingan, pelatih menarik Luke ke pinggir lapangan. "Pertandingan yang sangat mengagumkan," katanya kepada Luke. "Aku tidak pernah melihatmu bermain sebaik sekarang ini sebelumnya. Apa yang
membuatmu jadi begini?"

Luke tersenyum dan pelatih melihat kedua mata anak itu mulai penuh oleh air mata kebahagiaan. Luke menangis tersedu-sedu. Sambil sesunggukan, ia berkata "Pelatih, ayahku sudah lama sekali meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Ibuku sangat sedih. Ia buta dan tidak dapat berjalan dengan baik, akibat kecelakaan itu. Minggu lalu,......Ibuku meninggal." Luke kembali menangis.

Kemudian Luke menghapus air matanya, dan melanjutkan ceritanya dengan terbata-bata "Hari ini,.......hari ini adalah pertama kalinya kedua orangtuaku dari surga datang pada pertandingan ini untuk bersama-sama melihatku bermain. Dan aku tentu saja tidak akan mengecewakan
mereka.......". Luke kembali menangis terisak-isak.

Sang pelatih sadar bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat, dengan mengizinkan Luke bermain sebagai pemain utama hari ini. Sang pelatih yang berkepribadian sekuat baja, tertegun beberapa saat. Ia tidak mampu mengucapkan sepatah katapun untuk menenangkan Luke yang masih menangis.
Tiba-tiba, baja itu meleleh. Sang pelatih tidak mampu menahan perasaannya sendiri, air mata mengalir dari kedua matanya, bukan sebagai seorang pelatih, tetapi sebagai seorang anak.....

Sang pelatih sangat tergugah dengan cerita Luke, ia sadar bahwa dalam hal ini, ia belajar banyak dari Luke. Bahkan seorang anak berusia 7 tahun berusaha melakukan yang terbaik untuk kebahagiaan orang tuanya, walaupun ayah dan ibunya sudah pergi selamanya............ Luke baru saja kehilangan
seorang Ibu yang begitu mencintainya........

Sang pelatih sadar, bahwa ia beruntung ayah dan ibunya masih ada. Mulai saat itu, ia berusaha melakukan yang terbaik untuk kedua orangtuanya, membahagiakan mereka, membagikan lebih banyak cinta dan kasih untuk mereka.

Dia menyadari bahwa waktu sangat berharga, atau ia akan menyesal seumur hidupnya...............

Thursday, July 22, 2010

Inspirasi - Benang Kusut

Benang biasanya dipakai untuk menjahit.
Bila digulung, atau ditarik lurus, atau direntangkan dengan baik, sepanjang apapun benang itu tidak akan kusut. Begitu juga kehidupan kita ini, ibarat benang panjang, kita terus berjalan, berlari, saling silang, dan terus menerus berjalan. Dan ada kalanya dalam perjalanan itu benang-benang kita kusut dengan benang yang lainnya. Jika hanya saling silang, mungkin masih gampang untuk memperbaikinya kembali, tetapi jika sudah saling kusut, kita mulai bingung, ngga sabaran untuk memperbaikinya.

Nah, kebanyakan orang karena tidak sabaran, dari pada buang-buang waktu, apalagi sudah bingung dan stress, mereka memilih jalan pintas dengan mengguntingnya dan meninggalkan bekas gumpalan yang kusut itu.

Demikian juga dalam kehidupan, kita juga sering mengalami kekusutan hidup, stress ditinggalin pacar, pekerjaan yang tidak menentu, situasi hidup yang semakin sulit dan frustrasi karena beban hidup yang berat. Dalam situasi itu, kita sering mencari jalan pintas dengan menggunting benang kusut itu, lari ke hiburan-hiburan yang menyenangkan sesaat, memakai obat penenang, dll. Kita lebih memilih berjalan meninggalkan bekas gumpalan benang kusut yang menyusahkan itu dan menjadi pikiran seumur hidup kita mengenang guntingan yang kita lakukan tersebut.

Dan sebenarnya kita mampu memperbaiki benang kusut itu, asalkan kita luangkan waktu sejenak, menenangkan pikiran dan atau kita bisa meminta orang lain untuk bersama ikut membantu memperbaiki benang kusut dan merapihkan dengan sabar kekusutan kehidupan kita itu. Dan akan sangat menyenangkan dan alangkah leganya hati kita jika berhasil, bukan?

Demikian pula hidup kita akan lebih berharga dari pelarian kita atas masalah tersebut, dan membuat suatu motivasi positif ke depannya dalam menjalani hidup ini ...

Belajarlah untuk tidak mudah menyerah dalam menjalani kehidupan ini, seperih apapun, sepusing apapun, semuanya pasti dapat dirapihkan dan diselesaikan dengan baik.... sama seperti benang kusut, walaupun kusut, mereka tidak terputus, dan masih dapat di rapihkan kembali, ... Kekusutan dalam hidup ini, terjadi dari perbuatan-perbuatan kita sendiri, dan tentunya kita sendirilah yang harus berusaha untuk menyelesaikannya. ..

Tuhan memberkati.

Inspirasi - Senggol Menyenggol

Ketika jalan terburu-buru, orang itu menyenggol saya. Dengan mendelik, saya bilang: “ Mas, please deh, kalau jalan ya mbok hati-hati. Bagaimana nanti kalau saya terjatuh, tersungkur, terpeleset? Nanti repot ‘kan jadinya? “

Ketika saya sedang berada di mobil. Mobil yang ada di sisi kanan saya tiba-tiba merapat, sok kenal sok dekat. Padahal teman bukan, sahabat juga bukan. Akhirnya terpaksa berkenalan karena dia menyenggol mobil saya. Terpaksa-dengan cara yang tidak enak. Akhirnya tidak jadi temenan, walaupun ada uang perdamaian. Karena mobilku sudah terlanjur penyok, untung masih bisa jalan walaupun terseok….

Jujurnya, saya tidak suka disenggol. Kecuali mungkin kalau disenggol ama Tom Cruise…Aih, mimpi kali yaaa…Apa kata Katie Holmes? Hahaha… Sama halnya sebagaimana saya tidak suka disenggol secara pribadi. Awas ada orang galak! Yang begini nih: dibercandain sedikit, marah. Ditowel sedikit, meledak. Kena ‘tabrak’ sedikit, juga emosi jiwa. Maunya semua orang hidup pada jalurnya. Jalur elo yang itu, gak usah deh miring-miring atau belok ke jalur gw! Pleaseee…

Banyak dari kita (mengatasnamakan kita, padahal maksudnya saya, sorry God buat generalisasi ini :)), ketika disenggol langsung meledak. Padahal waktu nyenggol, langsung penuh argumentasi buat pembenaran diri alias defensif sejati.
“ Ya, gw kan gak sengaja. Ya, gw kan gak tau kalo dia orangnya begitu. Jadi, yaaa…maap maap aja lah…”
Kata maaf seolah terlontar begitu mudahnya. Sementara ketika ‘disenggol’ orang dengan kondisi yang amat tidak sreg alias mengecewakan hati… Langsung emosi melanda…Kalau bisa orang tersebut dihabisi sampai titik darah penghabisan…Ih, koq jadi kejam begini, yaaa?

Di mana kasihku? Di mana kepedulianku?Di mana toleransiku?
Bentar yakkk, bentarrrrr… Dicari dulu *sambil ngubek-ngubek lemari hati, siapa tahu kepingan kasih dan kepedulian itu ada di sana.*

Begitu mudah memarahi orang yang menyenggol kita. Entah secara fisik, entah secara pribadi. Padahal, ketika disenggol langsung kita darah tinggi…
Selama hidup di dunia ini, rasanya tidak mungkin tidak ada kejadian senggol-menyenggol. Emang hidup sendirian? Emang jalurnya jalur eksklusif tanpa hambatan? Lha wong yang katanya tanpa hambatan itu juga bisa terhambat koq, misalnya karena kecelakaan…

So? Ya, biasa-biasa ajalah…Kalo sesekali disenggol, ya ampunilah. Karena kita gak pernah tahu kapan waktunya kita juga bisa menyenggol bahkan menabrak jalur hidup orang lain. Disengaja atau tidak…

God, moga-moga aku bisa lebih sabar ketika disenggol dan juga mau memaafkan diri sendiri ketika menyenggol orang. Bukan melulu maunya dihargai, dikasih respek, dihormati, tetapi sendirinya tidak mau begitu ke orang lain…Hopefully…

SG, 22 Juli 2010
-fon-

* tautannya ada di: http://fjodikin.blogspot.com/2010/07/senggol-menyenggol.html
* copas, forward, share, harap sertakan sumbernya. Trims!

Tuesday, July 20, 2010

Inspirasi - Belajar dari Sebatang Tebu

Sebatang tebu terbaring pasrah.
Dia tahu, umurnya tak lagi lama. Dia mengerti, sebentar lagi waktunya akan tiba. Siap menghadapi penghakiman terakhir di mesin giling, guna menghasilkan air tebu yang sering diminum manusia sebagai es tebu atau jus tebu. Dia tahu dirinya memiliki rasa manis yang sering dicari oleh manusia yang dahaga.

Dirinya mulai gelisah, ketika satu per satu temannya diambil dari kelompoknya. Secara paksa. Karena dari mereka sebetulnya tak ada yang rela. Diperas habis, kemudian tinggal sepahnya. Seolah tak lagi berguna. Seolah hidup sia-sia. Hanya menyisakan segelas air tebu. Sekali teguk habislah sudah.

Namun, Si Tebu lupa…
Semasa hidup dia miliki manisnya dirinya. Sebelum usai hidupnya, dia persembahkan manisnya itu bagi manusia untuk dinikmati. Untuk ikut mencicipi kemanisan miliknya. Sehingga dia tidak lagi serakah, simpan rasa hanya untuk diri sendiri saja.

Si Tebu akhirnya menyadari bahwa prinsip berbagi itulah yang terpenting. Bukan lagi berapa lama dia hidup. Melainkan semasa hidup, mampukah ia memberi arti? Semasa hidup mampukah ia meninggalkan kesan mendalam di hati? Semasa hidup, masihkah dia terus berkarya dan memberi?

Ketika tangan penjual tebu tiba untuk mengambil dirinya…
Si Tebu tersenyum. Manis sekali.
Lebih manis dari rasa yang dia berikan kepada yang meminumnya. Karena dia sadar, hidupnya sudah berarti. Setidaknya dia sudah bagikan kepada seseorang atau dua orang. Tak mengapa. Yang penting dia hidup bahagia dan tidak mati sia-sia. Berbagi, memberi, berkarya terus sampai akhir hidupnya, jadikan dirinya tersenyum bahagia. Tak ada yang lebih bahagia selain memberikan diri bagi dunia. Walaupun dunia itu baginya hanya satu atau dua orang saja. Walaupun dunia itu baginya hanya sekitarnya saja. Tak ada sesal, lakukan yang terbaik sampai akhir hidupnya.

Kalaupun sekarang engkau tengah merasa lelah…
Energi terkuras, letih fisik dan mental luar biasa. Ingatlah untuk tetap terus berkarya bagi sesama. Beristirahatlah barang sejenak, lakukan apa yang dianggap perlu untuk rileks dan kembali berkarya sesuai apa yang sudah dipercayakan-Nya.

Sehingga, walaupun hidup ini singkat, tak perlu kuatir…
Karena yang terpenting adalah seberapa banyak yang sudah kita lakukan semasa hidup bagi sesama, bagi dunia? Atau dalam lingkup yang lebih kecil: bagi keluarga dan teman-teman kita? Bagi orang lain?

Hidup akan jauh lebih berarti bila kita memberikan bagian dari diri yang terbaik demi kebaikan. Memberikan yang terbaik bagi diri bagi kemanusiaan. Memberi yang terbaik dengan keluar dari diri sendiri dan membantu orang lain yang berkekurangan.

Si Tebu mengajarkan saya sesuatu...
Apakah Si Tebu juga mengajarkanmu sesuatu? Semoga:)

Inspirasi - Belajar dari Pertengkaran

Benarkah pernikahan yang baik dan sehat adalah yang bebas dari pertengkaran ? Sekarang saya sadar bahwa jawabannya : tidak benar. Apakah saat sepasang suami istri bertengkar mereka merasakan cinta di antara mereka berkurang atau bahkan semakin menghilang ? Saya rasa tidak. Menurut saya, pertengkaran justru bisa membawa relasi suami istri ke tahapan yang lebih matang karena pertengkaran menjadi sarana untuk saling mengoreksi kelemahan dan saling terus menyesuaikan diri sehingga justru cinta berdua semakin matang dan dimurnikan.

Pertengkaran memang kalau bisa dihindari, tetapi kalau itu tidak terelakkan, kita bisa belajar dari pertengkaran dan menjadikannya sarana untuk saling mendewasakan. Pertengkaran sebenarnya hal yang wajar dalam relasi suami istri yang masih terus berkembang, dan seringkali tak terhindarkan dalam dinamika kehidupan rumah tangga. Apalagi karena dua insan yang menjalaninya tidak selalu seia sekata menghadapi aneka masalah kehidupan dan mempunyai karakter yang tidak selalu sama dalam menyikapi berbagai permasalahan dan dinamika hidup.

Kuncinya adalah kalaupun terpaksa bertengkar, saya bisa memilih untuk bertengkar secara sehat. Sehingga istilah pertengkaran sebenarnya dapat diperhalus menjadi adu argumentasi. Dimana adu pendapat selalu berusaha kita fokuskan pada masalah yang sedang dihadapi, tidak membawa-bawa masalah yang sudah lalu, atau mengungkit-ungkit kelemahan pasangan, dan hal-hal lain yang tidak relevan dengan masalah yang sedang dihadapi. Bagi saya, bertengkar yang baik juga merupakan suatu sarana untuk memecahkan persoalan bersama, dan bukan ajang untuk saling menghina karena melampiaskan kekesalan atau melemparkan cemoohan satu sama lain, dan dengan demikian menjadi ajang untuk saling melukai. Pemakaian kata-kata yang kasar dan berkata sambil berteriak juga merupakan suatu tanda bahwa adu argumentasi yang sebenarnya bisa berlangsung sehat dan membawa kepada pemecahan masalah, telah berubah menjadi pertengkaran dimana emosi dan kemarahan menjadi tuannya. Masalah bukannya terpecahkan tetapi justru ketambahan masalah baru yaitu luka hati yang menganga dan kepahitan akibat kata dan sikap yang tidak dikontrol di dalam pertengkaran itu.

Saya teringat akan ide seorang kawan yang mengatakan sebaiknya pertengkaran yang terjadi antara suami istri dicatat dalam sebuah catatan khusus, atau setidaknya dicatat baik-baik dalam hati kita. Yang dicatat adalah: topik pertengkaran, bagaimana akhirnya solusi dapat dicapai, serta frekuensi pertengkaran. Bila frekuensi bertengkar semakin jarang dan topik yang dipertengkarkan bukan hal yang itu-itu lagi, melainkan semakin berkembang dan tidak hanya akibat dari sikap egois salah satu pihak, maka kemungkinan besar pertengkaran yang timbul telah dapat dimanfaatkan secara sehat dan dengan demikian lebih besar kemungkinannya aneka masalah dapat teratasi dengan baik.

Teman saya yang lain lagi bahkan bercerita setelah bertengkar hebat biasanya justru dia lantas bisa bercinta dengan hangat bersama suaminya. Saya merasa bahwa pertengkaran telah menjauhkan hati dua insan yang sesusungguhnya selalu saling merindu dan mencinta. Maka setelah berbagai argumen dan kejengkelan, hati yang sempat menjauh karena pertengkaran itu merasakan kerinduan yang sangat untuk bersama kembali dan itulah sebabnya keinginan untuk menyatu kembali terwujud dalam hubungan intim yang hangat. Pengalaman teman saya itu memampukan saya untuk sekali lagi melihat keindahan pertengkaran.

Saya pikir mengenali pola-pola bertengkar yaitu mencoba mengerti benar apa penyebabnya dan apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya, sangat baik untuk menghindari berulangnya pertengkaran yang disebabkan oleh alasan yang selalu sama. Misalnya, latar belakang pertengkaran yang terjadi di dalam relasi saya dengan suami umumnya terjadi karena tuntutan yang tidak terpenuhi, keinginan untuk mengontrol pasangan, dan memaksakan kehendak. Tuntutan yang tidak terpenuhi biasanya terjadi karena tuntutan saya kepada suami terlalu tinggi atau kurang dapat menerima dia apa adanya. Demikian juga keinginan untuk mengontrol pasangan disertai pemaksaan kehendak juga biasanya dilatarbelakangi oleh kurang mampunya saya menerima kebiasaan dan kepribadian suami apa adanya.

Kalau saya ingin menghindari pertengkaran yang sama terulang lagi, saya perlu belajar untuk tidak ngotot dan menuntut pihak lain (suami) terus yang berubah. Justru saya perlu terlebih dahulu belajar untuk menyesuaikan diri dan menerima pasangan saya apa adanya. Demi kasih dan pengorbanan yang tulus untuk keutuhan rumah tangga yang sehat, keputusan untuk berubah itu harus saya ambil dengan berani, walau sering tidak mudah dan mengorbankan ego pribadi. Di sini saya melihat bahwa belajar dari pertengkaran dapat menjadi sebuah latihan bagi saya untuk menjadi pribadi yang sabar dan toleran serta menepikan ego dan kepentingan diri.

Ibu saya pernah mengatakan, tidak berusaha belajar dari pertengkaran-pertengkaran yang terjadi dalam pernikahan lama kelamaan dapat membuat sebuah pernikahan bukan lagi sebuah ajang untuk saling menyayangi, tapi sebuah ajang untuk saling menyakiti. Apalagi seiring dengan berjalannya waktu, dimana sebagai manusia, kedua belah pihak terus berkembang melalui dinamika dan tantangan hidup sehingga apa yang kita hadapi satu sama lain tidak sama lagi dengan kepribadian dan pembawaan di saat berpacaran dulu.

Hidup yang penuh tantangan ini tentu akan terasa bertambah berat bila teman terdekat dalam hidup yang seharusnya menjadi teman terbaik kita menghadapi kehidupan ternyata justru merupakan "musuh" yang paling sering membuat kita kehilangan rasa damai dan sukacita. Sebagian dari pilihan ada di tangan saya. Kesabaran memang pahit, tetapi buahnya manis, demikian kata pepatah. Saya cenderung menghindari kesukaran dan penyangkalan diri, padahal justru kesukaran dan menahan diri itulah yang akan memampukan saya meraih kesejatian di dalam hidup ini dan memahami sesungguh-sungguhnya apa arti bahagia.

Akhirnya, saya sering mengakhiri pertengkaran dengan berdoa bersama dengan suami. Terutama setelah pertengkaran yang agak hebat. Setelah kemarahan mereda dan permasalahan menjadi lebih jernih, kami bersama-sama menghadap Tuhan sambil saling bergenggaman. Memohon ampun atas kesalahan dan kelalaian, dan memohon kemurahanNya agar kami dapat kembali melangkah dalam terang kasihNya dalam setiap suka dan duka hidup pernikahan, dan agar kami dimampukan untuk senantiasa belajar dari kesalahan-kesalahan kami. Saya yakin pernikahan yang bertahan adalah yang selalu mengandalkan Orang Ketiga, dan yang meletakkan Orang Ketiga itu pada posisi Kepala Rumah Tangga Yang Terutama. Orang Ketiga itu tiada lain adalah Tuhan.

Because they argue it doesn’t mean that they don’t love each other, and never argue doesn’t always mean that they love each other

Uti

Houston, 15 Maret 2010

Inspirasi - Batu bata Jelek

Setelah kami membeli tanah untuk Vihara kami pada tahun 1983, kami jatuh bangkrut. kami terjerat hutang. Tidak ada bangunan di atas tanah itu, pun tidak ada sebuah gubuk. Pada minggu-minggu pertama kami tidur di atas pintu-pintu tua yang kami beli murah dari pasar loak. Kami mengganjalnya dengan batu bata pada setiap sudutnya untuk meninggikannya dari tanah.

Kami hanyalah Bhikkhu-Bhikkhu miskin yang memerlukan sebuah bangunan. Kami tak mampu membayar tukang… bahan-bahan bangunannya saja sudah cukup mahal. jadi saya harus belajar cara bertukang : bagaimana mempersiapkan pondasi, menyemen dan memasang batu bata, mendirikan atap, memasang pipa-pipa… pokoknya semua.

Kelihatan gampang membuat tembok dengan batu bata : tinggal tuangkan seonggok semen, sedikit ketok sana, sedikit ketok sini. ketika saya memulai memasang batu bata, saya ketok 1 sisi untuk meratakan nya, sisi lain nya jadi naik. lalu saya ratakan sisi itu, batu bata nya jadi melenceng. Setelah saya meratakan kembali, sisi yg pertama jade terangkat lagi. coba saja sendiri.

Sebagai seorg Bhikkhu yg memiliki kesabaran dan waktu yg banyak, saya pastikan setiap batu bata terpasang dengan sempurna, tak peduli berapa lama jadi nya. Akhirnya saya menyelesaikan tembok batu bata saya yang pertama dan berdiri di baliknya untuk mengagumi hasil karya saya.. saat itu la saya memperhatikannya… oh, tidak..!! saya telah keliru meyusun dua batu bata. Semua batu bata lain sudah lurus, tetap dua batu bata itu terlihat miring. mereka terlihat jelek sekali. Mereka merusak keseluruhan tembok.

Saat itu semennya sudah terlanjur keras untuk mencabut dua batu bata itu, jadi saya bertanya kepada kepala Vihara apakah saya boleh membongkar tembok itu dan membangun kembali tembok yang baru.. Kepala Vihara bilang tidak perlu, biarkan saja tembok nya seperti itu.

Ketika saya membawa para tamu pertama berkunjung keliling Vihara setengah jadi kami, saya selalu menghindari membawa mereka melewati tembok bata yang saya buat. Saya tidak suka ketika ada org melihat dua batu tersebut. lalu kira-kira 3-4 bulan setelah saya membangun tembok itu, saya berjalan dengan seorg pengunjung dan dia melihatnya…

"Itu sebuah tembok yang indah," ia berkomentar dengan santai nya…
"Pak" saya menjawab dengan terkejut, "apakah kacamata anda tertinggal di mobil? Apakah penglihatan anda sedang terganggu? Tidakkah anda melihat dua batu bata jelek itu merusak keseluruhan tembok itu?" Ucapan dia selanjutnya telah mengubah keseluruhan pandangan saya terhadap tembok itu, berkaitan dengan diri saya sendiri dan banyak aspek lain nya dalam kehidupan. Dia berkata "Ya, saya dapat melihat dua bata jelek itu, tetapi saya juga dapat melihat 998 batu bata yang bagus"

Saya tertegun. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga bulan, saya mampu melihat batu bata-batu bata lain nya selain dua bata jelek itu. Di atas, di bawah, di sebelah kiri, dan sebelah kanan dari dua batu bata jelek itu adalah batu bata- batu bata yang bagus, batu bata yang sempurna, jauh lebih banyak daripada dua bata bata jelek itu.

Sebelumnya mata saya hanya terpusat pada dua kesalahan yang telah saya perbuat; saya terbutakan akan hal hal lain nya. Itulah sebabnya saya tak tahan melihat tembok itu atau tak rela membiarkan org lain melihatnya juga. Itulah sebabnya saya ingin menghancurkannya. tapi sekarang saya dapat melihat batu bata - batu bata yang bagus, tembok itu jadi tampak tak terlalu buruk lagi… itu menjadi, seperti yang di katakan pengunjung itu, " Sebuah tembok yang indah" tembok itu masih tetap berdiri sampai sekarang, setelah dua puluh tahun, tetapi saya sudah lupa persisnya di mana dua bata jelek itu berada. Saya benar- benar tak dapat melihat kesalahan itu lagi…

Berapa banyak orang yang memutuskan hubungan atau cerai karena semua yang merka lihat dari diri pasangannya adalah "dua bata jelek"? Berapa banyak di antara kita yang depresi atau bahkan ingin bunuh diri, karena semua yang kita lihat dalam diri kita hanyalah "dua bata jelek"? Pada kenyataannya, ada banyak, jauh lebih banyak batu bata yang bagus.. di atas, di bawah, di sebelah kiri, sebalah kanan… dari yang jelek… tetapi pada saat itu kita tak dapat melihatnya.

Malahan setiap kali kita melihat, mata kita hanya terfokus pada kekeliruan yang kita perbuat. Semua yang kita lihat adalah kesalahan, dan kita mengira hanya kekeliruan semata, karenanya kita ingin menghancurkannya. Dan terkadang, sayang nya, kita benar-benar menghancurkan sebuah "tembok yang indah"

Kita semua memiliki "dua bata jelek" tetapi bata yang baik di dalam diri kita masing - masing, jauh lebih banyak daripada yang jelek. Begitu kita melihat nya, semua akan tampak tak begitu buruk lagi. bukan hanya kita dapat berdamai dengan diri sendiri, termasuk dengan kesalahan-kesalahan kita.

oleh Ajahn Brahm

Sunday, July 18, 2010

Cerita inspiratif - Ayam dan bebek

Sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan tangan di sebuah hutan pada suatu malam musim panas yang indah, seusai makan malam. Mereka sedang menikmati kebersamaan yang menakjubkan tatkala mereka mendengar suara di kejauhan: "Kuek! Kuek!"

"Dengar," kata si istri, "Itu pasti suara ayam."

"Bukan, bukan. Itu suara bebek," kata si suami.

"Tidak, aku yakin itu ayam," si istri bersikeras.

"Mustahil. Suara ayam itu 'kukuruyuuuk!', bebek itu 'kuek! kuek!' Itu bebek, Sayang," kata si suami dengann disertai gejala-gejala awal kejengkelan.

"Kuek! Kuek!" terdengar lagi.

"Nah, tuh! Itu suara bebek," kata si suami.

"Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku yakin betul," tandas si istri, sembari menghentakkan kaki.

"Dengar ya! Itu a? da? lah? be? bek, B-E-B-E-K. Bebek! Mengerti?" si suami berkata dengan gusar.

"Tapi itu ayam," masih saja si istri bersikeras.

"Itu jelas-jelas bue? bek, kamu? kamu?."

Terdengar lagi suara, "Kuek! Kuek!" sebelum si suami mengatakan sesuatu yang sebaiknya tak dikatakannya.

Si istri sudah hampir menangis, "Tapi itu ayam?."

Si suami melihat air mata yang mengambang di pelupuk mata istrinya, dan akhirnya, ingat kenapa dia menikahinya. Wajahnya melembut dan katanya dengan mesra, "Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam kok."

"Terima kasih, Sayang," kata si istri sambil menggenggam tangan suaminya.

"Kuek! Ku ek!" terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka berjalan bersama dalam cinta.

***

Maksud dari cerita bahwa si suami akhirnya sadar adalah: siapa sih yang peduli itu ayam atau bebek?
Yang lebih penting adalah keharmonisan mereka, yang membuat mereka dapat menikmati kebersamaan pada malam yang indah itu.

Berapa banyak pernikahan yang hancur hanya gara-gara persoalan sepele?

Berapa banyak perceraian terjadi karena hal-hal "ayam atau bebek"?

Ketika kita memahami cerita tersebut, kita akan ingat apa yang menjadi prioritas kita. Banyak hal jauh lebih penting ketimbang mencari siapa yang benar tentang apakah itu ayam atau bebek. Lagi pula, betapa sering kita merasa yakin, amat sangat mantap, mutlak bahwa kita benar, namun belakangan ternyata kita salah?


Ajahn Brahm

Inspirasi - Ayahku Tukang Batu

Alkisah, sebuah keluarga sederhana memiliki seorang
putri yang menginjak remaja. Sang ayah bekerja sebagai
tukang batu di sebuah perusahaan kontraktor besar di
kota itu. Sayang, sang putri merasa malu dengan ayahnya.
Jika ada yang bertanya tentang pekerjaan ayahnya,
dia selalu menghindar dengan memberi jawaban yang
tidak jujur. "Oh, ayahku bekerja sebagai petinggi di
perusahaan kontraktor," katanya, tanpa pernah menjawab
bekerja sebagai apa.

Si putri lebih senang menyembunyikan keadaan
yang sebenarnya. Ia sering berpura-pura menjadi anak
dari seorang ayah yang bukan bekerja sebagai
tukang batu. Melihat dan mendengar ulah anak
semata wayangnya, sang ayah bersedih. Perkataan dan
perbuatan anaknya yang tidak jujur dan mengingkari
keadaan yang sebenarnya telah melukai hatinya.
Hubungan di antara mereka jadi tidak harmonis.
Si putri lebih banyak menghindar jika bertemu
dengan ayahnya. Ia lebih memilih mengurung diri di
kamarnya yang kecil dan sibuk menyesali keadaan.
"Sungguh Tuhan tidak adil kepadaku, memberiku ayah
seorang tukang batu," keluhnya dalam hati.
Melihat kelakuan putrinya, sang ayah memutuskan untuk
melakukan sesuatu. Maka, suatu hari, si ayah mengajak
putrinya berjalan berdua ke sebuah taman, tak jauh
dari rumah mereka. Dengan setengah terpaksa, si putri
mengikuti kehendak ayahnya.
Setelah sampai di taman, dengan raut penuh senyuman,
si ayah berkata,
"Anakku, ayah selama ini menghidupi dan membiayai
sekolahmu dengan bekerja sebagai tukang batu.
Walaupun hanya sebagai tukang batu, tetapi ayah adalah
tukang batu yang baik, jujur, disiplin, dan jarang
melakukan kesalahan. Ayah ingin menunjukkan
sesuatu kepadamu, lihatlah gedung bersejarah yang ada
di sana. Gedung itu bisa berdiri dengan megah dan indah
karena ayah salah satu orang yang ikut membangun.
Memang, nama ayah tidak tercatat di sana,
tetapi keringat ayah ada di sana.
Juga, berbagai bangunan indah lain di kota ini di mana
ayah menjadi bagian tak terpisahkan dari
gedung-gedung tersebut. Ayah bangga dan bersyukur bisa
bekerja dengan baik hingga hari ini."
Mendengar penuturan sang ayah, si putri terpana.
Ia terdiam tak bisa berkata apa-apa. Sang ayah pun
melanjutkan penuturannya,
"Anakku, ayah juga ingin engkau merasakan kebanggaan
yang sama dengan ayahmu. Sebab, tak peduli apa pun
pekerjaan yang kita kerjakan, bila disertai
dengan kejujuran, perasaan cinta dan tahu untuk apa
itu semua, maka sepantasnya kita mensyukuri nikmat itu."
Setelah mendengar semua penuturan sang ayah, si putri
segera memeluk ayahnya. Sambil terisak, ia berkata,
"Maafkan putri, Yah. Putri salah selama ini.
Walaupun tukang batu, tetapi ternyata Ayah adalah
seorang pekerja yang hebat. Putri bangga pada Ayah."
Mereka pun berpelukan dalam suasana penuh keharuan.

Pembaca yang budiman,
Begitu banyak orang yang tidak bisa menerima keadaan
dirinya sendiri apa adanya. Entah itu
masalah pekerjaaan, gelar, materi, kedudukan,
dan lain sebagainya. Mereka merasa malu dan rendah diri
atas apa yang ada, sehingga selalu berusaha menutupi
dengan identitas dan keadaan yang dipalsukan.
Tetapi, justru karena itulah, bukan kebahagiaan
yang dinikmati. Namun, setiap hari mereka hidup dalam
keadaan was was, demi menutupi semua kepalsuan.
Tentu, pola hidup seperti itu sangat melelahkan.
Maka, daripada hidup dalam kebahagiaaan yang semu,
jauh lebih baik seperti tukang batu dalam kisah di atas.
Walaupun hidup pas-pasan, ia memiliki kehormatan dan
integritas sebagai manusia.
Sungguh, bisa menerima apa adanya kita hari ini
adalah kebijaksanaan. Dan, mau berusaha memulai dari
apa adanya kita hari ini dengan kejujuran dan kerja
keras adalah keberanian!

Salam Sukses Luar Biasa!!!!

Andrie Wongso

Inspirasi - First Write

Suatu hari seorang pria tua berpakaian sederhana memasuki sebuah showroom
otomotif. Salah seorang tenaga penjual bernama John berdiri dan
menghampirinya, "Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?"

Laki-laki tua itu menjawab bahwa dia membutuhkan mobil seken yang kecil,
sebuah mobil yang sederhana karena dia hanya memiliki anggaran yang terbatas.
John membawa orang tua tersebut ke garasi yang terletak di belakang
showroom, di sana semua mobil seken dan berukuran kecil dipajang.
Mobil-mobil tersebut mungkin sesuai dengan budget pria tua tadi. Pada saat
berkeliling untuk memilih mobil yang cocok, orang tua tadi menjelaskan
kepada John mengapa dia ingin membeli mobil.

"Sebenarnya mobil yang akan saya beli adalah untuk istri saya. Selama 30
tahun lebih istri saya ingin punya mobil kecil. Mobil yang bisa dikendarai
ke supermarket dan ke rumah teman-temannya. Tapi, saat itu adalah masa-masa
sulit dan saya tidak mampu beli mobil. Seiring waktu berlalu, istri saya
berhenti meminta mobil," cerita pria tua itu.

"Minggu lalu ia jatuh sakit. Dokter mengatakan istri saya menderita kanker
dan umurnya tinggal beberapa bulan lagi. Jadi, saya memutuskan untuk
menggunakan tabungan saya untuk membelikannya mobil, supaya ia setidaknya
bisa menikmati beberapa bulan sisa hidupnya mengendarai mobilnya sendiri,
sebelum dipanggil menghadap Tuhan," imbuhnya lagi.

Hati John tersentuh mendengar kisah tersebut. Ia berjanji pada dirinya
sendiri bahwa suatu hari, ia juga akan menjadi suami yang baik sampai akhir
hayat hidupnya.

Setelah beberapa lama berkeliling, pria tua itu akhirnya menjatuhkan
pilihannya pada sebuah mobil kecil berwarna hijau gelap. "Istri saya bakal
menyukai mobil ini. Kecil, mudah dikendalikan, memiliki semua fitur yang ia
inginkan dan ini adalah warna favoritnya!"

Lalu dia berkata pada John bahwa dia akan memberikan kejutan pada istrinya.
"Saya akan mengajak istri saya ke sini besok dan berpura-pura melihat-lihat
mobil. Kalau Anda melihat saya besok, berpura-puralah seakan kita belum
pernah bertemu sebelumnya, dan layani saya persis seperti Anda pertama kali
melayani saya. Lalu, saya akan memberikan kejutan pada istri saya dengan
mengatakan bahwa saya sudah membelikan mobil untuknya, oke?"

John berkata, "Oke, akan saya ikuti rencana Anda. Terima kasih, Pak Brown,
saya nantikan kunjungan Anda beserta istri besok." Setelah orang tua itu
pergi, John menceritakan kejadian ini pada rekan-rekan kerja yang lain.
Mereka juga tersentuh.

Pada hari berikutnya, seperti yang sudah direncanakan, pria tua itu datang
bersama istrinya. Sesudah mereka masuk bergandengan tangan ke dalam
showroom, John memberi salam dengan gembira kepada mereka dan berpura-pura
belum mengenal laki-laki tua itu. Tetapi, sewaktu istrinya sedang tidak
melihat, John mengedipkan matanya padanya seakan berkata, "Semuanya beres."
Pria itu tersenyum.

Laki-laki tua itu berpura-pura menjelaskan kepada John bahwa mereka ke
showroom ini untuk melihat-lihat dan ia menjelaskan tipe mobil yang mereka
inginkan. Sang istri berkata pada John, "Saya tidak mengerti mengapa suami
saya tiba-tiba mengajak saya ke sini. Kami tidak punya rencana untuk beli
mobil. Kami bahkan tidak mampu membayarnya!"

John mengantar pasangan tersebut ke garasi di belakang showroom. Sewaktu
mereka melihat-lihat, pria tua itu mencari mobil hijau gelap yang sudah ia
pesan dan bayar kemarin. Tapi, mobil itu sudah tidak ada di sana! Ia
bertanya pada John, "Apakah hanya ini mobil-mobil yang Anda miliki? Apakah
tidak ada yang lain lagi?"

"Tidak ada lagi, Pak. Ini semua yang kami miliki, mobil-mobil inilah yang
sesuai dengan budget bapak."
"Apakah BENAR-BENAR hanya ini semua mobil yang Anda miliki? Tidak ada lagi?"
tanyanya lagi.
"Tidak ada pak. Hanya ini semua yang kami miliki. Tidak ada lagi," jawab
John.

Orang tua itu mulai panik. Ia berkata pada dirinya sendiri, "Saya telah
membayar penuh untuk mobil itu. Tapi, sudah tidak di sini dan John
mengatakan hanya ini yang ia miliki! Jadi, di mana mobil saya dan apa yang
terjadi dengan uang yang sudah saya bayarkan padanya?" Lebih parah lagi, ia
tidak bisa bertanya langsung pada John, "Dimana mobil saya?" Orang tua itu
benar-benar khawatir.

Setelah beberapa lama berjalan ke sana ke mari, John menyarankan mereka
kembali ke dalam showroom untuk berteduh dan minum karena udara di garasi
mulai panas dan tampaknya tidak ada mobil yang cocok dengan keinginan
mereka. Pria tua itu menjawab, "Tidak, saya ingin berkeliling lagi."

Istrinya berkata, "Tidak apa-apa sayang, mereka tampaknya tidak memiliki
mobil yang kita cari. Mari kita ke dalam, saya lelah."
Dengan lesu, si orang tua mengikuti John dan istrinya kembali ke showroom.
Ia khawatir, bingung, dan marah dalam waktu yang bersamaan, tetapi tidak
bisa menunjukkannya!

Sewaktu mereka duduk sambil menikmati minuman di showroom, sang istri
bercakap-cakap dengan gembira pada John, tapi si orang tua itu sedang tidak
ingin untuk bercakap-cakap. Ia terlalu bingung dan tengah berpikir tentang
apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

Tiba-tiba istrinya berseru, "Itu mobil yang sangat bagus!" Si orang tua
menoleh ke arah istrinya menunjuk. Di sana ada sebuah mobil kecil berwarna
hijau gelap seperti yang sudah ia pilih sehari sebelumnya, bedanya mobil ini
masih baru. Bahkan, mobil tersebut diletakkan di podium berputar dan
diberikan pita besar. "Ini tidak mungkin mobil yang sudah saya beli! Mobil
yang saya beli itu mobil bekas, berdebu, dan ada di garasi belakang.
Sedangkan ini mobil baru," katanya dalam hati.

"Ini terlalu mahal sayang, ini mobil baru," dia mengingatkan istrinya.
"Tidak apa-apa. Masuk saja ke dalamnya, duduk dan rasakan," kata John.
Sang istri tampak ragu-ragu. "Mari silakan." John menuntun tangan istri pria
tua itu menuju podium, lalu membukakan pintu mobil untuknya.
Sang istri masuk ke dalam mobil, duduk dengan nyaman dan mengangkat
tangannya untuk memegang kemudi. Kemudian ia berteriak, melompat keluar dari
mobil, dan berlari ke arah suaminya untuk memberinya pelukan hangat. "Terima
kasih, terima kasih banyak, sayang! Ini benar-benar kejutan yang
menyenangkan!"

Pria tua itu kaget dan bingung. Apa yang sedang terjadi?
Lalu, istrinya mengambil kartu besar dari kemudi mobil. Di kartu itu
tertulis:

"SELAMAT, Nyonya Brown,

Anda adalah pemilik khusus mobil cantik ini!

SELAMAT

Terutama karena Anda memiliki seorang suami yang

SUNGGUH-SUNGGUH SANGAT MENCINTAI ANDA!

John dan seluruh tim penjual amat tersentuh oleh kisah pria tua itu sehingga
mereka sepakat melakukan pekerjaan ekstra untuk memberikan kejutan kepada
pasangan yang saling mencintai ini. Mereka semua kerja lembur malam itu
untuk mencuci mobil tersebut, memoles catnya, mengikatkan pita besar, dan
membuat kartu ucapan "SELAMAT" yang besar.
Istri pria tua itu melompat-lompat gembira. Pria tersebut tersenyum lebar.

Tidak hanya itu, sewaktu pasangan tersebut mengendarai mobil kecil yang
sudah mengilap tadi keluar dari showroom, setiap staf berbaris di pintu
depan showroom untuk memberikan tepuk tangan meriah dan hangat... tepuk
tangan yang berasal dari hati. Pasangan bahagia itu dengan bangga
melambaikan tangan kepada para staf sambil mengemudikan mobil keluar
meninggalkan showroom.

Ada beberapa wajah yang berlinang air mata di antara para staf yang berbaris
pada pagi itu, tetapi di bibir mereka tersungging senyuman.

Temanku, inilah arti sesungguhnya dari "MENGGEMBIRAKAN HATI PELANGGAN ANDA".

Jelas sekali, Anda tidak mungkin melakukan hal ini setiap hari. Tetapi,
kalau Anda bisa melakukan sesuatu seperti ini kepada pelanggan Anda sekali
seminggu saja, hal ini tentu akan sangat meningkatkan image perusahaan, dan
juga akan meningkatkan semangat setiap staf di perusahaan. Pekerjaan menjadi
lebih punya arti.

Perasaan senang karena bisa memberi ini tidak bisa dibeli dengan uang.
Benar-benar momen spesial dalam bisnis dan pekerjaan...


James Gwee, seminarseumurhidup